Proyek Tangguh Train 3 Hampir Selesai, Ribuan Pekerja Akan Dipulangkan
MANOKWARI – Proyek Tangguh Train 3 yang saat ini pembangunanya telah memasuki tahap akhir, digadang-gadang bakal menjadi penyokong 50 persen kapasitas produksi Liquefied Natural Gas (LNG) nantinya. Sebelumnya, Proyek Tangguh di Papua Barat yang memulai operasi produksinya di tahun 2009, hanya mengandalkan 2 train fasilitas pengelolaanya untuk dapat mengirimkan lebih dari 1.450 kargo dengan kapasitas total 7,6 juta ton LNG pertahun.
Head of Communications and External Affairs BP Indonesia, Desy Unidaja dalam keterangannya, tidak secara detail menyampaikan kapan proyek tersebut selesai 100 persen. Tetapi yang pasti, pihaknya masih terus melanjutkan pekerjaan dengan aman, sesuai kualitas yang dipersyaratkan, serta dalam waktu sesegera mungkin sesuai target yang dimintakan oleh SKK Migas dan Pemerintah.
Desi menuturkan bahwa Tangguh LNG melalui kontraktor dan sub kontraktornya telah memperkerjakan lebih dari 5.400 pekerja yang berasal dari tanah Papua sejak konstruksi dimulai pada tahun 2016. “Namun, seiring dengan hampir selesainya Proyek Tangguh Train 3, maka akan ada ribuan pekerja yang terpaksa harus didemobilisasi ke daerah asalnya masing-masing. Ini merupakan sebuah kewajaran dalam siklus proyek hulu Migas,” jelas Desi.
Diungkapkan Desi, bahwa dalam sebuah proyek kegiatan hulu Migas pada umumnya penyerapan tenaga besar-besaran memang terjadi pada sektor konstruksi bukan pada kegiatan produksinya. Sehingga ketika kegiatan konstruksi rampung, maka wajar jika para pekerjanya didemobilisasi.
Tangguh Sustainable Project Manager BP Indonesia, Budy Hermawan menambahkan, berbagai pelatihan dan peningkatan keahlian telah diberikan kepada para pekerja asal Papua sejak awal. “Sebanyak 4.219 pekerja telah menerima lebih dari 35 jenis pelatihan tambahan keahlian, peningkatan kapasitas dan kompetens keteknikani, seperti struktur, mekanikal, pemipaan, elektrikal, dan lainnya sebagai komitmen kami dalam peningkatan kapabilitias,” jelasnya.
Kepala Bidang Hubungan Industrial Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Papua Barat, Ermawati Siregar dalam kesempatan yang sama mengatakan pihaknya mengapresiasi BP Indonesia yang terus berkordinasi dengan pemerintah daerah dan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat untuk memastikan hak-hak para pekerja proyek Tangguh Train 3 yang didemobilisasi terpenuhi dengan baik.
Selain itu, BP Indonesia juga terus mengupayakan untuk mempersiapkan tenaga kerja tersebut dapat meningkatkan keahliannya agar setelah selesai dari proyek Tangguh 3 dapat bekerja di sektor dan proyek lain di luar proyek Tangguh. “Papua Barat ditopang oleh banyak industry. Dengan peningkatan kapasitas tersebut, mereka bisa bekerja di berbagai sektor seperti bengkel, industri kayu dan lain-lain setelah selesai bekerja di proyek Tangguh,” kata dia.
Sementara itu, Pjs. Kepala Perwakilan SKK Migas wilayah Papua dan Maluku, Galih Agusetiawan mengatakan bahwa kegiatan hulu migas yang berada di Papua Barat, termasuk didalamnya yang dioperatori oleh BP Indonesia, telah terbukti menimbulkan adanya multiplier effect (efek berganda) tidak hanya terhadap perekonomian di daerah bahkan secara nasional
“Keberadaan Tangguh LNG dan kesuksesan penyelesaian projek Train 3 nantinya, pasti akan membuka peluang memunculkan industri industri turunan baru yang juga akan meningkatkan nilai strategis tambahan bagi perekonomian daerah. Dengan demikian, perlu dukungan dari semua pihak untuk dapat menciptakan kelancaran operasional dan peningkatan citra investasi di kawasan Timur Indonesia,” tandas Galih. (ayu)