Kombespol Adam Erwindi: Tak Terkait Kejadian Kisor Kabupaten Maybrat
MANOKWARI – Polisi mengamankan 8 orang warga yang sedang menggelar rapat di salah satu penginapan di Aimas Kabupaten Sorong. Dicurigai, kedelapan warga ini terkait dengan kasus pembunuhan 4 prajurit TNI di Kampung Kisor, Distrik Aifat Selatan, Maybrat, 2 September lalu.
Kabid Humas Polda Papua Barat Kombes Pol Adam Erwindi yang dikonfrrmasi wartawan, Selasa (21/9) membenarkan diamankannya 8 warga dimaksud. Polisi bergerak mengamankan 8 warga berdasarkan informasi dari masyarakat.
“Ada penyampaian dari masyarakat bahwa DPO Kisor ada di sebuah penginapan di Aimas Kabupaten Sorong. Kemudian tim Polda dibantu TNI bergerak di lokasi dan diamankan orang-orang itu sebanyak 8 orang,” ujar Kabid Humas ditemui di kantornya, kemarin. Tim gabungan kemudian membawa kedelapan orang yang dicurigai tersebut ke Mapolres Sorong untuk diinterogasi. Adapun yang diamankan berinisial TS, SM, PP, KW, OS, WW, AW serta ES.
Kabid Humas menuturkan, setelah diperiksa beberapa jam, ternyata kedelapan warga itu tidak ada kaitannya dengan kasus penyerangan Pos Koramil Persiapan Kisior yang mengakibatkan 4 prajurit TNI meninggal dunia dan 2 prajurit lainnya luka-luka. “Hasil pemeriksaan tidak ada kaitannya dengan kasus Kisor sehingga sorenya mereka semua dikembalikan,” jelasnya.
Dari kedepalan warga yang diamankan, salah satunya bernisial ES baru dipulangkan keesokan harinya. ES diduga Ketua KNPB wilayah Sewa Maybrat. “Diperiksa sampai pagi, ternyata dia (ES) juga tidak ada kaitanya dengan kejadian Kisor. Pemulangan 8 warga ini dilakukan sebelum 1X24 jam,” tandas Kabid Humas.
Sementara itu, tim gabungan TNI-Polri masih terus melakukan pengejaran terhadap 17 DPO pelaku pembunuhan 4 prajurit TNI di Kisor, Maybrat. Sebagai bukti keseriusan, polisi juga telah menyebarkan foto para DPO hingga ke kampung-kampung. Sampai saat ini baru 2 pelaku yang diamankan, berinisial MY (20 tahun) dan MS (18). Sedangkan 17 tersangka yang DPO, yakni, Silas Ki, Manfred Fatem (31 tahun), Musa Aifat, Setam Kaaf, Titus Sewa, Irian Ki, Alfin Fatem, Agus Kaaf, Melkias Ki, Melkias Same, Amos Ki, Musa Aifat, Moses Aifat, Martinus Aisnak, Yohanes Yaam, Agus Yaam, dan Robi Yaam.
Sedangkan sebagian warga yang sempat mengungsi telah kembali ke rumah masing-masing. Kabid Humas mengharapkan para pengungsi yang lain juga kembali ke rumah. Yang dilakukan tim gabungan TNI-Polri adalah mencari pelaku penyerangan Posramil Kisor. Menurut Kabid Humas, ada beberapa tipe pengungsi, ada yang ke rumah keluarga di kampung-kampung lainnya di Maybrat, juga ke Sorong Selatan, Aimas bahkan Kota Sorong, sebagian warga juga ditakut-takuti oleh lain, serta warga dijadikan tameng oleh kelompok tertentu.
Bupati Maybrat : Berani Berbuat Harus Berani BertanggungJawab
Bupati Kabupaten Maybrat, Dr.Drs Bernard Sagrim,MM menegaskan, pergeseran sejumlah anggota TNI-Polri ke Maybrat khususnya di wilayah Kisor Distrik Aifat Selatan dan Aifat Timur, bukan untuk mengintimidasi atau menakut-nakuti warga sipil, melainkan untuk memburu kelompok kriminal bersenjata yang terlibat langsung dalam aksi pembantaian empat personel TNI di Pos Koramil (Pos Ramil) Kisor 2 September lalu. Demikian ditegaskan Bupati Maybrat saat melaksanakan kunjungan kerja menemui para pengungsi di Aitinyo, Ayawasi dan Kumurkek, baru-baru ini.
Menurut Sagrim, masyarakat yang mengungsi ke hutan sebenarnya karena situasi kepanikan. ”Bapa pastikan bahwa tugas aparat itu hanya memburu para pelaku,” kata Bupati Maybrat sembari menambahkan bahwa para pelaku bisa diklasifikasi dalam proses penyelidikan dan pengembangan nanti siapa-siapa saja pelaku utama atau eksekutor, pelaku yang turut serta sebagai informan (penunjuk jalan), siapa saja yang sebagai penyandang dana dan sebagainya.
Terhadap para pelaku yang nekat melakukan perbuatan keji tersebut, harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum. ”Berani berbuat juga harus berani bertanggungjawab,” tegas Sagrim.
Sagrim mengatakan, terhadap mereka yang diamankan dan diinterogasi, jika tidak terlibat pasti dipulangkan. Oleh karenanya, Sagrim mengingatkan warga yang merasa keluarganya ikut dibawa untuk dimintai keterangan, tidak usah khawatir jika merasa tidak terlibat dalam organisasi terlarang. Diakui orang nomor satu di kabupaten Maybrat ini bahwa tragedi 2 September di Kisor adalah yang tercatat dalam sejarah kelam peradaban orang Maybrat. ”Orang yang tidak beragama sekalipun tidak mungkin berbuat tindakan sekeji itu. Ini menurut saya sejarah kelam yang tercatat dalam sejarah orang Maybrat,” kata Sagrim sembari mengharapkan kejadian di Kisor yang pertama dan terakhir kali di bumi A3 Maybrat. (lm/ris)