AIMAS – Pemerintah Kabupaten Sorong melalui Dinas Pekerjaan Umum (PU) mengupayakan percepatan pembangunan Jembatan Warsamson untuk membuka akses dari maupun menuju tiga distrik terisolir di Kabupaten Sorong yakni Distrik Mega, Klaso dan Distrik Sengkeduk. Pj Bupati Sorong Yan Piet Moso, S.Sos, MM, M.AP menerangkan, pembangunan Jembatan Warsamson merupakan langkah strategis untuk mempermudah akses di tiga distrik pedalaman.
Pembangunan Jembatan Warsamson diharapkan memberikan kemudahan akses nantinya, serta juga diharapkan berdampak terhadap peningkatan ekonomi, akses pelayanan kesehatan, pendidikan, pembangunan dan lain sebagainya. “Jadi ketika kita bermimpi tentang perkembangan di auatu derah atau wilayah, maka kunci utamanya adalah dengan membuka dan mempermudah akses. Misalnya membangun jalan, atau jembatan dan semacamnya. Itulah yang saat ini kita lakukan untuk mempermudah akses dengan pembangunan jembatan,” jelas Moso.
Konstruksi bangunan Jembatan Warsamson didesain mengunakan tiang rangka baja dengan panjang jembatan 60 meter dan lebar 7 meter. Dimana anggaran pembangunan jembatan tersebut bersumber dari DAK Tahun 2023, senilai Rp 15 miliar.
Moso memastikan, pembangunan jembatan tersebut akan rampung di 2024 mendatang. Sehingga dengan telah rampungnya pekerjaan tersebut, nantinya masyarakat bisa dengan leluasa beraktivitas. “Saya sudah perintahkan kepala dinas teknis untuk kejar pekerjaan kembatan ini supaya selesai tahun depan. Supaya masyarakat bisa segera menikmati fasilitas ini,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Kampung Siwis, Yusuf Malak, memberikan apresiasi dan terimakasih kepada pemerintah atas kebijakan pembangunan jembatan ini. Sebab menurutnya, sebelum Jembatan Warsamson dibangun masyarakat hanya mengandalkan jembatan kayu. “Sebelumnya kami menyeberang menggunakan jembatan kayu, jika banjir maka tidak bisa dilalui, masyarakat harus mengunakan perahu,” akunya.
Yusuf menyebutkan, bahwa Sungai Warsamson juga sudah banyak menelan korban. Baik korban yang diterkam buaya atau terbawa arus sungai ketika berusaha menyeberang menggunakan perahu. “Sungai ini juga telah banyak menelan korban. Ketika terjadi banjir, masyarakat terpaksa menyeberangi sungai dengan mengunakan perahu, sementara buaya banyak. Bahkan sudah ada beberapa warga yang hilang dan meninggal karena diterkam buaya,” pungkasnya. (ayu)