Ada Bekas Pecut di Punggung dan Lebam di Perut
JAKARTA – Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KASAL) Laksamana TNI Yudo Margono memastikan memproses pidana dan memecat prajurit yang terbukti menganiaya junior hingga meninggal dunia. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksma TNI Julius Widjojono mengatakan keputusan KASAL Yudo tersebut terkait peristiwa meninggalnya prajurit Kompi Senapan C Yonif 11 Brigif 3 Pasmar 3 Sorong, Papua Barat, Prada Mar Sandi Darmawan diduga dianiaya oleh beberapa orang seniornya. “Pelaku akan diproses hukum pidana dan dipecat,” tegas Laksma Julius, Selasa (19/7).
Bahkan, lanjut Julius, KASAL telah menginstruksikan seluruh pimpinan satuan jajaran TNI AL untuk menindaklanjuti terduga prajurit penganiaya agar mendapat sanksi tegas. Julius membenarkan peristiwa penganiayaan berujung kematian yang viral di media sosial. Dia menjelaskan awal peristiwa penganiayaan terjadi pada Kamis (7/7) di Barak Kompi C Yonif 11 Mar. Saat itu, korban diduga mencuri ATM milik teman satu angkatan di Barak Kompi C Yonif 11 Mar, sehingga dianiaya oleh senior yang berjumlah enam orang. Sejak pengeroyokan dan pemukulan terjadi hingga Jumat (15/7), korban dirawat secara intensif di Barak Kompi C oleh para seniornya. Namun, karena kondisi semakin memburuk, korban dibawa ke Barak Kompi Koarmada III dan dirujuk ke Rumah Sakit TNI Angkatan Laut (RSAL) dr. Oetojo Kota Sorong.
Berdasarkan informasi yang diterima oleh Radar Sorong, pada Jumat pekan lalu (15/7) Sandi dibawa ke Rumah Sakit dr. Oetojo menggunakan ambulans milik Pasmar 3 sekitar pukul 20.00 WIT. Seperempat jam kemudian, yang bersangkutan sudah berada di rumah sakit tersebut. Oleh dokter jaga di Unit Gawat Darurat (UGD) bernama Ravensca, Sandi langsung dibawa ke ruang ICU untuk mendapat penanganan medis.
Besoknya (16/7) Sandi menjalani operasi pembersihan darah di rongga paru-paru. Operasi tersebut berjalan mulai pukul 09.30 WIT dan berlangsung selama tiga jam setengah. Sekitar pukul 13.00 WIT, petugas medis memindahkan Sandi ke Ruang Dofior guna melanjutkan perawatan. Sayang, ikhtiar tersebut tidak berhasil menyelamatkan nyawa Sandi. ”Pada 16 Juli 2022 pukul 19.57 WIT Prada Mar Sandi Dermawan dinyatakan meninggal dunia,” ungkap Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono.
Pejabat TNI AL dengan satu bintang di pundak itu mengungkapkan, jenazah Sandi langsung diurus dan dibawa pulang ke kampung halamannya di Madura, Jawa Timur. Jenazah Sandi diterbangkan dari Sorong ke Jawa Timur menggunakan pesawat Lion Air. Dia dimakamkan di Dusun Bilia’an, Desa Montok, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan. Enam terduga pelaku yang diduga terlibat penganiayaan terhadap Sandi masih menjalani proses hukum. Kasus yang menyeret mereka masih dalam tahap penyelidikan di Pomal Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) XIV Sorong.
Senada dengan Julius, Kepala Dinas Penerangan Korps Marinir Kolonel Marinir Kakung Priyambodo saat dikonfirmasi menyatakan bahwa instansinya akan profesional dan proporsional menangani kasus tersebut. Kakung menyebut, pihaknya tunduk pada aturan dan mengikuti seluruh prosedur yang berlaku. ”Pimpinan komitmen terhadap reward dan punishment kepada setiap prajuritnya. Percayakan kepada TNI AL bahwa Proses hukum dilaksanakan secara transparan. Dan perkembangan serta kemajuan dari proses hukum nanti dikonfirmasi lebih lanjut,” jelasnya.
Sementara itu, dalam suasana duka mendalam setelah diterbangkan dari Kota Sorong Papua Barat, jenazah Prada Mar Shandi Darmawan yang meninggal dunia akibat diduga dianiaya oknum senoirnya telah dimakamkan di kampung halamannya di Desa Montok, Kecamatan Larangan, Pamekasan, Madura, Jawa Timur.
Almarhum Prada Mar Shandi Darmawan baru bergabung menjadi prajurit TNI pada Agustus 2020. Selama bertugas, dia tiga kali pulang ke Pamekasan. Pertama saat ibunya meninggal pada 8 Juli 2021. Kemudian pada 13 Desember 2021, pulang lagi karena menjenguk bapaknya sakit. Dan yang ketiga, Shandi pulang tanpa nyawa. Pada bulan yang sama dengan wafatnya ibunda.
Kedatangan peti jenazah almarhum Prada Mar Shandi Darmawan disambut haru keluarga saat tiba di rumah pukul 20.23 pada Minggu malam (17/7). Putra kedua pasangan Moked dan Hafiyatun itu dibawa kereta merta marinir dari Bandara Juanda hingga ke rumah duka di Desa Montok, Kecamatan Larangan, Pamekasan. Kedatangan jenazah didampingi Komandan Batalyon Infanteri 11 Marinir (Danyonif 11 Mar) Letkol Marinir Gigih Catur Pramono,S.H.M. Tr.Opsla dan anggota Yonif 11 Mar Prada Mar Firly Imam Subaydy. Pemakaman almarhum dilakukan secara militer berdasar persetujuan keluarga.
Kakak almarhum, Linda Fuji Lestari, mengaku tidak tahu persis kronologi penyebab adiknya meninggal. Dia menerima kabar duka dari senior adiknya berselang beberapa menit setelah wafat pukul 19.57 WIT, Sabtu malam (16/7). Namun, ada beberapa kejanggalan yang dirasakan keluarga atas meninggalnya Prada Mar Shandi Darmawan. Pertama, pihak keluarga menerima kabar duka secara tiba-tiba. ”Kalau sakit masa iya keluarga tidak dikasih tahu sehingga keluarga bisa ke sana kalau ada waktu,” ujarnya. Sejak 7 Juli, keluarga menghubungi nomor Sandhi sudah tidak aktif. Akhirnya, keluarga minta tolong seniornya untuk mengomunikasikan dengan prajurit yang baru berulang tahun ke-21 pada Januari lalu itu. Keluarga khawatir karena pada momen hari raya tidak memberi kabar.
Kedua, pihak keluarga merasa ada yang janggal saat terakhir menghubungi Shandi keesokan Hari Raya Idul Adha, Senin (11/7). Almarhum berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Padahal selama berkomunikasi dengan keluarga, anggota Kipan C Yonif 11 Brigif 3 Pasmar 3 itu biasanya menggunakan bahasa Madura. Selain itu, nomor yang menghubungi keluarga saat itu bukan milik almarhum. Linda mengaku mendengar ada seseorang yang membisiki Shandi. ”Bilang HP-mu rusak, jatuh ya’,” kata Linda menirukan suara itu.
Kejanggalan ketiga, keluarga menerima kiriman foto tubuh almarhum Shandi luka-luka pasca menerima kabar duka. Menurut Linda, luka itu kurang wajar. Padahal, adiknya dikabarkan meninggal karena sakit malaria. ”Di foto itu adik saya ada di rumah sakit. Ada bekas pecut di punggung, di bagian perut lebam semua. Kalau memang cuma malaria kok ada perban besar di bawah lengan dan ada selang di sekitar paru-paru,” ungkapnya. Karena itu, keluarga menilai ada yang tidak wajar atas wafatnya pria kelahiran 7 Januari 2001 tersebut. Keluarga meminta kepada anggota marinir yang mengantar untuk membuka peti jenazah. Yakni, untuk melihat langsung kondisi tubuh almarhum.
Linda tidak membeberkan luka-luka di tubuh adiknya setelah melihat jenazah. Istri Agus Hermanto itu masih mau melihat hasil otopsi yang dilakukan rumah sakit yang merawat Shandi. Karena itu, pihaknya belum bisa membuktikan kecurigaan keluarga. ”Selanjutnya, kami akan berembuk dengan keluarga setelah melihat hasil otopsi,” paparnya.
Jawa Pos Radar Madura (JPRM) mencoba mewawancarai Letkol Marinir Gigih Catur Pramono. Namun, yang bersangkutan tidak bersedia memberikan keterangan atas wafatnya Prada Mar Shandi Darmawan. Sekedar diketahui, Prada Mar Shandi Darmawan NRP 130055 masuk sebagai prajurit TNI pada 14 Agustus 2020. Kemudian, dia ditempatkan di Kota Sorong, Papua Barat. (juh/**/syn/bil/luq/Jawa Pos Radar Madura)