Edi Mangun : Olahraga Harus Dipimpin Orang Yang Sportif, Ketika Gagal Maka Anda Harus Mundur
SORONG – PON XX Papua Tahun 2021 kini tengah menjadi sorotan perhatian masyarakat di seluruh Indonesia. Namun, pada ajang bergengsi tersebut ternyata membawa kekecewaan bagi Tokoh Intelektual Papua, Edi Mangun yang menilai Pengurus PON Papua Barat tidak mampu mengelola atlet dengan baik, sehingga Provinsi Papua Barat di klasemen sementara menempati posisi yang memprihatinkan, berada di urutan ke-30 dari 34 kontingen PON.
”Kartu merah buat pengurus PON Papua Barat atas tata kelola PON Papua Barat,” tegas Edi Mangun kepada Radar Sorong, Senin (11/10).
”Menyikapi perolehan medali Provinsi Papua Barat di PON XX Papua itu sebenarnya kami kecewa sebagai masyarakat. Kalau saya pribadi, saya punya pengalaman buruk dengan masalah orang yang mengelola olahraga di Provinsi Papua Barat. Satu hal yang penting, yang harus dilakukan adalah merevolusi mereka-mereka yang mengurus olahraga di Provinsi Papua Barat,” tandasnya.
Menurut Edi Mangun, ajang PON XX Papua hanya dimanfaatkan oleh Pengurus PON Papua Barat sebagai tempat piknik. ”Apa yang dicapai Papua Barat ini mencerminkan bahwa mereka yang mengurus olahraga di Papua Barat pakai ajang PON ini bukan untuk prestasi tetapi hanya untuk piknik,” tukasnya.
Ia membandingkan Provinsi Papua Barat yang berbeda halnya dengan saudaranya provinsi Papua yang bahkan bisa masuk dalam 5 besar. ”Kalau saya lihat, buruknya prestasi PON PB pada PON XX Papua ini suatu hal yang memalukan bagi Provinsi Papua Barat. Di sebelahnya ada saudaranya Provinsi Papua, itu bisa menduduki rangking 4 dalam 5 besar,” katanya. ”Padahal saudaranya yang satu (PB) ini yang karakter manusianya yang sama, gudang olahragawan yang sama, tetapi prestasinya buruk. Masalahnya dimana?, masalahnya di tata kelola, karena cara mengelola di Papua Barat itu buruk,” sambungnya.
Edi Mangun memberikan contoh fakta atas buruknya tata kelola olahraga yakni beberapa tahun lalu atas kejuaraan Liga Pendidikan Indonesia (LPI) Tingkat Provinsi Papua Barat antara tahun 2014 atau tahun 2015. ”Contoh, saya ingat tahun 2014 atau tahun berapa itu, Tim LPI SMA Negeri 3 Kota Sorong juara Sepakbola LPI Papua Barat. Tetapi kemudian ketika ada pertandingan di Bandung, itu yang berangkat orang dari Manokwari yang bukan juara. Ada buruknya tata kelola olahraga di Papua Barat,” jelasnya.
”Nah, saya juga melihat ada kekecewaan yang saya dengar sendiri dari mantan pemain sepakbola putri itu ada 2 dari Kota Sorong itu mereka yang mengantarkan tim Papua Barat ini lolos pra PON, masuk ke PON XX, tetapi ketika mereka tiba di Manokwari untuk persiapan PON XX Papua, nama mereka sudah tidak ada. Nah, apakah pola-pola ini terjadi juga di cabor yang lain. Intinya bahwa PON ini yang dibiayai dana APBD Papua Barat menurut saya bukan dipakai untuk ajang berprestasi di Jayapura, Merauke dan Timika, tetapi dipakai sebagai ajang piknik,” katanya lagi.
Edi Mangun, yang juga merupakan warga Kota Sorong ini menegaskan bahwa Prestasi PON Papua Barat yang hari ini buruk, harus disikapi bahwa semua orang termasuk KONI Papua Barat itu harus diganti. ”Karena olahraga ini harus dipimpin oleh orang yang sportif. Satu bukti ketika anda gagal maka anda harus mundur. Ini uang yang dipakai miliaran, jadi tolong jangan bikin hal-hal yang memalukan. Masak tidak ada emas satu pun. Kalau you tidak punya atlet, you kontrak, bagaimana caranya mengangkat prestasi. Ini kan ketahuan bahwa mengangkat anak-anak Papua Barat saja tidak bisa, kemudian tidak bisa mengatur strategi untuk bisa mengangkat medali,” pungkasnya. (zia)