SORONG – Ketua Ikawangi (Ikatan Keluarga Banyuwangi) Sorong Raya, Ir.H. Samsul Arifuddin menjelaskan bahwa pembuatan video tari Gandrung Sewu di Taman Sorong City, kawasan patung DEO serta tempat parkir Bandara DEO Sorong, Sabtu (22/10) sore itu merupakan partisipasi Ikawangi Sorong Raya dalam rangka mensukseskan iven Gandrung Sewu yang akan dilaksanakan secara offline di Pantai Boom Banyuwangi tanggal 29 Oktober.
”Di sana (Banyuwangi) rencananya akan diikuti 1200 orang dari sekolah-sekolah yang telah diseleksi per kecamatan. Sebenarnya yang lolos seleksi 600 orang tapi nanti semua akan ditampilkan menari bersama di Pantai Boom Bayuwangi,” ujar Samsul Arifuddin kepada Radar Sorong.
Gandrung Sewu itu kata Samsul merupakan iven tahunan di Banyuwangi, yang tahun lalu saat Covid dilaksanakan secara online, digelar di depan pendopo Kantor Bupati Banyuwangi, di sana ada yang menari, dan Ikawangi seluruh dunia diminta partisipasinya, dimana tahun lalu Ikawangi Sorong Raya menampilkan 35 penari di Alun-alun Aimas Kabupaten Sorong.
”Tahun ini dalam rangka Gandrung Sewu juga yang dilaksanakan secara online, diminta partisipasinya seluruh Ikawangi sedunia untuk mengirimkan videonya dengan ketentuan 5-7 penari, jadi video nanti dikirim ke panitia di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi terakhir tanggal 27 Oktober, nanti video-video Ikawangi seluruh dunia digabungkan dan direncananya akan ditayangkan secara online tanggal 18 Desember dalam rangka hari jadi Kabupaten Banyuwangi,” ungkapnya.
Gandrung Sewu adalah gandrung yang ditarikan oleh seribu orang, atau secara kolosal. Iven ini sudah dilaksanakan sejak beberapa tahun yang lalu, dan setiap tahun temanya beda-beda.”Dulu sebelum covid itu ada tema Layar Kemendung, bercerita tentag perjuangan rakyat Banyuwangi (Kerajaan Blambangan) melawan Belanda, dalam cerita itu rakyat Banyuwangi dikalahkan habis-habisan oleh Belanda dengan Puputan Bayu tahun 1771. Dari 80 ribu penduduk tinggal sekitar 8 ribu, sehingga banyak anak yatim. Untuk menghibur anak yatim itu para seniman menciptakan tarian gandrung,” terangnya.
Ketika perjuangan kemerdekaan tahun 1945 tari gandrung juga ada perannya, dimana para penari (laki-laki) sambil menari juga memata-matai Belanda. Misalnya gudang senjatanya di mana, dilaporkan kepada pejuang.”Tari Gandrung ini diuri-uri (dirawat atau dilestarikan) sampai sekarang. Dan sekarang tari gandrung digunakan untuk menyambut tamu kehormatan,” pungkasnya.(akh)