SORONG– Pemerintah Kabupaten Tambrauw melakukan pertemuan tatap muka dengan Tim Legacy Landscape Fauna dan Flora (LLF) dalam rangka mendukung program konservasi berkelanjutan di Kabupaten Tambrauw. Pertemuan tersebut bertempat di Sorong, Rabu (21/5).
Program yang dibahas bertajuk Pengelolaan, Kolaborasi, Perlindungan, dan Pemanfaatan Berkelanjutan Kawasan Konservasi di Kabupaten Tambrauw. Dalam diskusi tersebut, LLF menyampaikan harapan dukungan dari pemerintah daerah terhadap pelaksanaan program di beberapa kampung, mulai dari wilayah Selemkai hingga Kebar Raya.
LLF bekerja sama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Papua Barat Daya serta Pemerintah Kabupaten Tambrauw dalam program Tambrauw Mountains Legacy Landscape (TMLL).
Kunjungan Tim Legacy Landscape Fund (LLF) – KfW Jerman merupakan bagian dari rangkaian program konservasi kolaboratif yang akan dilaksanakan di Kabupaten Tambrauw sepanjang tahun 2025.
Bupati Tambrauw Yeskiel Yesnath mengatakan bahwa sekitar 70% wilayah Kabupaten Tambrauw berada dalam kawasan hutan lindung dan konservasi. Hal ini menjadi tanggung jawab bersama untuk menjaga dan mengelolanya secara bijak.
“Kawasan ini harus kita kelola dengan mengikuti potensi yang kita miliki, agar pembangunan tetap berkelanjutan dan sesuai dengan status kawasan. Kami juga menggandeng berbagai LSM dan NGO untuk bersama menjaga keanekaragaman hayati agar tetap lestari dan memberi manfaat bagi kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat adat,” katanya.
Bupati Yesnath juga menyampaikan apresiasinya kepada tim Fauna dan Flora yang memiliki visi selaras dengan pembangunan berkelanjutan di Tambrauw. Ia menekankan pentingnya akses masyarakat terhadap pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, sembari tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Sementara itu, Maurits Kafiar, Indigenous Community Empowerment and Spatial Planning Coordinator dari Program Tanah Papua, Fauna dan Flora Indonesia, menjelaskan bahwa Kabupaten Tambrauw memiliki dasar kuat sebagai kabupaten konservasi, bahkan telah memiliki deklarasi khusus untuk pengelolaan berkelanjutan.
“Kabupaten Tambrauw memiliki komitmen kuat dalam pengembangan wilayah berbasis masyarakat adat dan budaya lokal. Selain itu, potensi keanekaragaman hayati yang belum sepenuhnya dikaji, termasuk penemuan spesies-spesies baru, memperkuat pentingnya kolaborasi dalam pengelolaan kawasan konservasi,” terangnya Maurits.
Maurits mengatakan bahwa Tambrauw memiliki peluang besar untuk menjadi bagian dari program Biosphere Reserve UNESCO karena pendekatan kolaboratif antara masyarakat adat, pemerintah daerah, dan pusat.
“Saya berharap program ini mampu mendorong pengelolaan terintegrasi dari wilayah daratan hingga laut, serta memberikan pemberdayaan yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal,” katanya.(*/zia)