SORONG-Dalam rangka memperingati World Cleanup Day, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat berkolaborasi dengan Conservation International (CI) Indonesia melakukan kegiatan bersih-bersih di TWA Sorong.
Kegiatan ini diikuti oleh relawan dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BP DASHL) Remu-Ransiki, Dinas Kebersihan Kota Sorong, serta perwakilan dari delapan komunitas pecinta alam yang berbasis di Kota Sorong dan sekitarnya.
Plt.Kepala BBKSDA Papua Barat, Budi Mulyanto, SPd, MSi, mengatakan, bahwa World Cleanup Day diperingati setiap tanggal 18 September. Kegiatan bersih-bersih dilakukan utamanya menyasar sampah-sampah organik, terutama tanaman ilalang yang dinilai mengganggu keseimbangan ekosistem di dalam TWA Sorong, serta sampah anorganik yang keberadaannya dapat dipastikan sebagian besar akibat aktivitas pemanfaatan kawasan, atau terbawa luapan aliran sungai ketika hujan turun dengan deras.
Ia menjelaskan, Taman Wisata Alam (TWA) Sorong memiliki nilai ekologis yang tinggi. Selain proporsi tata letak alamiah vegetasinya yang secara umum dapat dikatakan estetik, keberadaan air terjun dan perlintasan empat daerah aliran sungai yakni Sungai Klawulu, Klasege, Pletok, dan Klabeling menambah nilai potensi hutan kota ini sebagai salah satu destinasi pariwisata alam bagi para pelancong di Kota Sorong dan sekitarnya.
“Kawasan TWA Sorong ini merupakan bagian yang sangat penting di Kota Sorong, sehingga sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk menjaganya. Hutan ini menyediakan udara bersih dan air bersih bagi warga di Kota Sorong, serta berfungsi sebagai healing forest. Hutan yang menyehatkan) yang sangat bermanfaat di tengah pandemi Covid-19. Mari kita jaga TWA Sorong ini sebaik-baiknya,” katanya, Minggu (3/10)
Salah satu relawan asal komunitas Kelompok Pecinta Alam (KPA) Tambrauw, Hartito Kanigoro, mengungkapkan bahwa kegiatan bersih-bersih di TWA Sorong ini bukan pertama kalinya ia ikuti. Dari beberapa kali melakukan kegiatan serupa di TWA Sorong, rata-rata sebagian besar itu sampah plastik dan botol-botol minuman keras.
“Bumi itu tidak butuh manusia, manusialah yang butuh Bumi. Jadi setiap pengunjung harus membawa sampahnya pulang, karena hutan bukan tempat sampah,” ungkapnya.
Kegiatan pembersihan sampah di TWA, berhasil mengumpulkan tidak kurang dari 90 karung sampah berukuran 100cm x 60cm serta 40 karung sampah berukuran 40cm x 50cm, yang sebagian besar berisikan sampah anorganik, termasuk sisa-sisa botol kaca maupun kaleng minuman keras yang ditinggalkan pemanfaat kawasan yang tidak bertanggung jawab. (zia)