AIMAS – Curah hujan tinggi yang mengguyur wilayah Sorong beberapa waktu terakhir membuat banyak petani sayur mengalami gagal panen. Hal itu kemudian berdampak pada mahalnya harga sayur di pasar-pasar tradisional.
Kegagalan panen dialami oleh Supaidi yang merupakan petani sayur di Jalan Buncis, Aimas, Kabupaten Sorong. Menurutnya, kendati tanamannya tidak sampai terendam banjir, namun pertumbuhan sayur mayurnya tetap terganggu akibat hujan yang mengguyur.
Beberapa jenis sayuran hijau yang ia tanam membusuk. Sayur terong ungu yang ia tanam buahnya juga semakin mengecil dan bantet. Namun itu belum seberapa, yang paling parah terjadi pada tanaman rica lokalnya.
Rica tersebut tampak gosong-gosong setiap kali diguyur hujan. Hama yang dibawa larut dalam air hujan tersebut membuat buah rica menjadi busuk dan menularkan kepada buah lainnya.
“Kalau hujan, saya sengsara sekali mbak. Karena selalu ada hama yang bikin rica jadi gosong dan busuk. Kalau satu buah sudah kena, pasti menular,” keluh Paidi saat ditemui Radar Sorong di ladangnya.
Cara mengatasi hama tersebut, selepas diguyur hujan tanaman tersebut harus disemprot dengan air dan obat khusus untuk menetralkannya kembali. Jika hujan mengguyur saat siang hari, Paidi masih bisa mengatasi untuk langsung menyemprotnya. Namun ketika hujan mengguyur saat tengah malam, tentu penyemprotan baru bisa dilakukan esok harinya.
“Jadi yang susah itu kalau hujannya pas malam hari, sudah pasti kena (hama) itu. Kita nyemprot baru pas pagi, kan telat. Pasti besoknya itu langsung kelihatan gosong. Itu kalau tidak langsung dibuang yang gosong, nanti satu pohon bisa kena semua,” jelasnya.
Dari seperempat hektar lahan yang ia tanami rica, jika sedang cuaca bagus Paidi bisa mengunduh hingga 80kg rica tiap kali panen. Namun sejak diserang hama tersebut, hasil panennya anjlok betul. Hanya sekitar 6kg hingga 8kg saja tiap panen.
“Lebih banyak yang busuk mbak. Pernah saya panen beberapa bedeng, yang bagus cuma dapat 2 kilo, yang busuk kadang 6 kilo, kadang 8 kilo. Makanya itu kenapa rica lokal sekarang mahal. Hampir semua petani ngalamin ini,” bebernya.
Paidi juga menunjukkan lahan sayuran hijau yang sudah rimbun rerumputannya. Kangkung, bayam, sawi, seperti kalah subur dengan rumput yang tumbuh di sekelilingnya.
“Coba itu mbak, liatin, hijau banget ladang saya. Tapi lebih subur rumputnya malahan. Kangkung dan bayam baru 20cm, rumputnya sudah 30 cm sendiri. Ini juga terongnya bantet gini, padahal pas panen pertama terongnya bagus banget. Ungu cerah, panjang, lurus. Malah sekarang begini,” keluhnya sambil tetap melebarkan senyum.
Sementara itu, permasalahan lain yang juga membuat petani makin sedih adalah harga pupuk yang semakin melambung. Memang ada beberapa jenis pupuk yang disubsidi, namun jumlahnya terbatas untuk petani. Sehingga jika butuh dalam jumlah banyak, petani harus membeli dengan harga non subsidi.
“Harga pupuk mahal kalau panennya bagus ya sebanding. Tapi kalau begini kan sedih juga kita, mbak. Ya harapan saya, semoga pemerintah juga memperhatikan masalah ini. Supaya petani sayur juga bisa sejahtera, kebutuhan pupuk dan bibit tercukupi tapi harganya juga tidak tertata tinggi,” harapnya. (ayu)