AIMAS – Sebanyak 71 mahasiswa inbound dari 33 perguruan tinggi di Indonesia berhasil menuntaskan program Pertukaran Mahasiswa Merdeka – Dalam Negeri (PMM-DN) di Kampus Universitas Pendisikan Muhammadiyah (Unimuda) Sorong. Setelah mengikuti PMM-DN selama 3 bulan, kegiatan tersebut di akhiri dengan closing ceremony, sebagai tanda perpisahan dan suksesnya pelaksanaan PMM-DN Di Kampus Unimuda Sorong.
Program PMM-DN sendiri merupakan salah satu bagian dari Merdeka Belajar -Kampus Merdeka, yang merupakan kebijakan Menteri Pendidikan, Nadiem A. Makarim, guna mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan sebelum memasuki dunia kerja.
Bupati Sorong, Dr. Johny Kamuru, SH, M.Si diwakili Asisten II Setda Kabupaten Sorong, Suroso, S.IP, MA mengatakan, PMM-DN telah menjadi wadah serta sarana dalam merajut kebhinekaan Indonesia Raya. Ia mengatakan, tujuan dari dilaksanakannya kegiatan PMM-DN mengandung spirit yang baik. Sehingga diharapkan para peserta program PMM-DN dapat memperoleh bekal spirit yang berbeda untuk dibawa pulang ke daerah asal masing-masing.
Sementara itu, Rektor Unimuda Sorong, Dr. Rustamadji, M.Si menjelaskan, program PMM-DN memang ditawarkan kepada semua Perguruan Tinggi di Indonesia. Namun di Tanah Papua, baru Unimuda Sorong yang melaksanakannya. Program ini adalah salah satu indikator pelaksanaan merdeka belajar kampus merdeka, sehingga Unimuda cukup serius melaksanakannya.
“Alhamdulillah dengan keseriusan tersebut di tahun 2020 dan 2021 Unimuda Sorong mendapat penghargaan sebagai kampus yang telah melaksanakan MBKM terbaik di kawasan Timur,” ungkap Rustamadji.
Untuk mensukseskan program tersebut, Unimuda menerapkan pembelajaran di luar kelas bagi mahasiswa inbound. Tujuannya, agar mahasiswa inbound dapat lebih mudah berbaur dengan masyarakat dan alam Papua. Serta dapat memanfaatkan keilmuan yang didapatkan dari kampus asal untuk diimplementasikan di tanah Papua.
Salah satu perwakilan mahasiswa inbound mengaku sangat senang mendapatkan kesempatan untuk belajar di Kampus Unimuda Sorong. Dimana, di kampus tersebut mereka diterima dan diperlakukan dengan sangat baik. Tidak hanya oleh civitas akademi kampus, melainkan juga oleh masiawa dan masyarakat asli Papua.
“Kami bahagia, karena kami diterima baik dan tidak diperlakukan berbeda dengan mahasiswa lainnya. Seperti yang sempat dikatakan Pak Rektor bahwa di Unimuda ada 1001 suka tanpa duka. Sehingga dalam 3 bulan ini terasa begitu singkat kami rasakan,” ungkapnya. (ayu)