Edi Mangun: Jika Sudah Ada SPPBE Maka Harga Elpiji 12 Kg Bisa Turun Dari Rp 300 Ribu
SORONG – Terkait harga gas elpiji yang saat ini dijual dengan harga tinggi di Provinsi Papua Barat termasuk Sorong Raya, yang mana PT Pertamina Patra Niaga Sub Holding Commercial and Trading PT Pertamina (Persero) mendorong PT.Malamoi Olom Wobok, BUMD Kabupaten Sorong agar mempercepat pembangunan Stasiun Pengangkutan dan Pengisian Bulk Elpiji (SPPBE) Provinsi Papua Barat yang berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kabupaten Sorong.
Hal tersebut agar harga elpiji bisa turun. Mengingat telah dilakukan peletakan batu pertama diakhir tahun 2021.
“Terkait harga LPG di Papua-Maluku masih tinggi. Untuk wilayah Papua Barat, dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arar, Kabupaten Sorong. Tujuan dibangunnya SPPBE di Papua Barat untuk meminimalisir keluhan masyarakat terkait harga gas elpiji yang saat ini dijual dengan harga tinggi di Provinsi Papua Barat termasuk Sorong Raya. Jadi Kami Pertamina sangat berharap yang di Sorong ini bisa segera progresnya berjalan cepat,” kata Area Manager Communication Relation and CSR Pertamina Patra Niaga Sub Holding Commercial and Trading Regional Papua Maluku Edi Mangun, kepada insan pers di salah satu Cafe di Kota Sorong ketika melakukan silaturahmi, Jumat (18/2).
“Sebenarnya pembangunan SPPBE yang berlokasi di KEK Arar, Kabupaten Sorong, sudah dilakukan sejak akhir tahun 2021 yang ditandai dengan peletakkan batu pertama,” sambungnya.
Edi mengatakan bahwa Pembangunan SPPBE di Kabupaten Sorong nantinya dapat memotong atau mengurangi harga gas elpiji yang selama ini dijual dengan harganya sekitar Rp 305.000 untuk ukuran tabung 12 kg dan Rp 155.000 untuk tabung ukuran 5,5 kg.
“Dengan hadirnya SPPBE di Kabupaten Sorong, maka harga gas elpijinya bisa turun karena dibottling di lokal atau daerah sendiri. Tidak seperti sekarang ini, yang masih diambil dari Surabaya,” ungkapnya.
“Artinya ini akan memotong harga yang selama ini Rp 305.000 itu akan bisa turun sampai seperdua dari harga tersebut,” sambungnya.
Lanjutnya, meski kehadiran SPPBE di Wilayah Papua Barat akan menurunkan harga, namun untuk menentukan harga gas elpiji di suatu tempat harus melalui proses kajian bersama dengan pemerintah daerah.
“Kami sangat berharap pembangunan SPPBE dapat diselesaikan dengan cepat dan berjalan lancar dengan waktu yang tidak terlalu lama,” ungkapnya.
Karena, dikatakan Edi bahwa PT Pertamina Patra Niaga Sub Holding Commercial and Trading PT Pertamina (Persero) juga telah membangun SPPBE di wilayah Maluku tepatnya di Ambon dan wilayah Papua tepatnya di Jayapura dan dalam tahun ini juga akan beroperasi.
“Di Ambon Maluku, kita sudah membangun SPPBE bekerja sama dengan pihak swasta. Kemudian di Jayapura Papua,” ujarnya.
Namun berbeda dengan SPPBE Kabupaten Sorong untuk wilayah Papua Barat, Edi menambahkan untuk SPPBE di Maluku pada Maret 2022 sudah beroperasi atau mulai dibottling (pembotolan) kemudian semua diambil dari Ambon. Sementara itu, di Jayapura diperkirakan usai Perayaan Hari Raya Idul Fitri.
“Sudah pasti kalau di 2 daerah (Ambon-Jayapura) ini SPPBE sudah mulai beroperasi maka harga gas elpiji nya sudah pasti akan turun. Kalau di Papua Barat pembangunan SPBE nya tidak jalan, maka tentu harga gas elpiji di Papua Barat akan mahal sendiri,” pungkasnya.(zia)