Simpan 13.500 Koleksi Buku
AIMAS – Sejak diresmikan pada 16 Desember 2021 lalu, kini Perpustakaan Daerah Kabupaten Sorong resmi beroperasi kembali dan dibuka untuk umum. Perpustakaan baru mulai memberikan pelayanan sejak 10 Januari kemarin. Jam pelayanannya pun cukup panjang, sejak pukul 8 pagi hingga pukul 5 sore.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kersipan Daerah Kabupaten Sorong, Yoap Mayor, SH menerangkan, sudah cukup banyak pengunjung yang menyambangi perpustakaan tersebut. Pengunjungnya tak hanya dari Kabupaten Sorong saja. Bahkan ada dari Kota Sorong dan Kabupaten Maybrat.
“Dengan gedung perpustakaan yang cukup representatif, mulai banyak ramai tempat ini dikunjungi pemustaka untuk meningkatkan minat baca dan memperkaya wawasan mereka. Ada seputaran Kota Baru Aimas, Kota Sorong, Klamono, dari Maybrat juga sudah datang kemarin,” ungkapnya.
Sebagian pengunjung perpustakaan merupakan mahasiswa kedokteran UNIPA. Melihat peluang itu, dinas terkait juga baru saja meminta pengadaan untuk koleksi buku baru, terutama yang berkaitan dengan dunia kesehatan dan kedokteran.
“Kita baru dapat tambahan koleksi buku baru, terutama yang berkaitan dengan dunia kesehatan dan kedokteran. Karena banyak mahasiswa kedokteran yang datang cari bahan bacaan ke sini,” ujar Yoap.
Sementara itu, salah satu pustakawan menambahkan, beberapa buku yang jadi bahan bacaan favorit pengunjung perpustakaan belakangan ini adalah yang berkaitan dengan panduan penyusunan skripsi. Misalnya metode penelitian kualitatif dan kuantitatif.
“Yang paling sering dibaca adalah buku panduan penyusunan skripsi dan metode penelitian. Tapi banyak juga mahasiswa keguruan Unimuda yang mencari bahan panduan pengajaran di sini. Semua kami upayakan tersedia,” imbuhnya.
Hingga saat ini, perpustakaan daerah tersebut sudah memiliki sekitar 13.500 koleksi buku, dengan lebih dari 6.000 judul secara keseluruhan. Perpustakaan umum tersebut saat ini juga sudah menjaring 2.287 anggota pemustakan.
Kadis Perpustakaan dan Kearsipan berharap, kehadiran perpustakaan baru dapat merubah pola pikir masyarakat tentang perpustakaan. Dimana selama ini banyak asumsi bahwa perpustakaan hanya tempat mengimpan buku, maka saat ini perpustakaan dihadirkan berbasis inklusi sosial.
Yaitu perpustakaan yang memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan potensinya dengan melihat keragaman budaya, kemauan untuk menerima perubahan serta menawarkan kesempatan berusaha, melindungi dan memperjuangkan budaya dan HAM. (ayu)