KAIMANA-Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Barat (KPwBI), Rommy S. Tamawiwy mengatakan bahwa Ekonomi Papua Barat Barat tahun 2023 diprakirakan lebih baik, dibanding tahun 2022 sejalan dengan membaiknya perekonomian negara mitra dagang dan potensi perbaikan permintaan domestik.
“Pemulihan ekonomi negara mitra dagang akan berdampak kepada peningkatan ekspor dan investasi terutama Tiongkok, Korea Selatan dan Jepang. Permintaan domestik yang kuat tercermin dari mobilitas masyarakat yang meningkat serta didukung oleh tingkat inflasi yang relatif terjaga di tengah peningkatan harga pangan dan energi,” katanya pada kegiatan Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat dengan tema Pemulihan Ekonomi Papua Barat, Senin (23/3) di Grand Papua Hotel Kaimana.
“Selain itu, pertumbuhan akan didukung oleh Train III Tangguh yang akan on-stream pada tahun 2023,” sambungnya.
Dijelaskan bahwa Kinerja net ekspor di Papua Barat pada triwulan IV 2022 mengalami pertumbuhan sebesar 32,10%. Pertumbuhan tersebut disumbang oleh peningkatan kinerja ekspor luar negeri sebesar 14,10%.
“Ekspor Luar Negeri Papua Barat pada triwulan IV 2022 masih didominasi oleh Liquefied Natural Gas (LNG) dengan pangsa ekspor sebesar 99,17%. Pertumbuhan Ekspor Luar Negeri Papua Barat didorong oleh pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap USD pada triwulan IV 2022, jika dibandingkan dengan triwulan IV 2021. Rata-rata kurs Rupiah-USD sepanjang triwulan IV 2022 tercatat sebesar Rp15.643,81,” jelasnya.
Sehingga, kata Rommy bahwa Prospek Inflasi IHK Papua Barat pada 2023 diperkirakan masih cukup terkendali dengan rentang sasaran 3,0%±1%.
“Secara umum, inflasi pada tahun 2023 akan didorong oleh peningkatan inflasi bahan makanan bergejolak yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2022,” ujarnya.
Sementara itu, kata Rommy bahwa laju inflasi pada komoditas inti dan administered price diperkirakan melambat seiring normalisasi harga energi dan komoditi.
“Pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan melambat pada tahun 2023 akibat tingginya tekanan inflasi, agresivitas kenaikan suku bunga moneter, dan krisis geopolitik Rusia-Ukraina yang berkepanjangan,” katanya.
Namun, Lanjutnya bahwa Pertumbuhan Ekonomi Papua Barat pada 2022 mengindikasikan perbaikan ekonomi.”Ekonomi Papua Barat pada 2022 mencatatkan pertumbuhan sebesar 2,01%, lebih tinggi dari tahun 2021 yang mencatatkan kontraksi 0,51%,” katanya.
Dijelaskan bahwa Dari sisi Lapangan Usaha, pertumbuhan ekonomi Papua Barat di sepanjang 2022 terutama disumbang oleh Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian serta Lapangan Usaha Industri Pengolahan. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Papua Barat terutama disumbang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah.
“Sehingga konsumsi rumah tangga pada tahun 2023 diperkirakan tumbuh pada level yang moderat, walaupun sedikit melambat jika dibandingkan dengan tahun 2022″ katanya,” pungkasnya.(zia)