Ronald Wally : Bapak Pesan Pulihkan Hubungan dengan Siapa Saja
SORONG – Mantan Wali Kota Sorong, Drs J.A Jumame,MM, tutup usia pada Senin (1/11/) sore. Wali Kota Sorong periode 2001-2016 dan 2017-2012 ini meninggal dunia diduga akibat serangan jantung. Meninggalnya almarhum tentunya menggores duka yang mendalam bagi keluarga, bahkan masyarakat Kota Sorong. Pantauan Radar Sorong di rumah duka pada pukul 17.00 WIT, terlihat warga berdatangan untuk melayat. Hingga pukul 17.50 WIT, tenda pun mulai dipasang di halaman kediaman.
Ronald Wally, anak mantu (Alm) J.A Jumamae, yang ditemui wartawan di rumah kediaman almarhum mengatakan bahwa almarhum akan dikebumikan di Pemakaman Bukit Zaitun pada Kamis 4 November 2021. Almarhum meninggalkan istri, Naomi Karakara, 7 anak, dan 17 orang cucu. Dengan mata berkaca-kaca sembari menahan tangis dan suara terbata-bata, anak mantu almarhun pun menceritakan kronologis detik-detik meninggalnya almarhum.
Ia mengatakan, sebelumnya dalam keadaan sehat, almarhum jatuh di rumah yang berada di KPR Exim. Kondisinya selesai mandi, kemudian selesai makan. “Almarhum sebelumnya sudah gelisah, sehingga adik ipar yang tinggal dengan beliau menghubungi istri saya karena adik ipar mau keluar rumah. Tetapi tidak mungkin meninggalkan bapak sendiri. Nah, saya dan istri masih sementara menuju ke rumah. Di tengah jalan, tiba-tiba adik ipar hubungi katanya sebelum keluar rumah mendengar bunyi sesuatu jatuh, ternyata itu bapak. Waktu jatuh masih sadarkan diri. Ketika dinaikan ke dalam mobil sudah tidak sadarkan diri,” kata Ronald Wally.
”Beliau mengalami serangan jantung sekitar pukul 14.30 WIT. Ketika tiba di rumah KPR, kita langsung membawa beliau ke Rumah Sakit Herlina. Dalam perjalanan ke Rumah Sakit Herlina memakan waktu sekitar 5-7 menit. Jadi jam 14.40 WIT dapat pertolongan pertama tindakan medis dengan pompa jantung, itu dari keterangan dokter, aturan medis cukup pompa jantung selama 20 menit, tapi sampai sudah 30 menit, beliau sudah tak bernafas dan dinyatakan meninggal dunia pada pukul 15.10 WIT,” imbuhnya.
Ronald Wally mengatakan, memang beliau ada riwayat sakit jantung, sudah pernah pasang ring di jantung, kalau tidak salah tahun 2005, semenjak itu pasien jantung dan ketika ada keluhan harus kontrol di Rumah Sakit Herlina. ”Bapak dalam 2 hari terakhir ini panggil saya dan istri, kita temani cerita dengan beliau. Sebenarnya selama 10 tahun, saya temani cerita dengan beliau, papi kemarin baru intensnya itu baru dua hari lalu. Cerita dari jam 4 sore atau jam 5 sore itu bisa sampai jam 12 malam. Bisa berjam-jam,” katanya.
”Ceritanya tentang pemerintahan, kerja yang baik, kasih nasehat paling banyak. Kedepan kamu harus baik, kerja baik. Tentang hal-hal yang baik beliau cerita semua untuk saya dan istri. Nah, hari ini juga kita mau naik cerita dengan beliau dan dalam kita dalam perjalanan ke sana yang dengar beliau jatuh. Untuk anak-anak semua, bukan hanya untuk saya dan istri,” sambungnya.
Kesan Ronald terhadap mertuanya, ia menceritakan sejak 20 tahun lalu, alamarhum menempatkannya di pemerintahan kota Sorong bukan sebagai anak mantu, tetapi dididik secara mandiri, berdiri di atas kaki sendiri. ”Seperti beliau taruh saya di tengah hutan, biarkan saya sendiri dengan sebilah pisau. Beliau sampaikan cari kau punya kemampuan sendiri, jangan berharap kepada orang lain. Jadi kalau kesan buat saya, bapak seperti orang tua mendidik anaknya tapi tidak memberikan fasilitas. Bapak mau saya mandiri,” jelasnya.. ”Saya datang tinggal dengan keluarganya kesannya itu seperti seorang bapak tinggalkan saya di hutan dengan sebuah pisau. Terus bapak bilang hidup dengan cara itu. Sampai hari ini, Puji Tuhan, istri saya menjabat Kepala Bidang di Keuangan, dan saya di Dinas Pendapatan Daerah. Itu yang beliau sampaikan. Beliau orang yang luar biasa,” katanya lagi.
Ronal mengungkapkan, kalimat terakhir almarhum yang harus dikerjakan oleh keluarga teruskan legacy ini dengan warisan dengan memulihkan hubungan dengan siapapun yang pernah berselisih dengan almarhum semasa menjabat di pemerintahan Kota Sorong. ”Kalau bapak ada hal yang bapak lakukan salah atau keliru di mata orang, kalian punya tugas untuk pulihkan hubungan bapak terhadap orang selama bapak memimpin, itu pesan beliau. Kalau ada yang salah di Bapak terhadap orang diluar, kalian yang pulihkan, itu pesan terakhir Bapak pada hari Minggu malam. Dalam doanya juga beliau sebutkan bahwa Tuhan, agar anak-anak saya ini pulihkan keadaan kalau itu tidak beres dari saya. Itu dalam doa beliau sebutkan,” ungkapnya.
Sebelumnya beberapa waktu lalu, anak Almarhum J.A.Jumame yakni Reynold Jumamae juga sudah terlebih dahulu kembali ke Tuhan Yang Maha Esa. Namun, Ronald Wally mengatakan bahwa dari pihak keluarga, sebagai anak mantu mengatakan bahwa kematian kan kita tidak bisa hindari, siapapun pasti akan ketemu, nah persoalan berikutnya tuh ikhlas tidak. ”Kalau di kepercayaan kami, Tuhan ambil kembali milik-Nya. Bahkan Saya sendiri tidak berhak untuk memiliki tubuh saya sendiri karena itu milik Tuhan. Kalau kedukaan kita sedih karena kita sebagai manusia yang normal karena merasa kehilangan. Tapi lantas kita menyalahkan Tuhan atau siapa? itu hal yang tidak boleh dilakukan dan kematian itu sudah jalan kehidupan manusia juga,” pungkasnya.
Almarhum J.A. Jumamae lahir 15 Desember 1949. Semasa hidupnya, almarhum pernah menjabat Wali Kota Administratif Sorong (1996—1999), Pejabat Wali Kota Sorong (1999—2001), Wali Kota Sorong (2001—2006), Wali kota Sorong (2007—2012) dan Wakil Ketua DPR Papua Barat (2014—2019). ”Jadi bapak yang meletakkan pondasi Kota Sorong. Jadi pemerintahan Kota Sorong hari ini, saya pakai istilah ibarat dulu Kota Sorong itu hutan, terus jadi kebun, kemudian jadi taman yang indah. Nah, beliau lakukan itu yang hari ini kota jadi taman yang indah dan semua orang datang untuk merebut seperti seorang gadis. Tapi beliau yang melerakan hal tersebut dari tahun 1996, administratif ditata sampai dengan tahun 2001 tanggal 28 Februari itu yang dikenal sebagai hari ulang tahun Kota Sorong,” kata Ronald Wally.
Kemudian dilakukan pemilihan periode 2001-2006, 2007-2012. Karena aturan menghendaki 2 periode saja, jabatan Wali Kota Sorong beliau berakhir pada tahun 2012. ”Kita mengharapkan kepada Pemerintah Kota Sorong, saya mengutip kata-kata Sukarno, Jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Mungkin pemerintah Kota Sorong dalam hal ini Bapak Wali Kota saat ini dan seluruh jajaran pemerintah kota, meskipun saya dan istri sebagian daripada pemerintah kota, tetapi saya berharap bahwa ada penghargaan yang layak. Ada atau tidak ada kami tetap menghargai. Ada penghargaan dari pemerintah kota Sorong selaku tempat dimana beliau pernah berbakti, beliau meletakkan pondasi-pondasi birokrasi yang baik untuk sampai hari ini bisa kita lihat Kota Sorong bagus,” sambungnya.
”Untuk masyarakat Kota Sorong, kita keluarga sampaikan terima kasih banyak kepada masyarakat Kota Sorong sudah kenal Bapak sebagai figur yang mungkin Pembina, mengayomi mereka. Sebagai anak mantu, saya ucapkan terima kasih kepada pemerintah kota Sorong atas apresiasi dan penghargaan yang sudah beliau alami selama 3 periode memimpin Kota Sorong,” imbuhnya. (zia)