SORONG – Dinilai mendiskreditkan kinerja pers, salah satu orator GMNI Kota Sorong dalam aksi demo terkait BBM di Fuel Terminal Sorong, Senin (8/11) dikecam PWI Sorong Raya dan IJTI Papua Barat. Tak hanya itu, pemberitaan demo mereka juga diboikot oleh semua media yang hadir sepakat untuk tidak diberitakan.
Salah satu orator GMNI Sorong yang mendiskreditkan pers tidak bekerja profesional saat melakukan aksi demo di Kantor Fuel Terminal. Dalam orasinya, dengan nada lantang tidak menyampaikan keluhan mereka terhadap Pertamina terkait BBM, namun malah menyerang media dengan menilai karya jurnalistik pers yang telah terbit merupakan hoax. ”Saya cukup kecewa dengan pemberitaan oleh teman-teman media terkait keterangan resmi dari Pertamina. Terkait keterlambatan pasokan akibat cuaca dan faktanya antrean panjang terjadi itu karena masyarakat percaya hoax. Omong kosong!. Media-media ini cari makan!. Mau cari rating bukan berarti menjual harga diri,” katanya saat orasi.
Hal tersebut dinilai mendiskreditkan profesi pers, padahal sejak awal mereka hendak menuju ke Fuel Terminal Sorong melakukan demo dengan berjalan kaki, para insan pers dari berbagai media telah follow up, tapi pada Fuel Terminal Sorong malah media yang disudutkan.
Sekretaris PWI Sorong Raya, Husni Laing kepada Radar Sorong mengatakan organisasi pers PWI mengecam statement yang disampaikan oleh orator saat demo BMM di Pertamina yang menyebutkan bahwa media hanya menyampaikan informasi tidak benar, selain itu pendemo menuduh media hanya mencari makan saja. ”Sebagai jurnalis baik media maupun wartawan, kami merasa keberatan atas tudingan tersebut, sebab wartawan bekerja sesuai kode etik jurnalistik sehingga produk jurnalistik yang dipublikasi sesuai hasil liputan yang didalamnya ada narasumber yang berkompeten serta sesuai kondisi yang terjadi atau fakta,” tegasnya.
Husni mengingatkan bahwa selaku mahsiswa seharusnya lebih cerdas dalam menyampaikan aspirasi di depan publik. ”Sehingga apa yang disampaikan orator saat demo tadi sepenuhnya salah sasaran dan tidak benar,” tegasnya. Ia menambahkan, PWI akan membahas hal ini bersama pengurus untuk mengambil langkah dan tindakan selanjutnya. ”Bahkan bisa saja kita melaporkan ke pihak kepolisian atas pencemaran nama baik terhadap profesi wartawan,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua IJTI PB, Chanry Suripatty mengatakan bahwa selaku ketua organisasi pers di Papua Barat ini menyesalkan pernyataan dari oknum mahasiswa yang melakukan orasi yang menyepelekan tugas-tugas media tentang pemberitaan. ”Yang mereka sebutkan menamakan koreksi kami terima, tapi itu adalah tuduhan serius yang tidak sangat mendasar. Karena teman-teman media di Kota Sorong ini sudah bekerja secara maksimal dan tetap memberikan edukasi kepada masyarakat,” katanya. ”Tentu kami juga menjaga kenyamanan dan keamanan warga Kota Sorong, karena kami tidak ingin dengan pemberitaan-pemberitaan terkait BBM ini menjadi masalah yang sangat meluas,” sambungnya.
Ia mengatakan pernyataan dari oknum mahasiswa tersebut sangat disesalkan dan pihaknya mengecam hal itu. “Kami minta dalam 1x 24 jam, mereka harus meminta maaf atas tuduhan serius itu. Bila tidak, kami akan mengambil langkah serius. Kami juga akan melakukan koordinasi dengan organisasi pers yang ada di Papua Barat untuk mengambil sikap terkait pernyataan tuduhan fitnah dari oknum mahasiswa tersebut,” tegasnya
Dikatakan, pada saat terjadi antrian panjang warga mengisi BBM, media sudah melakukan kerja secara profesional sehingga membuat Pertamina turun itu membuktikan wartawan telah melakukan tugas-tugas jurnalistik secara profesional. “Kami tidak ingin dengan pemberitaan itu terjadi kerusuhan di kota yang kita cintai bersama ini, itulah tugas media untuk menjaga keamanan. Termasuk berita-berita yang mereka sebut berita hoax itu adalah rilis dari Pertamina. Kita membuka ruang terhadap siapa saja, termasuk masyarakat memberikan keterangan kita wajib mempublikasikan,” pungkasnya. (zia)