SORONG – Phiten Welerubun, bayi berusia dua bulan tiga minggu, harus berjuang melawan penyakit hidrosefalus dan jantung bocor. Kondisinya kian memburuk karena hingga kini belum mendapatkan pengobatan memadai akibat keterbatasan biaya.
Anak dari pasangan Deviana Tiba dan Michael Welerubun, warga Jalan Selat Wangi, Kelurahan Malawei, Distrik Sorong Manoi, Kota Sorong, mulai menunjukkan gejala hidrosefalus tidak lama setelah lahir.
Kepala bayi laki-laki ini semakin hari semakin membesar hingga membuatnya hanya bisa tergolek lemah di tempat tidur.
Keluarga baru mengetahui Phiten menderita hidrosefalus dan jantung bocor setelah dirujuk ke sejumlah rumah sakit di Kota Sorong. Namun, hingga kini tidak ada penanganan medis yang berarti. Pihak rumah sakit hanya menyarankan agar pasien dirujuk keluar daerah, sementara keluarga tak memiliki biaya.
“Waktu lahir belum kelihatan. Sampai umur 3 minggu baru kelihatan. Kami bawa ke Puskesmas Malawei, lalu dirujuk ke RS Herlina, RS di Kilometer 22, hingga RS Sele Be Solu. Dokter bilang anak saya kena hidrosefalus dan jantung bocor. Tapi sampai sekarang belum ada obat, hanya diminta rujukan ke Makassar, tapi tidak ada kepastian,” ungkap Deviana Tiba, ibu Phiten.
Kondisi keluarga makin terpuruk setelah sang ayah, Michael Welerubun, menjadi korban penembakan dalam kerusuhan di Kota Sorong akhir Agustus lalu. Michael kini juga terbaring lemah di rumah sakit, sehingga perhatian keluarga terpecah.“Kami berusaha minta rujukan lagi, tapi bapaknya sekarang sakit ditembak. Jadi kami urus bapaknya dulu,” lanjut Deviana.
Dengan kondisi bayi yang kini sering muntah dan tubuh kian lemah, Deviana hanya bisa berharap ada perhatian dari pemerintah maupun pihak terkait. Hingga saat ini, keluarga mengaku belum mendapat bantuan dan masih menggunakan biaya pribadi untuk bertahan.
“Sekarang ade muntah-muntah. Selama ini belum ada bantuan dari pemerintah. Kami hanya pakai uang pribadi,” kata Deviana pasrah.
Keluarga kecil ini kini hanya bisa menanti uluran tangan pemerintah dan dermawan agar Phiten segera mendapat penanganan medis yang layak demi menyelamatkan hidupnya.(zia)