SORONG – Talud Sungai Mariat yang berlokasi di Kabupaten Sorong, bergeser dan patah akibat pergeseran tanah di pinggiran sungai imbas dari meluapnya Sungai Mariat akibat hujan deras yang terjadi pada pertengahan Agustus dan September lalu. Dua traf talud sungai sepanjang 27 meter dengan ketinggian 3 meter untuk trap pertama dan 60 cm trap kedua, bergeser dan patah imbas dari pergeseran tanah saat banjir terjadi.
Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Papua Barat, Wempy Nauw didampingi staf, dalam konfrensi pers saat mengajak wartawan ke lokasi talud Sungai Mariat, Minggu (5/10/25) mengatakan, hujan yang terjadi pada tanggal 14 Agustus 2025, lanjut lagi pada tanggal 21 dan 25 Agustus, dengan intensitas diatas 56 mm/jam (kategori hujan sangat lebat atau hujan ektrem), mengakibatkan Kota dan Kabupaten Sorong banjir. Khusus di Kabupaten Sorong, ada 9 ruas sungai yang debit airnya besar, sungai tidak mampu menampung debit air yang besar sehingga air meluap ke lahan pertanian dan pemukiman warga sekitar. “Dampak dari banjir ini salah satunya menghantam kita punya pekerjaan operasi dan pemeliharaan asset BWS Papua Barat. Sesuai data yang kami miliki, itu ada satu ruas di Sungai Mariat dekat jembatan dua, pekerjaan pemeliharaan asset BWS dalam hal ini talud Sungai Mariat sepanjang 27 meter, yang belum mencukupi umur beton, baru sekitar 20 hari setelah pekerjaan pemeliharaan, terhantam banjir sehingga talud sungai mengalami retak patah, tapi tidak ambruk,” kata Wempy Nauw.

Diterangkannya, pembuatan talud Sungai Mariat ini pekerjaan operasional yang sifatnya pemeliharaan berkala infrastruktur yang sudah dibangun sebelumnya, namun karena banjir akhirnya bergeser dan patah. “Bencana, kita tidak bisa menyalahkan siapa atau menyalahkan apapun karena itu sifatnya bencana alam. Malam itu kita turun langsung ke lapangan, melakukan identifikasi bersama-sama dengan teman dari DPR Kabupaten Sorong. Saya di lapangan sampai jam 3 subuh. Jadi ini pekerjaan yang sifatnya pemeliharaan, bukan pekerjaan konstruksi massif yang dibangun dengan dana puluhan atau ratusan miliar, tapi ini pekerjaan berkala yang sifatnya memberikan pemeliharaan kepada infrastruktur yang sudah dibangun,” terangnya.
Banjir di Sorong menjadi attensi pusat, pascakejadian turun langsung Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerajaan Umum dan Perumahan Rakyat, A. Umar Dani,ST,MT, meninjau langsung beberapa ruas sungai yang terdampak untuk mengidentifikasi permasalahan sekaligus membuat modeling penanganan darurat maupun permanen. “Kementerian PUPR sudah turun lapangan untuk melakukan monitoring, dan kami sudah melakukan pekerjaan tanggap darurat di Sungai Makbusun, Sungai Klafma, dan besok-besok kita lanjut ke Sungai Mariat. Hasil kunjungan dari pimpinan kami di pusat, sudah memberikan attensi yang positif karena ini diperintahkan langsung oleh Pak Menteri PUPR untuk segera melakukan pekerjaan di lapangan guna memberikan jaminan rasa aman kepada masyarakat. Yang sifatnya darurat segera dilakukan dan akan didukung lagi dengan konstruksi permanen,” jelas Wempy. “Kami sekarang ini siap-siap melakukan pekerjaan tanggap darurat tahun ini. Kita tidak diam, kita melakukan pekerjaan-pekerjaan di lapangan merespon bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Sorong, dalam hal ini pekerjaan tanggap darurat, nanti dilanjutkan dengan pekerjaan pascabencana dan kemudian masuk ke pekerjaan kontruksi permanen di anggaran APBN tahun depan,” imbuhnya.

Direksi Pelaksana Balai Wilayah Sungai (BWS) Papua Barat Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air (Satker OP-SDA), Muhammad Al-Ghazali menambahkan, pekerjaan pemeliharaan talud Sungai Mariat dengan konstruksi beton K175 baru selesai di awal Agustus 2025, umur beton harusnya 28 hari pasca pekerjaan baru betul-betul kokoh, namun keburu dilanda banjir yang bahkan melewati talud, sehingga terjadi pergeseran tanah yang akhirnya mengakibatkan talud juga bergeser dan patah di beberapa bagian. “Baru selesai di Agustus, sedangkan kemarin-kemarin di Kali Mariat diterjang banjir di tanggal 21 Agustus dan 14 September sampai melewati talud yang kami kerjakan. Memang umur beton belum sampai 28 hari karena pekerjaan selesai di bulan Agustus, sudah dilanda banjir sampai melewati talud yang kita bikin,” kata Muhammad Al-Ghazali kepada wartawan.

Dijelaskannya, pekerjaan pemeliharaan talud ini sifatnya swakelola, tidak melibatkan kontraktor, dijalankan sendiri oleh Balai Wilayah Sungai Papua Barat dengan arahan dan persetujuan pusat. Sifatnya pemeliharaan, bangunan atau asset yang mengalami kerusakan selanjutnya dibangun ulang atau diperbaiki. “Di Sungai Mariat itu ada dua talud yang dibangun, trap pertama dan trap kedua, sepanjang 27 meter. Jadi memang umur beton belum 28 hari, air tinggi, massa jenis tanah naik, akhirnya bergeser dari lokasi pembangunan karena longsor di pinggiran kali tepat diatas lokasi pekerjaan pemeliharaan talud ini. Ini akan kami perbaiki ulang, begitu, apalagi ini masih dalam masa pemeliharaan setelah pekerjaan,” jelasnya. (ian)