Kasi PPM Dinkes : Kami Takutkan Angka Kasus HIV/AIDS Meningkat
SORONG – Sejak 6 bulan terakhir, terjadi kekosongan kondom, sehingga perlu segera dilakukan pengadaan oleh pemerintah karena untuk menekan jumlah kasus HIV-Aids. Kosongnya stok kondom ini terungkap dalam rapat koordinasi guna melakukan pengawasan serta memastikan ketersediaan logistik obat ARV-TB dan Commodity Service Delivery and Distribution Mechonism aman, yang digelar Yayasan Peduli Kelompok Dukungan Sebaya (YPKDS) bersama Dinas Kesehatan Kota Sorong, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Sorong serta beberapa yayasan terkait di salah satu RM di Klademak, Rabu (9/3).
YPKDS juga sebagai salah satu organisasi berbasis komunitas yang dipercaya untuk menjadi Sub-sub Recipient (SSR) di bawah naungan Kementerian Kesehatan melalui Sub Recipient Indonesia AIDS Coalition (IAC). Community-Based Monitoring and Feedback (CBMF) Officer Yayasan Peduli Kelompok Dukungan Sebaya (YPKDS), Iqbal Sukunwatan mengatakan bahwa tujuan rapat koordinasi ini untuk membangun sistem keberlangsungan ketersediaan logistik obat (ARV-TB dan Commodity Service Delivery and Distribution Mechonism).
Dengan adanya pertemuan koordinasi membahas ketersedian logistic, diharapkan terbangunnya mekanisme komunikasi untuk memonitor ketersediaan logistik pada tingkat distrik. ”Harapan dari kegiatan tersebut terkait perkembangan program penanggulangan HIV AIDS di Kota Sorong termasuk isu logistik menfollow up kasus-kasus yang ditemukan di lapangan,” kata Iqbal Sukunwatan.
Selain itu, kegiatan tersebut sebagai upaya pemenuhan hak bagi komunitas adalah memastikan ketersediaan logistik program seperti kondom, lubrican, jarum suntik dan swab termasuk ketersediaan ARV di layanan. ”Yang perlu dipantau ketersediaannya termasuk mekanisme distribusinya sehingga diharapkan proses ini akan menghasilkan data analisis ketersediaan logistik di setiap daerah,” jelasnya.
Di tempat yang sama, Kepala Seksi Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Sorong, Amida Sesa S.Kep usai mengikuti rapat koordinasi mengungkapkan bahwa stok kondom di Kota Sorong telah mengalami kekosongan sejak 6 bulan terakhir. ”Kondom mengalami kekosongan. Kami dari Dinkes Kota Sorong akan menyampaikan persoalan ini ke Dinas Kesehatan Provinsi untuk menindaklanjuti terkait kekosongan kondom ini,” kata Amida Sesa.
Menurutnya, kondom sangat dibutuhkan untuk mengurangi penyebaran HIV maupun IMS bagi penderita penyekit tersebut. ”Harapan kami untuk teman-teman KPA Provinsi agar dapat mengirim kondom ke Kota Sorong, karena kondom ini sangat penting untuk menguragi penularan HIV maupun IMS. Jika pengadaan kondom mengalami keterlambatan yang kami takutkan angka kasus di Kota Sorong akan meningkat,” ucapnya.
Ia menambahkan, kondom ini juga penting untuk Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), yang mana perhitungan untuk kasus di Kota Sorong sekitar 4.000 kondom yang biasanya diberikan untuk stok setahun. Menurutnya, Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat yang melakukan pengadaan dari pusat kemudian melakukan pendistribusian kondom ke kabupaten/kota, sehingga pihaknya Kota Sorong hanya menerima. ”Dari provinsi yang akan membagikan ke kabupaten kota. Jadi kami menunggu karena itu sudah kesepakatan,” ujarnya.
Amida berharap Pemerintah Provinsi Papua Barat agar segera melakukan pengadaan stok kondom supaya jangan terjadi kekosongan. Ia juga mengungkapkan bahwa kondom ini diberikan secara gratis. ”Seperti yang sekarang kita sudah alami. Kondom ini kan sangat penting supaya tidak terjadi penularan kepada orang lain, karena kondom juga diberikan selain ke ODHA, juga dibagikan ke PSK,” tuturnya.
Sementara itu, Penananggung Jawab Obat ARV dan TB RSUD Sele Be Solu, Ruslan Bela,Apt., mengatakan, terapi antiretroviral (ARV) merupakan pengobatan yang direkomendasikan untuk semua orang yang terinfeksi HIV. Menurutnya, logistic terutama obat antiretroviral (ARV) dan TB serta semua jenis obat masih tersedia untuk 1 tahun ini. ”Sehingga stok aman,” ujarnya.
Dikatakannya, sekali ODHA mengkonsumsi obat itu seumur hidupnya dia tetap mengonsumsi obat. ”Fungsinya adalah bagaimana supaya mengendalikan virus ini supaya tidak terjadi pembelahan, tidak bereplikasi diri, tidak memperbanyak diri, dengan demikian maka akan sehat seperti biasa kalau ODHA minum obatnya teratur,” jelas Ruslan Bela sembari menambahkan, jumlah pasien yang aktif ARV sebanyak 800 orang. (zia)