
SORONG-Sebanyak 30 peserta dari berbagai daerah di Indonesia Timur mengikuti Penataran Wasit Juri Daerah, Ujian Sertifikasi Pelatih dan Ujian Zona V Perwasitan dan kepelatihan karate yang digelar Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) Wilayah Timur.Kegiatan digelar di Markas Yonmarhanlan XIV, Sorong di Kota Sorong Papua Barat Daya, Selasa (4/2).
Ketua KONI Papua Barat Daya Abubakar Gusti mengapresiasi dan mendukung kegiatan yang digelar selama 3 hari tersebut.
“Penataran ini penting untuk meningkatkan kualitas SDM olahraga, khususnya dalam perwasitan dan kepelatihan karate. Dengan pemahaman aturan yang baik, kita bisa mencetak atlet berprestasi yang siap bersaing di level nasional maupun internasional,” katanya.
Menurutnya, Tanpa lisensi yang jelas, sulit mencetak atlet yang siap bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Kualitas pelatih menentukan sejauh mana seorang atlet bisa berkembang. “Oleh karena itu, setiap provinsi harus aktif melakukan penataran dan sertifikasi seperti ini,” tegasnya.
Kemudian, Wakil Ketua Dewan Wasit PB. FORKI Pengurus KONI Pusat, Donald Kolompita mengatakan sebagai pemateri bahwa dirinya memberikan pentingnya pemahaman terhadap aturan terbaru dalam karate.
“Semaksimal mungkin peraturan baru saya distribusikan. Persoalan bagaimana 90% diterima oleh peserta. Peserta harus bertanya dan mencatat. Minimal 75% materi yang saya berikan harus dipahami,” katanya.
Dikatakan bahwa aturan jaman dulu ada 3 hukuman sedangkan sekarang memiliki 5 tingkatan hukuman. Selain itu, dalam teknik clinch, atlet wajib melakukan attack segera setelah aba-aba diberikan. Jika tidak, maka akan dikenai penalti.
Ketua Bidang Pendidikan dan Penataran PB. FORKI, Pengurus KONI Pusat Bidang Pembinaan dan Prestasi, Puang Syamsuddin mengatakan bahwa pada kegiatan tersebut, yang perlu dipersiapkan untuk Penataran pelatih ini memang harusnya itu wajib di semua provinsi melakukan Penataran.
“Karena kalau untuk mengikuti nanti Penataran Nasional harus punya dasar FORKI, minimal daerah. Makanya ini momen yang bagus yang dilakukan oleh INKAI dan Papua Barat Daya ini mengakomodir perguruan-perguruan untuk memberi kesempatan,” katanya.
Lanjutnya, Sehingga bila nanti di Juni 2025 ada kegiatan Penataran pelatih mereka sudah bisa ikut, baik dari FORKI maupun dari perguruan.
Ia berharap pelatih harus ada sertifikasi karena bagaimana bicara prestasi, kalau tidak punya lisensi pelatihnya.
“Jadi semua cabang olahraga itu pelatihnya rata-rata punya lisensi. Lisensi itu menentukan kompetensi. Kalau kompetensi pelatih enggak ada, jangan bicara prestasi,” katanya.
Menurutnya, Karena maju mundurnya pembinaan itu tergantung pelatih. Sehingga pelatih yang bergerak di lapangan, entah kapan pelatih bisa melakukan program latihan, bagaimana dirinya berhasil, bagaimana bisa dapat pick-nya.
“Itu dari cara program. Nah, kalau pelatih enggak bisa buat program, bagaimana bisa melatih, bagaimana dia menciptakan Papua Barat Daya bisa emas. Karena enggak punya pelatih yang potensi dan bersertifikat,” katanya.
Ia menambahkan bahwa saat ini sertifikasi dilakukan masih di tingkat daerah.(zia)