SORONG-Dinas Kesehatan (Dinkes), Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Provinsi Papua Barat Daya (PBD), menggelar Pelatihan Deteksi Dini Kanker Serviks bagi Dokter dan Bidan Se-Papua Barat Daya. Kegiatan berlangsung di Hotel Vega Sorong, Selasa (21/11).

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes), Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Provinsi Papua Barat Daya (PBD), Dr.Naomi Netty Howay,SKM.M.Kes mengatakan bahwa kegiatan ini untuk pertama kali Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Provinsi Papua Barat Daya menggelar Pelatihan Pemeriksaan Dini Kanker Serviks.
“Kami Dinas Kesehatan mempunyai komitmen kuat untuk menurunkan angka kematian ibu karena kanker serviks dan kanker payudara. Penyakit ini merupakan pencetus kematian pertama bagi perempuan Indonesia lebih khusus di tanah Papua,” ungkapnya.
Dikatakan bahwa pihaknya perlu menyiapkan Sumber Daya Manusia kesehatan untuk melakukan pemeriksaan dini yang melibatkan dokter dan juga bidan di puskesmas maupun di rumah sakit.
“Supaya ada kolaborasi dan sinergitas antara pusat-pusat pelayanan faskes kita, yakni Dinas Kesehatan dan organisasi profesi POGI yang merupakan organisasi dokter spesialis kandungan. Jadi semua harus sinergi untuk kedepannya,” katanya.
Dikatakan juga melalui Pelatihan tersebut, agar masyarakat bisa melakukan pemeriksaan IVA di puskesmas supaya melaporkan ke rumah sakit secara berjenjang untuk dilakukan pemeriksaan lanjut.
“Sehingga bisa menekan angka kesakitan kanker itu sendiri,” tegasnya.
Netty, menambahkan bahwa peserta pada pelatihan tersebut berjumlah 36 orang yang berasal dari kabupaten/kota se-Provinsi Papua Barat Daya.
“Terdiri dari dokter dan bidan. Kita berharap dengan kegiatan hari ini, Dinas Kesehatan sinergi dengan rumah sakit,” katanya.
Kemudian, harus ada alat-alat kesehatan yang harus pihaknya lengkapi karena mendukung SDM.
“Alat kesehatan itu juga harus ada, kemudian pelatihan untuk dokter umum yang bisa menggunakan alkes itu,” ungkapnya.
Kadis Kesehatan mengimbau kepada Pemda kabupaten/kota agar serius dengan hal ini dengan menyiapkan anggaran untuk pemeliharaannya dan juga insentif bagi petugas yang bekerja.
“Supaya mereka juga bisa ada motivasi atau semangat untuk bekerja,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua POGI Provinsi Papua Barat Daya, Dr.dr.Teuku Mirza,SpOG,Subsp.Onkologi mengatakan bahwa dengan melatih para tenaga kesehatan yaitu dokter umum dan bidan yang ada di faskes tingkat pratama agar bisa melakukan pemeriksaan awal untuk mengetahui ada atau tidaknya lesi prakanker atau kanker.
“Yaitu dengan melakukan pelatihan dengan mengoleskan asam cuka di mulut rahim pasien. Jadi ini merupakan langkah langsung yang lebih menguntungkan terutama untuk daerah seperti Papua Barat Daya, yang jauh sulit dijangkau ini dengan pemeriksaan IVA,” jelasnya.
Lanjutnya, Karena IVA ini keuntungannya dari Pap Smear bisa langsung diketahui. Sedangkan Pap Smear itu butuh laboratorium dan tenaga dokter patologi.
“Tapi kalau IVA dengan bidan atau dokter serta tenaga kesehatan di daerah melakukan pemeriksaan bisa langsung mengetahui kecurigaannya,” ujarnya.
Sehingga, dikatakannya Papua Barat Daya perlu melakukan pelatihan yang pertama merupakan satu langkah awal. Harapannya kesehatan masyarakat di Papua Barat Daya, terutama kesehatan kaum perempuan bisa dipantau terus oleh dinas kesehatan.
“Oleh sebab itu, dinas kesehatan dan profesi dalam hal ini POGI harus bekerja sama. Ini suatu kegiatan yang positif, bukan hanya untuk di Papua Barat Daya tapi juga di seluruh Indonesia,” pungkasnya.(zia)