SORONG – Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Papua Barat, presentase penduduk dengan kategori miskin di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2024 yakni 29,88%, tertinggi se-Provinsi Papua Barat Daya. Banyak factor yang mempengaruhi, diantaranya tingginya tingkat keterisolasian daerah dan infrastruktur yang belum memadai. Untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Tambrauw, dibutuhkan kerja bersama-sama antara pemerintah daerah Kabupaten Tambrauw, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat, dan bersama-sama bekerja, berkolaborasi dan berkomitmen untuk menyelesaikan permasalahan kemiskinan.
“Terkait hal ini, kami dari Dinas Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Pertanahan Provinsi Papua Barat Daya, akan menggerakkan program kami terkait dengan Perhutanan Sosial. Kelompok-kelompok Tani Hutan yang sudah ada di Tambrauw dibawah naungan KPH, Dinas LHKP bersama Balai Perhutanan Sosial, akan kami gerakkan semuanya untuk mengangkat nilai ekonomi masyarakat melalui gerakan menanam Nilam,” kata Julian Kelly Kambu,ST,MSi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Pertanahan Provinsi Papua Barat Daya kepada Radar Sorong, Minggu (18/5).
Dikatakan, Nilam ini merupakan salah satu tanaman yang bisa dikatakan sangat ekslusif, primadona, dan budidayanya tidak membutuhkan perlakuan khusus sehingga masyarakat bisa lebih mudah melakukan budidaya tanaman Nilam, dan proses penyulingannya nanti, hingga mendapatkan Minyak Nilam yang bernilai ekonomis tinggi. “Masyarakat di Tambrauw, Maybrat maupun Sorong Selatan sudah terbiasa menanam dan sudah jadi budaya bercocok tanam, sehingga program Mananam Nilam ini akan cepat diterima masyarakat, dan merangsang mereka untuk bisa meningkatkan perekonomian sehingga pada akhirnya meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan pada gilirannya mengurangi tingkat kemiskinan,” ujar Kelly sembari menambahkan penekanan dari bapak Gubernur Papua Barat Daya agar bekerja harus berbasis data, dan data BPS menjadi tantangan bagi kita semua untuk mengurangi tingkat kemiskinan bukan hanya di Kabupaten Tambrauw melainkan di seluruh wilayah Provinsi Papua Barat Daya.
Kabupaten Tambrauw difokuskan sebagai pusat produksi Nilam di Papua Barat Daya, mengingat masyarakat sudah bergerak dan sudah merasakan manfaat dari menanam Nilam. Pembelinya sudah tersedia, pihaknya sudah melakukan MoU dengan salah satu perusahaan dalam hal ini PT Rempah Indonesia yang bersedia membeli minyak Nilam dari masyarakat. Managemen perusahaan sangat berkomitmen, bahkan mereka meminta dukungan kebijakan dari pemerintah, untuk bisa mendukung dan mensejahterakan masyarakat melalui Nilam. “Ini satu potensi besar bagi masyarakat Tambrauw, dan kami optimis bahwa Tambrauw ke depannya jadi lumbung produksi Minyak Nilam di tanah Papua,” tegas Kelly Kambu.
Pihaknya lanjut Kelly, sedang membangun komunikai dan koordinasi dengan mitra dan stakeholder terkait, misalnya Petrogas untuk bagaimana kita mendukung pusat produksi Nilam di Kabupaten Tambrauw. “Budidaya Nilam untuk mensejahterakan masyarakat, kami akan menggerakan dalam skala besar karena lahan tersedia, masyarakat punya lahan, mereka hanya butuh bibit. Terkait bibit Nilam, kami dari Dinas LHKP sudah membagikan bibit-bibit Nilam ke masyarakat, dan kami juga akan berkoordinasi dengan Dinas Pertanian untuk pengadaan bibit Nilam dalam skala besar untuk dibagikan ke masyarakat Tambrauw,” tukasnya.

Dinas LHKP PBD berencana melakukan sosialisasi besar-besaran terkait budidaya tanaman Nilam yang bila diseriusi sangat berpotensi menjadi sumber pendapatan utama masyarakat mengingat masa panennya tergolong cepat, sehingga pada gilirannya bisa meningkatkan taraf hidup ekonomi dan mensejahterakan masyarakat. “Nilam potensinya sangat besar dan cepat berproduksi sehingga cepat juga mendapat uang. Budidaya Nilam sangat praktis, mudah, dan waktu panennya juga cepat. Panen pertama itu 6 bulan setelah tanam, selanjutnya tiga-tiga bulan panen lagi,” terangnya.
Ditambahkannya, Masyarakat di Tambrauw yang sudah menikmati hasil dari budidaya tanaman Nilam yakni Kelompok Tani Hutan di Kampung Baun Distrik Yembun Kabupaten Tambrauw. Satu liter Minyak Nilam dihargai Rp 600 ribu. Panen Nilam jika mendapatkan satu karung besar, setelah disuling bisa menghasilkan 3-7 liter minyak Nilam. “Masyarakat sangat antusias, bahkan ada beberapa kepala distrik yang menghungi kami menginformasikan jika masyarakat sudah membersihkan lahan untuk budidaya tanaman Nilam,” imbuhnya.
Untuk menyukseskan program Menanam Nilam dan menjadikan Kabupaten Tambrauw senbagai lumbung produksi minyak Nilam di tanah Papua, Kelly mengharapkan agar pemerintah Kabupaten Tambrauw dan Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya, dalam mengalokasikan dana otonomi khusus (Otsus) Papua untuk pemberdayaan masyarakat, difokuskan untuk memberdayakan masyarakat dalam mengelola potensi wilayahnya yang menonjol dan bernilai ekonomis tinggi, misalnya tanaman Nilam di Kabupaten Tambrauw. “Jadi, dana Otsus untuk pemberdayaan, dana Desa dan sumber-sumber lainnya, untuk di Tambrauw kiranya bisa difokuskan untuk menggerakkan masyarakat agar bangkit mengembangkan potensi budidaya tanaman Nilam,” pungkasnya. (ian)