WAISAI – Kampung Yensawai Distrik Batanta Utara Kabupaten Raja Ampat memiliki memiliki posisi penting dan strategis sebagai pusat terumbu karang dunia (coral center) dari segitiga karang dunia (coral triangle). Keberadaan ekosistem laut di Yensawai tidak sekedar menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik dan dunia, namun juga perlu menjadi modal bagi tercapainya kesejahteran masyarakat. Akan tetapi, jika sumberdaya rusak maka dampaknya akan terasakan langsung oleh masyarakat Yensawai.
Terumbu karang di Raja Ampat saat ini mulai terancam oleh aktivitas manusia dan kondisi alam akibat perubahan iklim. Salah satunya di Kampung Yensawai Barat, apabila tidak ada intervensi atau perbaikan dalam 10 tahun ke depan, maka terumbu karang akan rusak parah dan bahkan hilang. Untuk itu, kegiatan Bappenas bersama Bappenas-ICCTF, PKSPL IPB, COREMAP-CTI, Pemerintah Daerah Raja Ampat dan Pemerintah Provinsi Papua Barat terus melakukan kegiatan rehabilitasi kerusakan terumbu karang dengan replantasi terumbu karang, tetapi kali ini metode repalantasi terumbu karang dilakukan dengan inovasi baru.
Replantasi terumbu karang dengan inovasi baru dilakukan sudah sejak setahun yang lalu berupa rak PVC oleh tim ICCTF dan PSKPL IPB bersama anak-anak pegiat konservasi di Kampung Yensawai terutama dengan model sendiri melalui metode rak PVC sehingga berhasil dengan baik. Dengan tingkat keberhasilannya mencapai 90 persen. Bukan hanya metode Rak PVC ini yang menjadikan program berhasil tetapi juga didukung dengan perawatan dan monitoring setiap minggu.
Seperti kegiatan monitoring yang baru dilakukan secara bersama para peneliti dari ICCTF dan PKSPL-IPB University, dan kelompok masyarakat selaku pegiat konservasi tentunya dengan melihat lansung kondisi terbaru, dan potensi gangguan serta melakukan pembersihan alga pada rak transplantasi di Kampung Yensawai, Kamis (10/2) lalu.
Direktur Program Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), Dr. Ferry Kurniawan mengungkapkan hasil monitoring terumbu karang ini cukup memuaskan, sekaligus melebihi ekspektasinya. Kenapa demikian, karena target awal yang sebelumnya hanya 50 rakit, tapi selama program berjalan sejak setahun lalu hingga saat ini terindentifikasi telah bertambah sebanyak 100 rakit, lalu kemudian bertambah lagi 13 rakit, kemudian terdapat bantuan lagi sebanyak 20 rakit. ”Dengan jumlah seperti ini, artinya itu sudah berkali-kali lipat dari target kami. Tapi sebenarnya terjadi perubahan jumlah tersebut bukan dari kami semua, tapi inisiasi masyarakat Yensawai menambahnya sendiri. Dan ini sangat melibihi ekepektasi kami,” kata Ferry kepada wartawan di Kampung Yensawai.
Ferry mengatakan saat ini sudah bisa memastikan karang tersebut hidup. Kendati demikian, membutuhkan 3 sampai 5 tahun lagi, agar bisa membentuk ekosistem yang baik dan kuat. ”Harapan saya, replantasi terumbu karang di Kampung Yensawai bisa menjadi kampung konservasi di Raja Ampat. Dan rehabilitasi karang ini bisa direplikasikaan lagi ke kampung-kampung yang lain. Masyarakat disini (Yensawai) sudah siap membantu menyalurkan ataupun membagikan ilmunya kepada kampung-kampung yang lain, sehingga konservasi atau rehabilitasi bergerak bersama-sama dan tidak hanya disatu kampung saja,” imbuh Ferry.
Ketua PSKPL-IPB University, Dr. Yonvitner menambahkan kegiatan pihaknya kali ini merupakan program monitoring projek rehabilitasi karang yang dilakukan bersama masyarakat Kampung Yensawai. ”Harapan kita nanti terumbu karang baik, Ikan kembali membaik, dan pantai terjaga wisata berkembang sehingga masyarakat mendapatkan manfaat lebih banyak. Diharapkan lagi masyarakat Yensawai pertama terbuka terhadap berbagai aktivitas pemerintah dan lembaga lain yang datang serta ingin berkonstribusi bagi daerah ini (Yensawai). Jadi kerjasama mutualisme itu dibutuhkan antara pihak perlu terbangun kesadaran bersama pihak yang datang dan masyarakat juga merasa bahwa dia di bantu, dan yang datang juga membantu bukan membebani. Maka ini suasana yang perlu dibangun bersama,” kata Yonvitner.
Wakil Bupati Raja Ampat, Orideko Iriano Burdam mengapresiasi program replantasi terumbu karang yang dilakukan di Yensawai oleh tim ICCTF dan PSKPL-IPB. Program rehabilitasi lingkungan bersama PKSPL IPB khususnya program replantasi terumbu karang di Kampung Yensawai sangat memberikan motivasi baik bagi pihaknya (Pemkab) maupun masyarakat di Raja Ampat. ”Terima kasih untuk semua pihak, terutama bagi peniliti Institut Pertanian Bogor yang telah membantu masyarakat. Untuk itu, saya berharap ada peningkatan lagi tak hanya bagi pemerintah tapi juga masyarakat agar tetap menjaga dan melindungi lingkungan kita diantaranya yaitu karang,” ajak Wabub ORI.
Monitoring di Kampung Yensawai terlihat semua peneliti dari ICCTF dan tim PSKPL IPB oleh Kepala PKSPL IPB, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Dr. Fredinan Julianda, M.Sc, Deputi Direktur Program ICCTF, Dr Arsyad Al Amin, Peneliti PKSPL IPB, Isdahartati, M.Si, termasuk beberapa pemuda pegiat konservasi di kampung Yensawai yang dikoordinir Constantinus Saleo dengan melakukan peninjauan langsung terhadap perkembangan transplantasi kerusakan terumbu karang dengan cara snorkeling. (hjw)