Pendonor Tetap 147 Kali Diberi Penghargaan Satyalancana
AIMAS – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Palang Merah Indonesia (PMI) ke-78 tahun pada tanggal 17 September ini, PMI Kabupaten Sorong menggelar kegiatan bakti sosial donor darah. Kegiatan Baksos tersebut didahului dengan prosesi tiup lilin dan potong kue ulang tahun yang dipimpin langsung oleh Ketua PMI Kabupaten Sorong, Adri B. Timban, SH, M.Hum.
Adri mengatakan, Baksos donor darah kali ini cukup istimewa karena pihaknya telah menyiapkan sejumlah hadiah sebagai apresiasi untuk para mitra dan masyarakat yang telah dengan suka rela mendonorkan darahnya.
Bukan hanya itu, pada momen HUT PMI kali ini pihaknya juga akan menyerahkan penghargaan donor darah secara bertahap kepada 265 orang pendonor sukarela. Serta 13 orang pendonor sukarela yang akan direkomendasikan untuk mendapatkan penghargaan donor yang telah mencapai batas, yaitu minimal 100 kali.
“Pendonor tetap yang sudah mendonorkan darahnya minimal 100 kali akan diusulkan untuk untuk mendapatkan Satyalancana Kebaktian Sosial dan Kementerian Sosial. Hari ini kami serahkan sertifikat penghargaannya dulu kepada perwakilan pendonor tetap, atas nama Bapak Idi Santoso yang telah 147 kali mendonorkan darahnya. Serta Bapak Eko Wahyudi yang telah 103 kali berdonor,” ujar Adri Timban.
Sementara itu, Idi Santoso mengaku bangga dan bersyukur atas apresiasi yang diberikan oleh PMI Kabupaten Sorong. Pria 67 tahun tersebut mengatakan bahwa, ia mulai rutin berdonor sejak tahun 1983, saat masih berusia 27 tahun. Namun ia sudah dipensiunkan untuk berdonor tepat di usia 65 tahun pada Agustus 2021 lalu.
“Saat masih aktif, bisa sampai 4 kali dalam setahun saya donorkan darah. Tidak kenal pagi, siang, malam, selagi saya bisa, pasti saya datang. Namun saat ulang tahun ke-65 tahun saya sudah tidak diizinkan bendonor lagi dengan alasan kesehatan,” ujar Idi.
Dikatakan Idi, pada usia tersebut sebenarnya ia masih bisa mendonorkan darahnya. Namun, menurut dokter, regenerasi sel darah di dalam tubuhnya akan lama terbentuk. Sehingga dikhawatirkan tubuhnya akan rentan terhadap penyakit. Oleh karenanya, ia terpaksa dipensiunkan oleh dokter.
Ia membeberkan, alasan yang membuatnya konsisten untuk menjadi pendonor tetap adalah musibah yang ia alami pada tahun 1983. Di mana saat itu Idi mengalami kecelakaan kerja yang membuatnya kehilangan sebelah tangannya.
“Saya harus dioperasi saat itu dan membutuhkan banyak darah. Kemudian pasca operasi, saya bertanya kepada dokter, bagaimana saya bisa sembuh. Dokter sampaikan bahwa saya mengalami pendarahan hebat dalam kecelakaan itu, sehingga banyak orang yang mendonorkan darahnya untuk memperlancar proses operasi saya. Sejak itulah saya termotivasi untuk ingin berdonor juga demi membalas kebaikan orang untuk saya saat itu. Kalau orang lain bisa berbuat baik kepada saya, maka saya juga ingin berbuat baik kepada orang,” beber Idi Santoso. (ayu)