PROBOLINGGO – Menko Polhukam Mahfud Md mengaku pemerintah bisa dengan mudah menumpas kelompok kriminal bersenjata (KKB) di wilayah Papua. Namun pemerintah diperhadapkan kondisi sulit karena adanya sandera. Dikutip dari detikJatim, Mahfud menyampaikan hal tersebut berkaitan penyelamatan pilot Susi Air Philips Mark Mehrtens yang disandera KKB. Upaya penyelamatan pilot asal Selandia Baru itu belum berbuah hasil. “Padahal kita harus menyelamatkan warga negara asing sebagai negara yang beradab,” ungkap Mahfud usai berdialog bersama para ulama dan umaro di Ponpes Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo.
Mahfud mengaku pemerintah dalam hal ini TNI bisa saja melakukan tindakan, namun keselamatan sandera termasuk warga harus diprioritaskan. “Kalau kita hanya sekadar menumpas (KKB) itu tidak sulit, karena sejatinya TNI siap,” katanya. Mahfud mengaku pembebasan pilot Susi Air membuat pemerintah dalam posisi dilematis. Salah satunya karena KKB mengancam akan membunuh pilot tersebut jika pemerintah bergerak. KKB juga menjadikan perempuan dan anak-anak sebagai tameng. Cara licik ini digunakan agar bisa kabur dan selamat ketika menghadapi aparat.
Mahfud pun meminta semua pihak agar bersabar. Pemerintah sedang menyusun langkah taktis agar bisa membebaskan pilot Susi Air dalam keadaan selamat. “Kita harus bersabar, pemerintah sedang menyusun langkah-langkah, agar dapat menjamin keselamatan sandera dan masyarakat,” jelas Mahfud. Untuk diketahui, pesawat Susi Air dibakar KKB di Lapangan Terbang Paro, Nduga, Papua Tengah pada Selasa (7/2). Pilot pesawat pun disandera KKB hingga saat ini keberadaannya belum diketahui.
Terakhir, KKB menyerang 36 prajurit TNI yang tergabung dalam misi penyelamatan pilot Susi Air di wilayah Mugi-Mam, Nduga, Papua Pegunungan pada Sabtu (15/4). Insiden itu mengakibatkan 4 personel gugur dan 1 prajurit TNI dinyatakan hilang. Dalam penyerangan itu, KKB menggunakan perempuan dan anak-anak sebagai tameng. “Di perjalanannya dihadang dan kontak tembak KST (KKB Papua) yang dalam kontak tembak tersebut mereka memanfaatkan masyarakat dan anak-anak untuk menyerbu. Dari tembakan, dari masyarakat khususnya ibu-ibu dan anak-anak untuk menyerbu dengan pasukan kita,” ungkap Panglima TNI Laksamana Yudo Margono. (sar/hsr/detikcom)