JAKARTA-Dalam Kongres Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) 2025 yang bertema “Berdaya di Era AI”, Sabtu (15/2) Uni Lubis, Ketua Umum FJPI yang baru saja menyelesaikan masa jabatannya, memberikan pesan yang menginspirasi tentang tantangan dan peluang yang dihadapi jurnalis perempuan di tengah kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Uni Lubis mengawali pidatonya dengan menekankan bahwa meskipun saat ini banyak orang masih berjuang untuk beradaptasi dengan era digital, FJPI harus melangkah lebih jauh dan siap menghadapi era AI.
“AI sudah menjadi bagian dari kehidupan kita, dan sebagai jurnalis perempuan, kita tidak bisa mengabaikannya. Kita harus beradaptasi dan tetap relevan dengan perkembangan zaman,” ujarnya.
Dalam refleksinya tentang perjalanan FJPI sejak 2018, Uni mengakui bahwa masa pandemi COVID-19 telah menjadi tantangan besar. Namun, ia juga melihat sisi positif dari situasi tersebut.
“Pandemi ini memberikan akselerasi digital yang luar biasa. Selama dua tahun, FJPI berhasil mengadakan 13 kegiatan webinar yang beragam, mulai dari kesehatan mental hingga isu iklim dan gender,” jelasnya.
Uni menekankan bahwa meskipun banyak ilmu baru yang dipelajari, dari digital hingga AI, esensi yang harus dijaga adalah integritas.
“Integritas adalah hal yang paling utama yang harus dimiliki oleh jurnalis Indonesia. Saya ingin FJPI menjadi organisasi yang menjunjung tinggi integritas,” tegasnya.
Dalam konteks AI, Uni mengingatkan bahwa meskipun teknologi ini menawarkan kemudahan, jurnalis harus tetap berhati-hati.
“AI adalah pisau bermata dua. Jika kita mengandalkan AI sepenuhnya dalam produksi konten, kita bisa terjebak dalam memproduksi misinformasi dan disinformasi,” katanya.
Ia menekankan pentingnya verifikasi dalam setiap informasi yang dihasilkan, karena AI hanya merupakan kumpulan data yang belum tentu akurat.
Uni juga mengingatkan bahwa penggunaan AI dapat menimbulkan masalah terkait hak cipta. “Kita harus berhati-hati dalam menggunakan konten yang dihasilkan oleh AI, karena bisa jadi itu adalah milik atau hak paten media lain,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa Dewan Pers telah mengeluarkan pedoman tentang penggunaan AI di newsroom yang harus diikuti oleh jurnalis.
Di akhir pidatonya, Uni Lubis menyampaikan rasa terima kasih kepada anggota FJPI yang telah mendukungnya selama masa jabatannya.
Ia optimis bahwa FJPI akan terus dipercaya oleh mitra-mitranya, termasuk Dewan Pers, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kedutaan Besar Australia dan ABC International Development (ABCID) dari Australia.
“Kepercayaan ini adalah hasil dari integritas yang kita jaga bersama,” tutupnya.
Dengan semangat dan komitmen untuk menjaga integritas, Uni Lubis meninggalkan warisan yang kuat bagi FJPI, mendorong jurnalis perempuan untuk terus berdaya dan relevan di era AI yang terus berkembang.(*/zia)