MANOKWARI – Bupati Manokwari Hermus Indou,SIP,MM memarahi para pedagang yang menjadikan pasar sebagai tempat tinggal. Dia beralasan, pedagang yang menjadikan kios sebagai tempat tinggal sangat beresiko, bisa menjadi penyebab kebakaran. “Tidak ada pemukinan di pasar, pemukiman tidak boleh ada di dalam pasar. Jangan bangun tempat tinggal di pasar, ini yang bisa menimbulkan kebakaran. Jangan bawa tempat tidur, kompor di pasar,” tegasnya di hadapan sejumlah pedagang Pasar Wosi.
Ia menegaskan, pasar hanya tempat jual beli. Bila aktivitas jual beli tidak ada, maka para pedagang kembali ke rumah, tidak menetap di kios di dalam pasar. “Pasar hanya tempat jualan, setelah itu pulang istirahat di rumah,” ujar Bupati.
Orang nomor satu di Kabupaten Manokwari ini patut marah lantaran ada sejumlah pedagang yang menjadikan kios tempat jualan sekaligus sebagai tempat tinggal. Isu yang berkembang di tengah masyarakat, penyebab kebakaran berasal dari salah satu tempat jualan yang juga dijadikan sebagai tempat tinggal. Pasar sebagai fasilitas umum harus dijaga, jangan sampai karena ulah satu orang dapat merugikan banyak orang. “Jadi, tidak boleh ada pedagang yang bawa kompor taruh di kios di pasar, itu dilarang,” tegasnya.
Mantan Ketua KNPI Provinsi Papua Barat ini mengatakan prihatin atas kejadian kebakaran yang menghanguskan puluhan kios dan ratusan lapak jualan. Pemerintah daerah akan membangun kembali kios atau tempat jualan yang terbakar. Akan ditata lebih baik, tidak seperti sebelum kebakaran yang terkesan kumuh, banyak bangunan atau lapak liar yang membuat Pasar Wosi terlihat tidak tertata.
Puing-puing bangunan terlebih dahulu akan dibersihkan. Bupati menuturkan, pemerintah tidak mungkin membiarkan warganya tidak tertangani dengan baik. “Pemerintah tidak mungkin menelantarkan rakyatnya. Ini (kebakaran) akibat ulah satu dua orang akhirnya berdampak pada banyak orang karena apa? pasar dijadikan rumah, tinggal di situ dan masak di situ,” ucapnya lagi.
Sementara itu, sejumlah pedagang sudah mulai mendirikan lapak-lapak jualan di lokasi yang terbakar. Para pedagang ini beralasan, mereka tak punya pilihan lagi. Untuk menghidupi keluarga, maka satu-satunya cara adalah kembali berjualan walau dilarang. ‘’Memang ada yang larang, tetapi mau makan bagaimana kalau tidak jualan seperti ini,’’ ujar Hasnah.
Basri, pedagang pakaian mengakui memiliki kios di dalam pasar, namun kurang pembeli. Dia membuka 2 lapak di bagian luar pasar namun telah ludes terbakar. Selama ini pada pedagang yang membuka lapak di luar membayar sewa tempat, namun Basri enggan menyebut nilai nomial biaya sewa tempat. ‘’Ya, itu bisa sewa itu relative tergantung kesempakatan secara lisan saja,” ujar Basri.(lm)