SORONG– Lomba shalawat yang digelar dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Aula Kampus IAIN Sorong, Jumat (27/9) menampilkan peserta dalam dua kategori yakni kategori remaja dan dewasa.
Dengan busana dan gerakan kreatifitasnya masing-masing, peserta yang berjumlah sekitar 14 group tampil membawakan lagu wajib dan lagu pilihan. Seperti Majelis Taklim Al Muizz KPR Cenderawasih Aimas Kabupaten Sorong yang tampil dengan lagu wajib Isfalana dan lagu pilihan Shalawat Nariah, mengenakan busana warna hitam bermotif coklat dengan aksesori pemanis bros di jilbab hitam.
Dengan jumlah personel 6 orang, Majelis Taklim Al Muizz KPR Cenderawasih Aimas dengan vokalis bu Nisa tampil penuh percaya diri. Sementara peserta lainnya yang menarik perhatian adalah group Shoutul Qolbi yang tampil dengan busana terang warna pink dengan topi kreasi mahkota di kepala.
Dewan juri yang dilibatkan dalam lomba salawat yakni Abdul Wahab Rumakat, Hj. Maryam Rahayaan, Siti Sarah Salim dan Imel Kurnia Dewi masing-masing memberikan penilaian dari sisi vocal, tajwid, busana dan penampilan.
Kepada media ini, Hj. Maryam Rahayaan mengatakan, yang terpenting dari kegiatan lomba salawat ini bukan pialanya tapi tujuannya adalah agar peserta maupun penonton dapat mendapatkan syafaat Nabi Muhammad SAW.
“Alhamdulillah sangat antuasias ibu-ibu mengikuti lomba ini,”tandasnya,. Dikatakan Hj Maryam, karena ada 4 juri maka penilaian memperhatikan vocal, penampilan, tajwid dan kostum yang telah disyaratkan.
“Jadi kalau ada yang tanya, suaranya bagus, kenapa tidak juara. Suara bagus tapi kalau penampilannya kurang bagus atau misalnya bajunya kurang bagus menurut islami itu harus syari, menutupi dada, semua itu harus mendukung,”terang Hj Maryam.
Demikian pula dengan lafal lagu wajib maupun pilihan. Karena lagu-lagu yang dibawakan dalam bahasa Arab maka harus dilantunkan dengan tajwid yang benar. “Jadi 4 juri itu mengumpulkan nilai diantara itu nanti ditentukan siapa juaranya. Kalau vokalnya bagus, instrumennya bagus, kenapa tidak,”tandas Hj Maryam.
“Bagi saya pribadi, saya tidak melihat siapa yang tampil tapi apa yang disajikan,”imbuhnya. Dilibatkan sebagai dewan juri, Hj Maryam mengaku sejak 30 tanun lalu, Ia sudah sering mengikuti berbagai lomba qasidah, salawat hinga jadi qori MTQ.
Sejak tahun 2008, Ia jadi anggota dewan hakim MTQ, termasuk pada MTQ 1 Provinsi Papua Barat Daya Juni 2024. Langganan jadi dewan juri, Hj Maryam mengatakan jika dari lomba ada peserta yang tidak puas itu biasa. “Yang penting kita menilai itu tidak boleh melihat siapa yang tampil tapi apa yang ditampilkan,”ujarnya lagi.
Dikatakan Hj Maryam, hasil penilaian tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada manusia tapi juga kepada Sang Pencipta. (ros)