SORONG– Sebanyak 20 mahasiswa Southern Cross University Australia didampingi 2 dosennya mengunjungi Sekolah Sungai di Rumah Singgah yang berada di HBM Jalan Sriti II, untuk meninjau secara langsung Kondisi Sungai di Indonesia khususnya di Kota Sorong tepatnya di Kali Remu, Selasa (20/8).
Dalam kunjungan tersebut, Prof. Amanda Reichelt Brusshet didampingi Prof. Kirsten Benkendorf dari Southern Cross University Australia menyoroti permasalahan Sungai atau Kali Remu Kota Sorong yang terdapat banyak sampah plastik dan adanya sanitasi warga yang tidak layak (toilet yang pembuangan langsung ke kali).
Prof.Amanda mengatakan bahwa organisasi atau komunitas di Papua Barat Daya telah melakukan banyak hal untuk memperbaiki atau menjaga sungai.
“Namun, saya pikir masih banyak yang harus dilakukan. Menurut saya ada 2 masalah besar adalah nutrisi, nitrogen, fosfor serta plastik. Jadi semua orang perlu bekerja sama. Itu adalah langkah yang baik, untuk memperbaikinya,” uangnya.
Dikatakan bahwa ketika kita mencuci pakaian dan menggunakan toilet, kita harus memikirkan daerah resapan air, dimana air tersebut mengalir dan kemudian berpindah ke sungai.
“Kita juga perlu memikirkan sampah plastik yang dibuang ke sungai. Ini bukan hanya apa yang kita lakukan sekarang, tapi juga apa yang sudah ada di sana (sungai),” jelaskan.
Ia mengungkapkan bahwa alasan memilih di Kota Sorong khususnya Sungai atau Kali Remu karena tahun lalu mahasiswinya bernama Nur (dari UMS) yang kuliah S2 di Australia berdiskusi dengannya tentang halaman kampung atau daerah asal dirinya.
“Kami mempunyai sungai yang sangat besar dan mempunyai banyak masalah kesehatan. Jadi di kampung halaman saya, pertanian adalah masalah besar dan masalah penggunaan lahan yang menimbulkan pencemaran air. Bukan masalah plastik,” jelasnya.
“Saya melakukannya banyak pekerjaan untuk mengatasi polusi air di Australia. Jadi saya mendukung Sorong agar lebih baik. Untuk belajar tentang berbagai masalah dan bagaimana menemukan solusi untuk masalah tersebut. Jadi kita semua berkerjasama untuk saling membantu,” sambungnya.
Menurut Prof.Amanda bahwa sangat penting untuk memastikan seluruh warga kota memiliki septic tank / sanitasi yang layak di setiap rumah, tidak di atas sungai.
“Pemerintah perlu mendukung masyarakat,” tegasnya.
Wanita murah senyum ini, menambahkan bahwa perlu adanya edukasi dan perubahan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah plastik.
“Kemudian masyarakat perlu diberikan akses yang mudah untuk pembuangan limbah plastik. Tapi masyarakat juga perlu belajar untuk tidak menggunakan atau membuang sampah plastik lagi di sungai,” pungkasnya.
Ketua Bentang Alam Papua Foundation Papua Barat Daya, Syafruddin Sabonnama mengatakan bahwa kunjungan mahasiswa tersebut karena Indonesia merupakan negara berkembang dan juga karena adanya Kerjasama antara Southern Cross University dan Universitas Universitas Muhammadiyah Sorong (UMS) menjadi jembatan bagi 20 mahasiswa tersebut untuk datang ke Kota Sorong.
“Hari ini 20 mahasiswa didampingi oleh 2 dosen mereka yaitu Prof Amanda dan Prof Christina berkunjung ke Sekolah Sungai untuk menjajaki pengalaman mereka yang baru, tentang bagaimana kondisi sungai di negara-negara berkembang,” katanya.
Sabonnama yang juga anggota DPR Kota Sorong ini berharap bahwa dengan adanya kunjungan tersebut, maka semakin memacu semua LSM dan NGO, baik lokal maupun yang sifatnya internasional yang ada di daerah agar terus bekerja dengan sepenuh hati menjaga alam Papua.
“Kemudian menanamkan nilai-nilai integritas untuk kebaikan banyak orang, karena kita tidak tahu di mana titik pertemuan terakhir kita dengan komunitas lain,” ungkapnya.
Ia meyakini bahwa kunjungan ini merupakan sebuah bentuk penguatan buat teman-teman gerakan, bahwa menjaga alam Papua ini adalah tanggung jawab semua pihak.
“Sehingga kita yang hidup di atas tanah ini harus mengambil peran untuk melakukan sesuatu. Jangan kita biarkan negeri ini menjalani takdirnya hanya seorang diri. Tetapi, semua elemen harus mengambil peran tersebut,” tegasnya.
Dikatakan Sabonnama, Persoalan yang dibahas adalah bagaimana pengelolaan sampah plastik dan sanitasi. Para mahasiswa Australia menyoroti kebiasaan masyarakat yang membuang limbah domestik langsung ke sungai. Mereka juga mengusulkan penggunaan produk-produk yang dapat didaur ulang untuk mengurangi sampah plastik.
“Dari kunjungan tersebut mereka cukup prihatin karena sanitasi warga yang dari kamar mandi atau toilet pembuangan langsung ke sungai. Kemudian upaya-upaya untuk produk plastik sekali pakai itu bisa diminimalisir dengan menggunakan produk-produk yang bisa didaur ulang atau menggunakan produk lokal,” pungkasnya(zia)