Oleh :
Debora Zending Siagian
Salah satu kota dengan penyakit tular vektor endemis adalah Kota Sorong yang berada
pada provinsi Papua Barat Daya. Malaria menjadi penyakit endemis di daerah ini dan salah
satu masalah kesehatan yang bisa terkena pada siapa saja. Malaria menular akibat dari gigitan
nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi parasit Plasmodium.
Gigitan nyamuk akan
meninggalkan parasit Plasmodium masuk ke dalam tubuh melalui aliran darah dan menyerang
sel darah merah. Kasus infeksi malaria di Kota Sorong pernah tercatat ada 418 kasus
berdasarkan data dari Dinas Kesehatan setempat yang terjadi dari awal Januari sampai Oktober
Kasus tertinggi penularan malaria ditemukan pada Puskesmas Doom yaitu sebanyak 210
kasus infeksi malaria, dimana penularan ini sebagian besar berasal dari Kelurahan Soop yang
berada di seberang pulau Doom. Survei yang dilakukan di daerah Soop menunjukan bahwa
warga yang terkena infeksi malaria ini sebagian besar bekerja sebagai nelayan dan baru
kembali setelah melaut.
Kasus infeksi malaria mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun, pada tahun
2022 ada terjadi penurunan kasus yang cukup besar menurut Laporan kasus malaria pada data
Dinas Kesehatan Kota Sorong, Papua Barat Daya dari Tahun 2021-2023. Kasus malaria pada
bulan Januari – Juli 2021 sebanyak 1.577 penderita yang dibagi menjadi tiga bagian
berdasarkan umur. Umur 0-4 tahun sebanyak 226 penderita, umur 5-14 sebanyak 723 penderita
dan umur 15 tahun keatas sebanyak 588 penderita.
Kemudian, mengalami penurunan penderita
malaria pada bulan Januari – November 2022 ditemukan sebanyak 763 penderita malaria di
Kota Sorong. Menurut data SISMAL tahun 2022 kasus malaria mengalami penurunan menjadi
13.079 dari jumlah kasus pada tahun 2009 sebanyak 50.766 kasus malaria di Papua Barat.
Kasus malaria terus menurun sampai mencapai angka 10.371 kasus di Papua Barat dan Papua
Barat Daya berdasarkan data SISMAL.
Penanganan malaria yang telah dilakukan Pemerintah Papua Barat Daya yaitu program
pembagian kelambu anti nyamuk kepada warga, fogging dan lainnya bertujuan untuk
mempercepat target pencapaian bebas malaria di wilayah endemis tinggi pada tahun 2027
nanti. Pembagian kelambu anti nyamuk dilakukan pada bulan Maret 2023 sebanyak 57.200
lembar pada daerah endemis tinggi seperti Maybrat, Raja Ampat, Kota Sorong, Kabupaten
Sorong dan Sorong Selatan.
Pembagian kelambu ini didasarkan pada pendataan kelompok tidur
per kepala keluarga. Selain itu, dilakukan juga sosialisasi mengenai penyakit malaria dan
penanganan yang tepat seperti menggunakan pakaian tertutup saat keluar rumah, menggunakan
kelambu saat tidur pada malam hari, kebersihan lingkungan perlu dijaga dan lainnya.
Sosialisasi ini dilakukan pada setiap distrik hingga kelurahan diharapkan agar setiap orang
dapat berpartisipasi untuk menuju Papua Barat Daya bebas malaria.