Cece Tarya : Setiap Hari, Tidak Kurang Ada 1 Ton Produk yang Diekpor ke Singapura
SORONG– Kepala Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Sorong Cece Tarya, Rabu (22/8) memimpin Rapat Koordinasi Program Keperintisan dan Rencana Pengembangan Kota Baru Sorong. Rakor yang berlangsung di Hotel Aston begitu hidup karena dihadiri sejumlah stakeholder terkait se- Provinsi Papua Barat Daya. Rakor dihadiri Pj Gubernur Papua Barat Daya yang diwakili Kepala Dinas (Kadis) Koperasi dan UKM, Perindustrian dan Perdagangan, Dr Suardi Thamal , Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Papua Barat Daya, Viktor F. Solossa, Wakil Bupati Raja Ampat, Orideko Burdam, Sekda Raja Ampat , Sekda Tambrauw dan pimpinan terkait lainnya, termasuk pimpinan Pelita Air dan perwakilan maskapai penerbangan lainnya.
Pj Gubernur Papua Barat Daya dalam sambutannya yang disampaikan oleh Kadis Koperasi dan UKM, Perindustrian dan Perdagangan, Dr Suadi Tamal menyampaikan terima kasih dan apreseasi yang tinggi kepada Kementerian Perhubungan dalam hal ini Kabandara DEO Sorong yang selama ini sudah berkolaborasi bersama Pemda dalam memajukan pembangunan di Papua melalui jasa penerbangan domestik dan perintis di wilayah Provinsii Papua Barat Daya.
Suasana pembukaan Rakor Program Keperintisan dan Rencana Pengembangan Kota Baru Sorong, (rosmini/radarsorong)
Dikatakan bahwa sampai saat ini, masih banyak wilayah 3 T khususnya di Indonesia Timur yang belum terkoneksi. “Oleh karena itu kami Pemprov Papua Barat Daya sangat berterima kasih apabila ada penambanhan rute penerbangan perintis untuk daerah yang tergolong daerah tertinggal,”harap Pj Gubernur Papua Barat Daya sebagaimana disampaikan oleh Kadis Koperasi dan UKM, Perindustrian dan Perdagangan, Suardi.
Sementara itu, Kabandara DEO Sorong, Cece Tarya memaparkan secara lengkap terkait rencana pengembangan Bandara DEO dan program keperintisan penumpang dan kargo. Kabandara DEO Sorong, mengatakan, rakor digelar tak lain untuk membangun konektifitas di Provinsi Papua Barat Daya agar terbangun dari satu daerah ke daerah lain ada sarana transportasinya. Baik itu melalui laut, darat maupun udara.
Terkait dengan program keperintisan baik penumpang maupun kargo, dikatakan Cece Tarya, jika tahun-tahun sebelumnya hanya ada program keperintisan penumpang. Namun tahun depan kata Cece Tarya, ada program keperintisan kargo. Karena itu pihaknya lanjut Cece harus mulai karena di dalam RPJNM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) Kementerian Perhubungan Dirjen Perhubungan Udara, Bandara DEO itu dijadikan hub untuk kargo .
“Sehingga kita punya kesempatan untuk mengangkat komoditas-komuditas yang ada di wilayah Papua Barat Daya melalui Bandara DEO Sorong untuk pengirimannya ke dalam negeri ataupun keluar negeri,”jelas Kabandara Cece Tarya. Kabandara dengan penuh semangat lebih lanjut mengatakan, saat ini data menunjukkan di kargo Bandara DEO, tidak kurang setiap harinya ada 1 ton produk yang sebenarnya isinya adalah untuk ekspor ke Singapura.
Pimpiinan PT Gag Nikel Sorong, Rudi Sumual dalam rakor menyampaikan harapan agar Bandara Gag difungsikan. (rosmini/radarsorong)
Namun karena Bandara DEO belum siap terkait dengan masalah administratif dan sumber dari komuditas dan belum ada fasilitas untuk uji mutunya sehngga pihaknya kata Cece Tarya belum bisa menerbitkan sertifikat yang namanya certifikate of origin (surat keterangan asal) dari produk tersebut. “Sehingga yang punya nama baik bukan Sorong, tapi ada di Surabaya atau Jakarta,”tandas Cece Tarya.
Dalam upaya mendorong program keperintisan kargo, Cece Tarya mengatakan, 1 ton komuditas yang diekspor diantara adanya kepiting, udang, ikan kerapu dan produk frozen lainnya . “Totalnya tiap hari ada, dari 1 ton sampai 1,5 ton. Itu diangkut melalui dua maskapai yang ada di Jakrta yaktu Garuda dan Batik,”tandasnya.
Dengan adanya pengiriman produk ke Singapur yang diangkut oleh maskapai Garuda dan Batik Airline menunjukkan bahwa potensi pasar luar negeri sudah ada. Dari potensi komuditas yang dimiliki, pihaknya kata Cece Tarya siap membantu pasarannya, sementara Pemerintah Daerah bisa menggerakkan ketersediaan secara berkesinambungan komuditas yang dibutuhkan oleh pasaran di luar negeri melalui kewenangan dan tanggung jawab masing-masing dinas OPD terkait .
Dari berbagai upaya yang dilakukan, lebih lanjut, Cece Tarya mengungkapkan, tahun depan pagu anggaran untuk program keperintisan mengalami peningkatan jadi Rp 26 miliar. “ Tahun ini hanya Rp 14 miliar untuk program keperintisan, tahun depan sudah mencapai Rp 26 miliar,”sebut Cece Tarya. Dalam program keperintisan ada penambahan frekwensi, dan ada puka penambahan rute khusus untuk subsidi cargo.
“Yang pasti kita sama-sama menunjang konektifitas ini sehingga bisa menjadi bagian dari program kerja Provinsi Papua Barat Daya untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat, terkait dengan konektiftas transportasi udara,”ujar Cece Tarya. Untuk menuju konektifitas bukan hanya tanggung jawab Bandara DEO saja, melainkan juga ada kebutuhan Pemda. “Jangan sampai kami berjalan sendiri membangun konektifitas ini dengan alokasi anggaran yang sudah disediakan, namun ternyata dari sisi demand kebutuhan masyarakat tidak sebesar itu, kan sayang,”tandas Cece Tarya.
Jika demikian maka anggaran yang sebenarnya suda siap bisa dialihkan ke daerah lain yang membutuhkan. “Nah kebetulan kemarin kita berhasil untuk bisa menaikkan pagu anggaran keperintisan ini,”ujar Cece Tarya. Dalam melaksanakan program keperintisan kargo, Cece Tarya mengatakan pihaknya sangat butuh data lengkap dari Pemda untuk memastikan bahwa di daerah itu ada komuditas, untuk memastikan bahwa di daerah itu ada kebutuhan minimal 9 kebutuhan bahan pokok yang bisa diangkut sehingga akan terjadi keseimbangan harga, ada penekanan disparitas harga.
Dengan program keperintisan kargo, selain kualitas barang yang terjaga, biaya transportasi tentunya juga relative lebih murah. Untuk mengangkut udang saja dari Inanwatan ke Sorong dengan menggunakan kendaraan double cabin bisa menelan biaya sampai Rp 8 juta, dan kapasitasnya pun hanya bisa sampai 1, 2 ton. Waktu angkut juga lebih lama bisa sampai 8 jam.
“ Tapi kalau dengan udara, 30 menit sampai. Kualitasnya terjaga. Kalaupun harganya sama, maka kualitasnya lebih baik. Tapi harganya pasti akan lebih turun. Nah ini program cargo keperintisan,”tandas Cece Tarya. Demikian pula dengan Kabupaten Bintuni yang terkenal dengan kepitingnya. Dengan program keperintisan kargo maka kepiting asal Bintuni itu bisa diangkut dan dipasarkan lebih luas lagi. Sehingga menjadi sumber pendapatan daerah setempat.
“Jadi mari kalau ini angaran sudah ada, kira-kira Pemdanya yang dituju Sorong Selatan (Sorsel) dan Bintuni siap tidak kita laksanakan program keperintisan, kalau siap, tolong support datanya. Kalau tadi tidak siap, maka otomatis kami membuat prioritas kedua hanya akan memperkuat dari program keperintitas pax penumpang,”ujar Cece Tarya.
Dalam program pilihan kedua, dengan keperintisan Pax penumpang berarti hanya ada rute baru, yakni Sorong –Bintuni, Sorong-Gag, dan Sorong-Kambuaya. Lengkapnya, sesuai yang dipaparkan oleh Cece Tarya, dalam Rencana Tahun 2025, program keperintisan penumpang dan kargo, dengan pagu anggaran Rp 26. 540.915.000,ada 7 rute pax yakni Sorong-Ayawasi (PP), Sorong-Inanwatan, Sorong-Teminabuan, Sorong-Kabare, Kabare-Marinda, Teminabuan –Inanwatan, dan Sorong-Kebar.
Sementara pada prioritas kedua , rute pax ada Sorong-Ayawasi, Sorong-Inanwatan, Sorong-Teminabuan, Sorong-Kabare, Kabare-Marinda, Terminabuan –Inanwatan, Sorong-Kebar, Kebar-Kambuaya, Sorong-Gag, Sorong-Bintuni dan Bintuni-Kambuaya. Dalam rakor, terungkap banyak hal, seperti yang disampaikan oleh Office & Comderv Manager PT Gag Nekel, Rudi Sumual yang mengungkapkan keinginan besar dari PT Gag Nikel agar Bandara di Pulau Gag dapat difungsikan. Karena itu Ia pun butuh dukungan dari Pemda Raja Ampat dan Bandara DEO agar ada maskapai penerbangan yang bisa hadir dalam penerbangan Sorong-Gag (PP). (ros)