SORONG-Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Pertanahan Provinsi Papua Barat Daya, Julian Kelly Kambu, ST.M.Si mengatakan bahwa proses pengolahan sampah organik dengan menggunakan Maggot (larva dari lalat) memiliki manfaat yang banyak, diantaranya memiliki nilai ekonomis.
Hal tersebut dikatakan Kadis LHKP PBD Julian Kelly Kambu ketika mengunjungi lokasi pengelolaan sampah organik di Aimas, Kabupaten Sorong, Sabtu (20/4).
“Lokasi ini akan kami jadikan sebagai pilot projek dan pusat studi pengolahan sampah organik dengan menggunakan metode maggot/BSF,” ungkapnya.
Dijelaskan bahwa Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya akan mensupport kegiatan budidaya maggot tersebut.”Strategi penanganan dan pengurangan sampah organik menjadi perhatian. Karena sampah organik ini dihasilkan setiap hari dan itu menjadi masalah bagi kita di sebuah daerah entah itu di provinsi, kabupaten/kota,” katanya.
Sehingga, kata Kelly bahwa untuk menyelesaikan masalah ini dengan strategi yang tepat, penanganan dan pengurangan khususnya sampah organik sudah ada solusi.
“Solusi penanganan dan pengembangan sampah organik ini ada nilai ekonomisnya. Sampai Itu bukan lagi jadi masalah, tapi sampah membuka peluang lapangan pekerjaan dan menghasilkan nilai tambah bagi keluarga, distrik, lurah yang mau belajar mengolah sampah organik dengan metode Maggot,” ungkapnya.
Dikatakan juga bahwa di Papua Barat Daya sudah ada kebijakan daerah terkait penanganan dan pengurangan sampah organik, sampah rumah tangga dan sampah.
“Untuk penanganan dan pengurangan sampah ini, langkah-langkah yang akan kami tindaklanjuti berdasarkan Pergub yang ada adalah dengan metode pengolahan sampah organik dengan Maggot,” ungkapnya.
Kemudian, kata Pace Lingkungan sapaan akrabnya ini bahwa Maggot jugA ada nilai manfaat yang bisa dibeli dengan harga yang murah untuk makanan ikan Lele.
“Kami juga melihat ikan Lele ini ternyata jika diberikan Maggot itu punya protein yang tinggi bila dibandingkan dengan makanan ikan Lele yang dibeli dari toko. Karena Maggot hanya makan bahan sisa makanan seperti sayuran dan buah-buahan,” jelasnya.
Dikatakan juga Maggot yang proteinnya tinggi, selain untuk makanan ikan, juga bisa makanan ayam dan burung.
“Kemudian pupuknya sendiri itu juga untuk tanah. NPK nya yang terbaik, pupuk organik yang tidak mengandung unsur kimia,” katanya.
Lanjutnya, dari sisi kebijakan sehingga pihaknya akan memberdayakan masyarakat dalam penanganan sampah organik sehingga tidak menjadi masalah.
“Kedepan bisa Pemerintah Kota/Kabupaten untuk bekerja sama dengan teman-teman yang mengolah sampah organik di Kabupaten Sorong dan ikan ini untuk bisa belajar. Ini sebuah ilmu,” ungkapnya.
“Kami akan melakukan rapat koordinasi rapat dengan melibatkan semua OPD. Karena masalah sampah itu bukan masalah lingkungan hidup sendiri, tapi di tingkat provinsi, kabupaten/kota,” sambungnya.
Salah satu pengelola sampah organik, Supendi mengatakan bahwa Maggot memiliki manfaat yang banyak diantaranya dapat digunakan untuk makanan ternak dan pupuk tanaman.
Maggot memiliki peran penting dalam proses pengomposan dalam sektor pertanian dan membantu dalam menguraikan bahan organik menjadi humus yang kaya nutrisi, mempercepat siklus kompos, dan meningkatkan kualitas tanah.
Sementara itu, Pemilik Budidaya Ikan Lele mengatakan bahwa manfaat dirinya memberikan makanan Maggot kepada Ikan Lele lebih baik dibandingkan makanan olahan pabrik.
“Budidaya banyak tergantung Maggot. Jadi Lele semakin besar jika proteinnya yang dikonsumsi banyak seperti Maggot sangat tinggi protein,” ujarnya.
“Selain mempercepat pertumbuhan Lele, juga menghemat waktu panen dan pengeluaran membeli makanan pabrik yang harganya ratusan ribu dibandingkan Maggot yang murah,” pungkasnya.(zia)