JAKARTA-Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Papua Barat (PB) di hari kedua kegiatan Capacity Building mengajak 12 wartawan dan 10 protokoler dari Papua Barat dan Papua Barat Daya mengunjungi Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) di Karawang, Rabu (24/4).
Deputi Kepala Perwakilan BI Papua Barat, Rony Cahyadi, mengatakan bahwa kunjungan ke Peruri ini merupakan bagian dari upaya BI meningkatkan literasi keuangan dan edukasi publik tentang peran penting Bank Sentral.
“Kami ingin para wartawan dan protokoler dapat memahami dengan lebih baik tentang proses pencetakan uang rupiah dan peran Peruri dalam menjaga stabilitas moneter,” kata pria murah senyum tersebut.
Lanjutnya, dengan pemahaman yang lebih baik, diharapkan agar para peserta Capacity Building melalui kunjungan tersebut dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas para wartawan juga protokoler di Papua Barat dan Papua Barat Daya dalam menyampaikan informasi yang akurat dan kredibel kepada masyarakat. Selain itu juga tentang pentingnya menjaga dan merawat uang rupiah.
“Uang rupiah ini merupakan simbol kedaulatan negara, oleh karena itu kita semua harus menjaganya dengan baik,” tegasnya.
Dikatakan juga bahwa BI Papua Barat memiliki tugas untuk melaksanakan kebijakan moneter, melaksanakan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan perbankan, melaksanakan pengendalian dan pengelolaan uang rupiah, dan melaksanakan statistik moneter dan neraca pembayaran.
“Kunjungan ke Peruri ini diharapkan dapat menjadi sarana edukasi dan meningkatkan sinergi antara BI Papua Barat, media massa, dan protokoler di Papua Barat dan Papua Barat Daya dalam mendukung stabilitas ekonomi di wilayah tersebut,” ungkapnya.
Kemudian, Kepala Departemen PPIC Peruri, Uswatun Hasanah, mengatakan bahwa Peruri yang diberikan wewenang dari Bank Indonesia karena memiliki tugas utama untuk mencetak uang Republik Indonesia sesuai pesanan BI. Yang mana ketika pencetakan uang kertas, Peruri menerapkan Standar Operasional Prosedur yang tentunya memiliki pengaman sangat tinggi untuk menjamin keamanan dan kerahasiaan proses cetak uang.
Diketahui mulai dari proses desain uang, penyediaan kertas, tinta maupun proses cetaknya hingga akhirnya menjadi uang kertas siap edar yang memiliki beberapa fitur pengaman.
Dari pantauan Radar Sorong, Dalam kunjungan tersebut, para peserta Capacity Building berkesempatan untuk melihat langsung proses pencetakan uang, mulai dari desain, engraving kemudian dilanjutkan proses offset printing. Setelah offset printing, dilanjutkan proses intaglio printing. Setelah proses tersebut, pencetakan uang berlanjut ke proses penyimpanan dan inspeksi. Dalam proses inspeksi ini akan diketahui mana uang yang layak edar ataupun yang tidak.
Selain itu, ketika memasuki area pencetakan uang maka para peserta Capacity Building dilarang membawa benda apapun termasuk kamera dan handphone. Beberapa area yang dikunjungi pun diberikan penjelasan dari pihak Peruri terkait bagaimana proses pencetakan uang hingga layak diedarkan.
Kemudian peserta juga mengunjungi area yang ada plat uang nominal manual dengan nominal Rp50.000 hingga alat pencukilan pada tahun 70an. Adapun cetakan uang emisi lama yang diperlihatkan kepada peserta.
Salah wartawan RRI, Lani menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Barat karena telah mengajak dirinya mengunjungi Peruri, bahkan ia mengaku itu merupakan hal pertama kali baginya.
“Terima kasih BI, ini pengalaman berharga karena Peruri merupakan tempat yang vital, karena tidak semua bisa kesini. Hanya orang-orang tertentu saja dan saya salah satunya diberikan kesempatan tersebut. Kita diajak melihat langsung bagaimana proses awal pencetakan uang,” katanya.
Hal senada dikatakan salah satu Protokoler PBD, Febryana juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada KPwBI PB karena telah menggelar kegiatan tersebut. Dirinya mengaku bahwa menambahkan wawasan akan bagaimana uang itu proses pembuatannya panjang melalui beberapa tahap dengan tingkat ketelitian dan pengamanan yang ketat tentunya.
“Puji Tuhan, saya diberikan kesempatan diajak BI ke Peruri dan itu perdana bagi saya ke tempat tersebut. Banyak hal yang kita ketahui ketika mengunjungi Peruri. Kita sangat antusias karena jadi mengetahui bagaimana proses awal uang itu dicetak sejak tahun 70an yang menggunakan cetakan uang yang platnya diukir dengan cara manual hingga sekarang dengan menggunakan teknologi canggih,” ungkapnya.(zia)