HIV/AIDS di Kota Sorong Setiap Tahun Meningkat
SORONG-Indonesia AIDS Coalition menggelar Kick off Champion ID, karena di Papua Barat dan Papua Barat Daya data terbaru dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat menyatakan bahwa estimasi kasus HIV di kedua provinsi pada tahun 2023 adalah 20.045, dengan prevalensi HIV sebanyak 2,3%.
Kegiatan bertujuan untuk Melibatkan pemangku kepentingan dan mitra dalam upaya kolaboratif untuk memerangi HIV/AIDS dan dampaknya pada perempuan dan anak-anak. Hal tersebut dikatakan Direktur Eksekutif Indonesia AIDS Coalition, Aditya Wardhana.
“Tujuan kegiatan ini dilaksanakan kerena kita melihat bahwa program untuk perempuan dan anak cenderung terlupakan dalam konteks program penanggulangan HIV/AIDS,” katanya pada kegiatan Kick off Champion ID di salah satu hotel di Jalan Baru Kota Sorong, Senin (26/2).
Dijelaskan bahwa Secara epidemiologi difokuskan pada kelompok resiko tinggi. Hanya, kemudian pada wilayah tertentu tidak bisa dipungkiri bahwa persoalan HIV sudah tersebar, bukan hanya di kelompok resiko tinggi di populasi kunci saja. Seperti pekerja seks, LGBT dan penggunaan jarum suntik.
“Tapi sudah masuk ke ranah keluarga. Salah satu wilayah yang sedikit ini, yang artinya sudah mulai menyebar ini adalah Papua Barat, dan Papua Barat Daya,” ungkapnya.
“Sehingga kita ingin menemukan model bagaimana agar program HIV/AIDS bisa berorientasi pada pencegahan investasi HIV. Khususnya perempuan usia produksi dan mencegah penurunan vertikal dari ibu ke anak dan bagaimana anak itu bisa meningkat kualitas hidupnya,” sambungnya.
Lanjutnya, Kehadiran Champion ID tujuannya untuk meng-komplementer menjadi sebuah pelengkap dari program yang dilakukan oleh pemerintah. Kita langsung melakukan penjangkauan ke ibu-ibu hamil yang khususnya merupakan pasangan dari kelompok resiko tinggi.
“Untuk mengajak mereka tes HIV, lalu memastikan mereka mendapatkan dukungan psikososial supaya mereka patuh pada pengobatan HIV. Kemudian mendampingi mereka sampai pada proses persalinan,” jelasnya.
Kemudian, kata Aditya untuk upaya pendekatan agar mencegah HIV yaitu dengan mempekerjakan komunitas kelompok populasi kunci untuk menjadi tenaga penjangkau, yang menyebarkan edukasi terkait dengan perencanaan kehamilan kepada kelompok resiko tinggi.
“Khususnya kelompok resiko tinggi yang memiliki pasangan supaya ketika mereka hamil itu dilakukan dengan perencanaan yang baik,” pungkasnya.
Sementara itu, Plt Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat Daya, Hansen M.Su mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang baik.
“Terutama untuk membantu NJO, bersama-sama membantu dalam proses mengatasi masalah HIV/AIDS yang ada di Provinsi Papua Barat. Kasus HIV itu tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi menyerang juga kepada usia-usia produktif bahkan juga usia anak-anak,” katanya.
Lanjutnya, Sehingga hal ini tidak hanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan, tetapi Njo yang ada dengan IAC juga berkontribusi untuk melakukan pencegahan awal.
“Untuk mengatasi masalah HIV/AIDS di tanah Papua secara khusus di Provinsi Papua Barat Daya,” ujarnya.
Hansen menambahkan bahwa Dukungan dari pemerintah provinsi, dari dinas kesehatan berkontribusi untuk melakukan kolaborasi dengan pemerintah pusat terutama dirjen pelayanan kesehatan. Supaya hal-hal yang terkait dengan pengobatan itu bisa berjalan dengan baik.
Kemudian Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Sorong, Jenny Isir menjelaskan Kalau untuk data situasi kasus HIV/AIDS di Kota Sorong untuk komulatif dari tahun 2004 hingga Desember 2023 jumlah kasus positif ada 3.774 kasus dan yang meninggal 477. Sedangkan untuk kasus positif baru saja di tahun 2023 itu jumlah 205.
“Jadi kalau kita lihat mengikuti perkembangan, setiap tahunnya kasusnya untuk yang positif itu terus meningkat. Kita masuk di bulan Januari tahun 2024 jumlah kasus positif baru saja sudah ada 12 kasus,” katanya.
Lanjutnya, Rata-rata yang positifnya dari kategori usia yang kasus tinggi usia produktif yaitu usia 20 sampai 29 tahun dan usai 30 sampai 39 tahun. Menurutnya, Faktornya, karena perilaku. Bisa saja gonta/i pasangan tidak menggunakan kondom. Mungkin juga tidak setiap dengan pasangan, memiliki pasangan lebih dari satu bahkan sesama jenis.
“Intinya untuk kita di Kota Sorong dan rata-rata di tanah Papua faktornya karena penularannya melalui hubungan seksual,” ujarnya.
Jenny mengungkapkan bahwa Kalau anak dengan HIV di Kota Sorong dari usia kurang dari 1 tahun sampai 19 tahun berjumlah 315 kasus anak yang positif. Kemudian yang saat ini pengobatan ada 156. “Penularan bisa saja anak yang usianya di bawah dibawah 5 tahun ke bawah nah itu misalnya penularan melalui ibu di anaknya,” jelasnya.
“Kalau yang anak usia misalnya 15 sampai 19 tahun bisa saja mungkin anak tersebut sendiri yang bisa saja perilaku atau pergaulan bebas,” sambungnya.
Ia mengimbau kepada masyarakat Kota Sorong untuk mengakses layanan kesehatan di Puskesmas dan rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan secara dini.
“Supaya ketika menemukan positif maka bisa mendapatkan perawatan dan pengobatan hingga tidak menimbulkan sampai ke tahap AIDS,” pungkasnya.
Tenaga Ahli Utama Kedeputian II, Kantor Staf Presiden, Prof. Rr. dr. Dr. Brian Sriprahastuti, MPH, mengatakan bahwa kecenderungan angka itu meningkat.
“Tapi dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia kasus HIV tinggi masih di populasi kunci. Jadi tidak semua orang itu mempunyai resiko untuk tertular HIV,” katanya.
Lanjutnya, Sementara di Provinsi Papua dia dengan angka prevalensi sebesar 2,3% artinya kasus baru itu sebesar 2-3 orang per 100 penduduk.
“Nah ini menunjukkan bahwa kasus HIV di Papua itu sudah masuk ke populasi umum. Situasi seperti ini tentu saja perempuan itu menjadi lebih rentan untuk tertular HIV yang berada di wilayah Papua dibandingkan di luar wilayah Papua,” ungkapnya.
Dikatakan bahwa keberadaan virusnya di dalam darah bisa ditekan sedemikian rupa. Sehingga tidak mengeluarkan ternyata suatu saat kita ada keyakinan bahwa ini bisa dieliminasi, bisa hilang.
“Jadi sebetulnya kemajuan pengetahuan, ini bisa menjadi dasar bahwa isu HIV ini strategis dan memang perlu untuk diselesaikan,” tegasnya.
Ia berharap inisiatif yang dilakukan IAC dengan Project Champion ID yang akan dijalankan selama 2 tahun bisa menjadi model.(zia)