SORONG – Dulu sering melihat sejumlah warga membuat tempat tinggal di pinggir pantai depan Gereja Imanuel Boswessen beratapkan tenda. Orang-orang bilang mereka warga dari Waigeo Utara. Mereka akan tinggal di Sorong sambil menunggu cuaca membaik. Mengingat waktu itu kebanyakan hanya mengandalkan long boat untuk sarana transportasi, di sisi lain saat musim tertentu cuacanya sangat ekstrim.
Kondisi seperti itu sudah tidak kita jumpai lagi dengan adanya kapal Sabuk Nusantara 112 maupun 96. Kapal yang dioperasikan PT Pelni ini secara terjadwal melayani trayek sampai Pulau Fani. Sedangkan yang mau ke Distrik Ayau, kapal hanya berlabuh sekitar satu mil laut. Sedangkan di Kepulauan Ayau kapal hanya berlabuh di dekat Rutun.
Ini juga dirasakan Radar Sorong yang berlayar pertama kalinya ke Ayau dengan KM Sabuk Nusantara bersama staf Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua Barat Daya Yulius Agaki, SIP. Dari Sorong ke Waisai membutuhkan waktu tempuh enam jam. Rencana semula berangkat pukul 21.00 WIT tertunda sampai pukul 24.00 Jumat malam. Tepat pukul 06.00 WIT kapal sandar di dermaga Waisai. Sandar di dermaga Waisai cukup lama karena 12 jam kemudian, tepatnya pukul 18.00 WIT kapal baru meninggalkan Waisai menuju Pelabuhan Kapadiri.
Tambahan penumpang dari Waisai lumayan, tapi kapal masih banyak yang kosong. 13 jam kemudian baru tiba di Pelabuhan Kapadiri. Dermaga Kapadiri terlihat bagus dan signal handphone telkomsel walau tidak terlalu kuat. Di dermaga ini dijajakan buah pinang, sirih, kue donat, ketupat, batatas rebus, dan ada ikan goreng serta sagu ukuran tumang dengan harga Rp 150.000/tumang.
Perjalanan Waisai-Kapadiri banyak diselimuti dengan ombak membuat kapal goyang. Untung tidak satu pun penumpang yang mabuk atau muntah.
Sedangkan perjalanan Kapadiri-Dorehkar sangat teduh sehingga tidak membuat kapal goyang.
Kapal hanya berlabuh menunggu long boat menjemput di tengah laut. Guru-guru SMPN 8 dan murid naik ke kapal menjemput bantuan Komputer, Laptop, printer, genset dan kertas dari Pemprov Papua Barat Daya lewat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan PBD. Setelah semua barang diturunkan ke long boat, Yulius Agaki, SIP turun bersama perwakilan rekanan.
Sayang saat itu perairan di Dorehkar lagi surut atau meti, sehingga menyulitkan motoris melewati di sela-sela batu. Bahkan motoris dan sekumlah guru harus turun dari long boat guna mendorongnya, karena mesin takut kena batu karang. Akhirnya bisa masuk di kawasan danau semacam teluk dan menurunkan sejumlah bantuan. Sehingga tim tidak jadi ke Rutun dan malam harinya bantuan tersebut diserahkan kepada Kepala SMAN Ayau, SMPN Ayau, SMPN Rutun serta enam orang kepala SD yang ada di Distrik Ayau dan Ayau Kepulauan.(pon)