Untuk Operasional Ada 35 Orang, Karpet Dibersihkan Lima Kali Sehari
JAMBI yang berjuluk Negeri Sepucuk Sepuluh Lurah, menjadi tuan rumah Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadish (STQH) ke 27 yang akan berakhir 7 November 2023 mendatang. Kontingen dari 34 provinsi seluruh Indonesia sudah tampil maksimal dari 30 Oktober guna menjadi yang terbaik, termasuk para Kafilah dari Papua Barat. Sedangkan Papua Barat Daya masih bersifat sebagai peninjau atau pemantau.
Jambi sendiri pernah menjadi tuan rumah iven yang lebih besar Musabaqah Tilawatil Qur’an tingkat nasional 1997 dan dibuka Presiden Soeharto di tempat yang sekarang menjadi ajang STQH 2023.
Area yang berada tepat ini depan Bandara Sultan Thaha ini, sehari-hari sebagai Gedung Lembaga Tilawatil Qur’an Jambi. Dengan memiliki halaman yang luas bisa menjadi area STQH dan ajang pameran.
Tidak hanya itu saja, Jambi memiliki Masjid Agung yang keren dan elegan. Masjid dominan dengan warna putih baik tiang, plafon dan kubahnya.
Sedangkan tiang yang menyangga kubah besar berwarna coklat dilapisi ornamen kuning keemasan. Masjid yang berjuluk Masjid Seribu Tiang ini full terbuka alias tidak ada dinding tembok atau kaca di depan dan di samping Masjid. Sedangkan tempat kotib dan di belakang atau bagian baratnya masjid dihiasi dengan ukiran kayu jati yang dipesan khusus dari Jepara.
Menurut salah seorang marbotnya yang asli Padang Pariaman, masjid Seribu Tiang ini mulai dibangun 1971 dan diresmikan tahun 1980 atau butuh waktu 9 tahun dan diberi nama Masjid Agung Jambi. Masjid ini milik Pemerintah Provinsi Jambi, saat Presiden Abdulrahman Wahid solat di Masjid Agung bilang kalau masjid ini Masjid Seribu Tiang.
Saat penulis usai sholat luhur sempat menghitung tiang ke samping maupun ke depan. Semua sama 16 tiang ke depan dan 16 tiang ke samping, hanya saja posisi di bawah kubah tangga menjadi besar-besar dan berwarna coklat.
Untuk membersihkan dan.mengelola masjid ini tentu butuh tenaga yang banyak dan biaya sangat besar. Untuk tenaga kerja atau marbot masjid ini sebanyak 35 orang termasuk imam. Masjid yang dilapisi karpet tebal warna merah ini dibersihkan lima kali sehari atau tiap menjelang waktu sholat fardhu.
”Tiap menjelang waktu solat fardhu karetnya dibersihkan dengan tiga buah alat facum,” ujar Chaniago.
Sedangkan biaya operasionalnya kata Chaniago berasal dari dana Hibah Pemerintah Provinsi Jambi.
Masjid ini juga dilengkapi dengan satu buah pemotongan.kecil, satu buah pemotongan besar serta satu buah bedug besar.
Kalau di Jambi ada Masjid Seribu Tiang dan di Papua ada rumah kaki Seribu. (Tupono)