Pasca Diserang Massa Demonstran Saat Kunjungan di KEK Papua Barat Daya.
SORONG-Presiden RI mendadak dievakuasi karena hendak diserang massa demonstrasi saat berkunjung ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya. Aksi penyerangan tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan simulasi latihan pengamanan VVIP (Very Very Important) tahun anggaran 2023 yang dilakukan oleh Koarmada III.
Awalnya, kedatangan Presiden RI ke Pabrik Semen Gresik KEK, Kabupaten Sorong dihalau oleh sejumlah massa yang melakukan demonstrasi. Tiba-tiba eskalasi massa meningkat hingga tamu VVIP tersebut langsung dievakuasi melalui jalur laut dengan menggunakan KRI Bawal 875 di Pelabuhan Arar.
Saat akan bertolak, kapal yang ditumpangi Presiden RI kembali dihalang oleh perahu nelayan, beberapa kali diberi peringatan namun perahu nelayan tetap mendekat ke kapal, hingga anggota mengeluarkan tembakan peringatan. Selanjutnya, kapal melaju menuju dermaga Lantamal XIV Sorong.
Kepala Staff Koarmada III, Laksamana Pertama TNI Singgih Sugiarto menjelaskan latihan ini melibatkan 268 prajurit TNI AL khususnya Koarmada III dengan melibatkan KRI Bawal 875 dan KRI Wayag 1-14-10 serta sejumlah speed milik Koarmada III.
“Sebelum latihan lapangan, diawali dengan pemberian materi berupa pembelajaran dan pengetahuan kepada semua prajurit yang terlibat, selama 10 hari. Kemudian saat latihan lapangan atau praktek lapangan berlangsung selama 40 menit,” jelasnya kepada awak media, Kamis (9/11).
KS Koarmada III menambahkan latihan tersebut pastinya rutin dilakukan setiap tahunnya. Kendati, ada dan tidak adanya kunjungan VVIP di wilayah Papua. Apalagi, Presiden RI saat ini sering sekali mengunjungi Papua bahkan terhitung lebih dari 20 kali.
“Meski tidak ada kunjungan VVIP pun tetap dilaksanakan untuk mengasah kemampuan prajurit kami dan sesuai dengan amanat UU TNI Nomor 34 Tahun 2004 sesuai pasal 2 ayat 2 huruf b adalah mengamankan Presiden dan wakil presiden beserta keluarganya dan membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia.
“Meski di masa damai atau tidak. TNI tetap melaksanakan tugas, prajurit tetap diasah kemampuannya untuk melaksanakan tugas tugas yang menjadi tanggung jawabnya,” terangnya.
Laksamana Pertama TNI Singgih Sugiarto menyebut tidak ada standar khusus (anti peluru) dan sebagainya pada KRI Bawal-875, tetapi KRI tersebut memiliki kecepatan tinggi digunakan.
“Standar khusus pada kapal kita tidak ada, tapi kita punya kapal yang memiliki spesifikasi khusus yaitu punya kecepatan tinggi, tapi dalam kegiatan tadi tidak kami gunakan kecepatan tinggi. Kami juga berharap, lain waktu akan dilaksanakan latihan gabungan 3 matra yakni AD, AL dan AU. Kami juga berharap prajurit kita kemampuannya selalu terjaga untuk melaksanakan tugas yang diembankan ke kita,” pungkasnya.(rin)