Kelly Kambu : Potensi Usaha Pemanfaatkan Hasil Hutan Bukan Kayu Sangat Terbuka Lebar
SORONG – Hutan memiliki peranan yang sangat penting sebagai penyerap alamiah emisi karbon dan merupakan benteng terakhir mencegah bumi dari bencana pemanasan global. Emisi karbon yang dihasilkan proses alamiah mahluk hidup bisa diserap oleh pohon, sebaliknya pohon menghasilkan oksigen yang dibutuhkan mahluk hidup. Begitu sentralnya peranan hutan dalam menjaga bumi, maka kelestariannya harus terus dijaga. Pertanyaannya, bagaimana masyarakat menjaga hutan, sementara di sisi lain dengan banyaknya tuntutan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan hidup lainnya tak pelak ‘memaksa’ masyarakat mengeksploitasi hutan dengan menebang pohon sebagai sumber penghasilan.
Bertekad melestarikan hutan di wilayah Provinsi Papua Barat Daya yang luasannya cukup besar, Plt Kepala Dinas Kehutanan, Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi Papua Barat Daya, Julian Kelly Kambu,ST,MSi menyatakan, program pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) merupakan salah satu program unggulan pihaknya di bidang kehutanan, dengan memberdayakan warga masyakarat yang berada di kawasan hutan ataupun yang berada di tapak batas dan sekitar hutan, mengingat potensi usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu sangat terbuka lebar, agar masyarakat tetap eksis menjaga kelestarian hutan di tengah banyaknya tuntutan ekonomi.
“Memang ada banyak program unggulan yang bisa dikembangkan di bidang kehutanan, tapi hari ini kami melihat bahwa prospek dan potensi yang ada di Papua Barat Daya dengan luasan hutan yang cukup besar, agar masyarakat tetap hidup dalam sisi ekonominya, kesehatan, pendidikannya, maka salah satu strategi yang bisa kita terapkan yakni mendorong dan memberdayakan masyarakat untuk mengembangkan potensi usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu,” kata Kelly Kambu yang ditemui Radar Sorong di Honai Room Luxio Hotel, Minggu (19/3).
Diterangkannya, hasil hutan bukan kayu yang bisa dimanfaakan sebagai sumber penghasilan diantaranya dengan potensi usaha pembuatan minyak lawang, teh gaharu, teh sarang semut, wangi-wangian atau produk lainnya seperti sabun yang dihasilkan dari buah mangrove, seperti halnya di Kabupaten Raja Ampat ada warga masyarakat yang mengelola buah mangrove untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomi tinggi. “Produk-produk hasil hutan bukan kayu ke depan kita harapkan bukan hanya menjadi program unggulan kami di Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat Daya, tetapi kita upayakan untuk menjadi ikon provinsi Papua Barat Daya. Juga ada lebah-lebah di hutan yang bisa dimanfaatkan melalui kegiatan budi daya untuk menghasilkan madu-madu unggulan, bila dikelola dan dimanfaatkan dengan baik bisa menjadi sumber pendapatan ekonomi masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan hutan,” tuturnya.
Dikatakannya, setelah kelengkapan struktur Dinas Kehutanan, Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi Papua Barat Daya lengkap, piahknya akan memulai mengerjakan program unggulan pemberdayaan masyarakat agar bisa sejahtera tanpa harus menebang pohon atau merusak hutan. “Kita terus membangun komunikasi dan bersinergi dengan masyarakat dan mitra kami serta seluruh stakeholder terkait, agar hutan lestari dan fungsi hutan itu tetap terjaga dengan baik. Karena apa, bila hutan dirusak dieksploitasi terus maka dampaknya bukan hanya kepada masyarakat yang berdomisili di kawasan maupun di sekitar kawasan hutan, tetapi akan berdampak untuk seluruh dunia. Hutan di wilayah Papua Barat Daya luasannya cukup besar, sehingga ini harus dijaga. Jaga hutan untuk dunia,” tegasnya.
Kelly mengakui selama ini masyarakat mengandalkan kayu sebagai produk utama dari hutan, karena itu pihaknya akan berupaya merubah hal itu dengan memberdayakan masyarakat untuk menghasilkan produk dari hutan yang bernilai ekonomis tinggi tetapi bukan dengan menebang pohon, melainkan dengan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu. “Produk hasil hutan bukan kayu yang dihasilkan masyarakat, kita juga akan carikan solusi untuk memasarkannya. Misalnya, mungkin bisa diupayakan ada satu stand khusus di Bandara DEO untuk memasarkan hasil hutan bukan kayu yang menjadi ikon Papua Barat Daya. Bisa juga dengan mendirikan koperasi, atau mencari tempat refresentatif untuk memasarkan produk-produk hasil hutan bukan kayu yang dihasilkan masyarakat. Misalnya sabun yang dihasilkan dari pengolahan buah mangrove, bisa jadi ke depan diupayakan untuk memasarkan ke hotel-hotel dan kalau bisa seluruh hotel di wilayah Papua Barat Daya menggunakan sabun dari buah mangrove,” pungkasnya. (ian)