Ketua Dewan Adat LMA Yapen Waropen : Kami Sudah Malapor ke Polisi Tapi Tidak Tuntas
SORONG – Salah seorang oknum pejabat Pemerintah Kota Sorong diduga melantarkan istri selama 1 tahun. Keluarga sang Istri meminta Pj Walikota Sorong mengambil tindakan tegas terhadap pejabat tersebut. “Saya belum bersedia bercerai dari suami saya, namun saya sudah diterlantarkan kurang lebih 1 tahun dan saya berharap kepada PJ Walikota untuk bisa mengambil tindakan tegas kepada suami saya,” kata Maya selaku Istri Pejabat tersebut, Sabtu (21/1).
Selain itu, Maya juga meminta kepada pihak kepolisian dalam hal ini Kapolresta Kota Sorong untuk mengambil tindakan. Sebab, ia sudah mencoba melaporkan perkara yang menimpa dirinya ke Polresta Sorong Kota namun tidak terlalu ditanggapi atau diindahkan dengan baik. “Saya sudah tidak serumah selama kurang lebih 1 tahun dan tidak diberikan gaji selama kurang lebih dari bulan Juni tahun 2022, tanpa ada alasan apapun bahkan yang bersangkutan memblokir ATM saya,” ujarnya.
Menanyakan alasan ia ditinggalkan, Maya menuturkan sebenarnya ia dan suami tidak memiliki masalah yang rumit. Akan tetapi, sambung Maya, ia mendapatkan bukti bahwa sang suami memiliki wanita idaman lain (WIL) yang sudah melahirkan seorang anak. “Padahal dari pernikahan kami sudah ada 3 orang anak. Kami diikat secara adat sejak tahun 2014 sedangkan kami menikah secara Negara tahun 2018,” terangnya.
Terkait hal ini, Ketua Dewan Adat Lembaga Masyarakat Adat Yopen Waropen, Selsius Sawaki mengatakan, pihak keluarga Maya sudah melakukan beberapa upaya penyelesaian namun pihak suami selalu menghindar dengan berbagai alasan. Selain itu, persoalan tersebut telah masuk ke ranah hukum di Bina Mitra Polresta Sorong Kota. “Namun hasilnya yakni berupa tuntutan denda tidak dilaksanakan oleh pihak suami. Kami menuntut denda karena waktu kumpul keluarga ada pembicaraan pisah antar kedua bela pihak, namun hal itu tidak terlaksana akhirnya perempuan pulang dan keluarga pihak perempuan membawa masalah tersebut ke pihak kepolisian,” jelas Sawaki.
Akan tetapi, tambah Selsius Sawaki, pihak kepolisian dinilainya tidak mengindahkan laporan tersebut. Bahkan sudah beberapa kali keluarga menanyakan kapan permasalahan akan diselesaikan, namun tidak mendapatkan kejelasan. “Ini membuat kami sangat resah. Karena selaku Pemangku Adat kami merasa dipermalukan dan dikorbankan, dan kami sangat kecewa serta tidak dihargai,” imbuhnya. (juh)