MANOKWARI – Kepala Balai Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) Papua Barat, Y Edison Sulla mengatakan untuk angkatan pertama dan kedua, Papua Barat telah memiliki 52 sekolah penggerak. “Sekolah penggerak, yang terbanyak ada di Kota Sorong, Manokwari dan Fakfak sebab ketiganya merupakan angkatan pertama program sekolah penggerak. Untuk angkatan kedua ada tambahan lagi dari Teluk Bintuni, Wondama dan Maybrat,” ujarnya, Rabu (2/11).
Ia menjelaskan untuk angkatan tahun ketiga 2023-2024, hampir keseluruhan 13 kabupaten kota se-Papua Barat mengikuti program penyelenggaraan sekolah penggerak kecuali Pegunungan Arfak.
“Kita telah mengumumkan penyelenggara program sekolah penggerak di bulan Juli lalu. Peserta yang ikut program sekolah penggerak terbanyak di Kabupaten Sorong sekitar 18 sekolah di semua jenjang pendidikan baik TK/Paud SD, SMP dan SMA,” jelasnya.
Program sekolah penggerak sendiri menjadi katalisator program Kemendikbudristek langsung di satuan pendidikan. Sekolah penggerak sedikit lebih dari sekolah-sekolah biasa.
“Kalau dulu ada namanya sekolah model, rujukan, bertaraf internasional sekarang itu tidak ada, makanya sekolah penggerak memaksa untuk melaksanakan program unggulan,” ucap Edi.
Ia mengungkapkan banyak yang berasumsi bahwa sekolah penggerak berarti sekolahnya bagus. Menteri Pendidikan tidak berfikiran seperti itu, meskipun sekolah tersebut berada di pelosok mana, tetapi jika kepala sekolah tersebut bagus dan bisa memanajemen sekolah dengan baik maka bisa menjadi sekolah penggerak.
“Hal tersebut pernah terjadi di Manokwari pada angkatan pertama. Ada satu sekolah dasar (SD) di Sidey dengan kepala sekolah bernama Pak Teguh, yang mana sekolah tersebut tidak ada jaringan listrik dan jaringan internet namun bisa menjadi penyelenggara program sekolah penggerak,” ungkapnya.
Ia menuturkan seleksi menjadi penyelenggara program sekolah penggerak sangat ketat. Sebagai penyelenggara sekolah penggerak, tidak dilihat dari sarana dan prasarananya. “Sarana dan prasarana tidak menjadi patokan untuk menjadi sekolah penggerak. Kepala sekolah yang diseleksi. Yang dilihat kemampuan kepala sekolah dalam memanajemen sekolah, wawancara, esay dan sebagainya,” tuturnya.
Sekolah penggerak akan menjadi contoh bagi sekolah yang lain. Keunggulan sekolah penggerak akan terasa ketika sudah memasuki tahun ke tiga.
“Misalnya siswa yang mau ke sekolah tersebut, pendaftarnya sangat banyak, sedangkan jumlah kapasitas untuk menampung sudah tidak cukup,” pungkasnya. (bw)