MANOKWARI – Papua Barat belum bisa menjadi daerah penghasil beras. Hal ini berdasarkan data dari badan pusat Statistik (BPS) terkait luas lahan panen, produksi padi dan produksi beras di tahun 2022 mengalami penurunan di tahun 2022 jika dibandingkan tahun 2021.
Kepala BPS Papua Barat, Maritje Pattiwaellapia, Kamis (3/11) memprediksi luasan panen padi di Papua Barat tahun 2022 mencapai 5,48 ribu hektare atau turun sekitar 14,64 persen jika dibandingkan tahun 2021 yang luasan panen mencapai 6,41 ribu hektare.
“Produksi padi pada tahun 2022 diperkirakan mencapai 24,03 ribu ton gabah kering giling (GKG) atau turun 10,75 persen dibandingkan produksi tahun 2021 yang mencapai 26,93 ribu ton GKG” ujarnya.
Ia menuturkan produksi gabah sebesar itu, produksi beras tahun 2022 untuk konsumsi pangan penduduk mencapai14,44 ribu ton, jumlah tersebut juga turun 10,75 persen atau 1,74 ribu ton.
Maritje mengungkapkan bahwa Papua Barat memiliki tiga kabupaten dengan total produksi padi (GKG) tertinggi pada 2022 yakni Kabupaten Manokwari, Kabupaten Manokwari Selatan, dan Kabupaten Sorong.
“Untuk kabupaten dengan produksi padi terendah yaitu Kabupaten Fakfak, Kabupaten Teluk Wondama, dan Kabupaten Sorong Selatan,” ungkapnya.
Menurutnya, upaya yang bisa dilakukan pemerintah daerah untuk meningkatkan produksi padi dan beras yakni menjamin ketersediaan pupuk dan larangan alih fungsi lahan yang tidak sesuai peruntukannya.
“Ketergantungan papua Barat terhadap daerah penghasil bisa mempengaruhi tingkat inflasi di daerah, dengan upaya yang dilakukan pemerintah kita berharap produksi beras di Papua Barat mampu mencukupi kebutuhan masuarakat kita Sendiri,” pungkasnya. (bw)