MANOKWARI – Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Papua Barat, Derek Ampnir mengatakan semua wilayah di Papua Barat terancam bencana sebab adanya perubahan iklim. Untuk penanggulangan bencana, pemerintah Papua Barat telah memetakan daerah-daerah mana saja yang rawan. “Jadi pembangunan kita ke depan masih terancam bencana. Kebijakan yang kita buat juga bisa menimbulkan bencana,” kata Derek Ampnir kepada wartawan di Manokwari, Kamis (13/10).
Menurutnya, untuk mengatasi permasalahan bencana tersebut, perlu adanya tata ruang kota yang lebih baik. Bencana di perkotaan berbeda dengan daerah karena memiliki tipikal yang berbeda. “Bencana di Papua Barat lebih banyak bencana wilayah perkotaan yang besar karena ditimbulkan oleh bencana antropogenik seperti di Manokwari dan Kota Sorong. Alasan disebutkan sebagai bencana antropogenik karena lingkungannya di bawah standar,” sebutnya.
Ia menuturkan bahwa penanganan bencananya pun mengalami perbedaan, semisal di Manokwari semakin bertambahnya penduduk maka membutuhkan ruang. “Jadi membuka ruang harus memperhatikan ruang wilayah hijau,” tuturnya. “Tidak menjadi permasalah jika pembangunan dilakukan tetapi harus ada prinsip mitigasi yang terstruktur,” sambungnya.
Pemerintah Papua Barat dalam mengatasi permasalahan penanggulangan bencana, BPBD Papua Barat telah mengeluarkan sebuah konsep yakni Smart Keren atau Papua Barat Keren yang menggunakan pendekatan spesifik. “Kita di Papua Barat sudah kembangkan konsep yang namanya Smart Keren. Konsep besar ini yang akan kita usung ke depan. Hal ini akan yang terpenting dalam memberikan komunikasi, edukasi di masyarakat,” kata Derek.
Menurutnya, dalam penanggulangan bencana, yang menolong adalah diri sendiri, pemerintah hanya menyiapkan instrumen pertolongan dini. Perlu diingat bahwa dalam penanganan bencana di dunia ini yang bisa menolong yakni masyarakat itu sendiri. “Kita perkuat Smart Keren sarana komunikasi untuk mengambil langkah apa yang harus dilakukan dan dipersiapkan,” ucap Kepala BPBD.
Ia mengungkapkan bahwa kesadaran masyarakat di Papua Barat dalam penanganan bencana masih rendah, masyarakat menganggap bencana itu adalah hal yang biasa dan hal yang lumrah. “Padahal itu merupakan ancaman yang tidak disadari oleh masyarakat maka kita bangkitkan dengan Smart Keren,” ungkapnya. “Bencana alam itu datangnya tiba-tiba tanpa ada perencanaan, misalnya saja gempa, kita gunakan pendekatan spesifik,” katanya menambahkan.
Dikelilingi Air, Curah Hujan Kota Sorong Cukup Tinggi
Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sorong menyebutkan hingga 3 hari kedepan, Kota Sorong berpotensi diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Potensi hujan sedang hingga lebat, rata-rata terjadi di siang dan sore hari, yang berakibat tergenangnya beberapa wilayah di Kota Sorong. Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Sorong, Suharyadi menjelaskan, berdasarkan prediksi BMKG untuk perkiraan cuaca di Kota Sorong, tiga (3) hari kedepan masih berpotensi terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai petir.
Suharyadi menjelaskan, penyebab terjadinya hujan secara klimatologis yaitu wilayah Kota Sorong dikelilingi oleh perairan yang luas, sehingga bisa disimpulkan proses penguapan di sekitar Kota Sorong cukup tinggi, dan pembentukan awan hujan cukup tinggi yang mengakibatkan peluang terjadinya hujan di Kota Sorong cukup tinggi. “Karena Kota Sorong dikategorikan sebagai wilayah non zone 54, dimana Kota Sorong memiliki curah hujan bulanan sepanjang tahun, bila dihitung rata-ratanya diatas 150 MM, sehingga peluang terjadinya hujan diatas 150 mm selama 1 bulan masih ada. Makanya kami imbau kepada pemerintah dan masyarakat Kota Sorong agar tetap waspada dengan kondisi yang terjadi,” jelasnya, Kamis (13/10).
Ditanyai mengenai tinggi gelombang dan pasang surutnya air laut, Suharyadi mengatakan selama 1 pekan kedepan wilayah perairan Provinsi Papua Barat cukup aman. “Melalui aplikasi dan sistem kami, kami telah memantau, yang perlu diwaspadai adalah wilayah pasific yakni wilayah perairan utara Papua Barat, sedangkan untuk di wilyah perairan lainnya cukup aman,” terangnya.
Suharyadi menambahkan agar para nelayan saat hendak mencari ikan di laut, harus melihat perubahan cuaca. Sebab perubahan cuaca kini cukup signifikan terjadi sehingga nelayan ketika mendapatkan informasi dari BMKG, hendaknya melakukan cross cek di lapangan. “Ketika terjadi cuaca ekstrem saat mencari ikan di laut, saran kami agar bisa menepi atau mencari wilayah atau pulau yang bisa disinggahi untuk berteduh,” paparnya.
Sementara itu, bagi masyarakat yang tinggal di wilayah mudah banjir agar memantau sosial media BMKG, karena BMKG secara rutin membagikan informasi. “Setelah mendapatkan informasi, diharapkan masyarakat bisa mewaspadai informasi tersebut agar bisa mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan,” pungkasnya. (bw/juh)