Selama 12 Tahun, Kilang Kasim Latih Keterampilan dan Edukasi Masyarakat
KAMPUNG Klayas merupakan wilayah Ring 1 yang berdekatan dengan daerah operasi maupun perusahaan PT. Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU VII Kasim. Kampung tersebut telah berdiri sejak tahun 2005 dengan nama Kampung Nasep. Awalnya hanya 9 kepala keluarga (KK) dengan suku asli pemilik hak ulayat bermarga Katumlas. Setelah lima tahun berswadaya sendiri untuk mendirikan kampung, akhirnya di tahun 2010, Kampung Nasep dimekarkan dan berubah nama menjadi Kampung Klayas.
Paska pemekaran Kampung Klayas Distrik Seget Kabupaten Sorong di tahun 2010 silam, PT. Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU VII Kasim mulai terlibat menyalurkan berbagai bantuan di wilayah ring 1 perusahaan tersebut hingga saat ini. Kepala Kampung Klayas, Wempi Katumlas menjelaskan sejak tahun 2010 paska pemekaran, PT. KPI RU VII Kasim mulai memberikan dukungan seperti memberikan bantuan melalui program CSRnya yang sesuai dengan permintaan dan kebutuhan masyarakat. “Bantuan yang diberikan berupa pembangunan dengan tujuan memberdayakan masyarakat seperti membangun pasar, pemberian bibit dan pembudidayaan ikan, produksi sagu dan wadah produksi sagu kemudian ada juga bantuan peternakan ayam,” jelasnya.
Bantuan berupa pemberdayaan masyarakat terus mengalir, bila masyarakat tidak mengembangkan bantuan tersebut, maka percuma saja, padahal bantuan dari PT. KPI ini sangat bagus. Oleh sebab itu, masyarakat harus bergerak untuk menyambut dan memanfaatkan bantuan tersebut. Wempi menuturkan warga Kampung Klayas merupakan pindahan dari Kampung Malabam pada tahun 2005. “Saya orang pertama yang buka kampung ini dengan membawa 9 kepala keluarga dari Kampung Malabam. Dan selama 5 tahun, kampung ini saya bangun dengan swadaya dan juga ada bantuan dari salah satu perusahaan perihal alat untuk menggusur dan dijadikan kampung,” ujarnya.
Kemudian pada tahun 2010 kampung Klayas resmi dimekarkan dan ia resemi di lantik sebagai kepal kampung. Kampung Klayas yang artinya Kla adalah Air sedangkan Yas merupakan pohon yang buahnya mirip seperti kedondong. “Luas kampung Klayas 4 Hektar, namun wilayah Kampung lebarnya 9 Km sedangkan panjangnya sekitar 21.000 meter persegi. Jumlah penduduk sebanyak 86 KK sedangkan jumlah jiwa diperkirakan lebih dari 400an jiwa. Mata pencarian masyarakt juga tidak menetap, warga ini hidupnya mengabdi dengan alam,” paparnya. Kampung Klayas didiami oleh suku asli Moi Pantai dengan marga pemilik hak Ulayat yakni Marga Katumlas.
Perwakilan Kelompok Sagu Kampung Klayas, Arkilaus Katumlas mengatakan kehadiran perusahaan PT. KPI RU VII Kasim sangat membantu perputaran perekonomian Kampung Klayas. Hal ini dibuktikan dengan berbagai bantuan yang diberikan perusahaan Minyak tersebut kepada warga Kampung Klayas. “Banyak bantuan berupa fasilitas untuk mendukung kerja kami seperti mesin parut sagu, rumah produksi dan meteran listrik serta kolam ikan nila, serta kami juga diajarkan untuk melakukan pembibitan pohon sagu karena sagu merupakan makanan kami,” ujarnya.
Arkilaus mengatakan, dari bahan utama sagu warga mulai mahir berinovasi. Jika dulunya setelah tokok sagu maka ampas sagu akan dibiarkan begitu saja, tapi sejak tahun 2021, ampas sagu tersebut bisa digunakan untuk media Jamur Sagu dan pembuatan kompos. “Kami sudah membudidayakan Jamur sagu sejak tahun 2021. Kegunaan jamur sagu ini bisa di makan dan di jual ke pasar maupun distrik. Panen Jamur Sagu dilakukan 3 hari sekali. Yang dijual dengan harga Rp 10 ribu per Kg,”ungkapnya. Dikatakan Arkilaus untuk kelompok Sagu sendiri tersiri dari 10 masyarakat asli Kampung Klayas, sehingga hasil julan jamur sagu tersebut akan dibagikan kepada anggota kelompok.
Direktur Operasi PT Kilang Pertamina Internasional Didik Bahagia menambahkan PT. KPI RU VII Kasim terus berupaya meningkatkan dan memberdayakan masyarakat sekitar ring 1 dengan turut membantu membangun beberapa fasilitas berupa Pasar Kampung Klayas guna menjual bahan makan pokok, penyaluran air bersih melalui Dewan Air, hingga membangun tempat pembuatan Sagu, Jamur Sagu dan budidaya ikan air tawar. “Di sini juga ada pusat penyaluran sagu, dimana kelompok bapak-bapak dengan mudah membuat sagu dengan alat yang masih tradisional,” paparnya.
Di Kampung Klayas telah terjadi ekonomi sekuler di mana merupakan ekonomi yang berkelanjutan dan tidak bisa dibuang begitu saja karena memiliki manfaat yang luar biasa. Didik Bahagia mengatakan PT. KPI juga berkomitmen meningkatkan keterampilan para ibu-ibu berupa olahan makanan untuk dijual tentunya dengan kemasan yang lebih bagus lagi dan juga keterampilan untuk berdagang. “Dan tahun 2023 PT. KPI RU VII Kasim akan kembali mengujungi kampung Klayas ini, untuk melihat dan memastikan masyarakat khususnya para ibu dan anak memiliki wajah dan harapan yang baik untuk kemajuan kampung klayas,”ujarnya.
Didik berharap kedepannya, salah satu pimpinan di RU VII Kasim merupakan anak-anak dari Kampung Klayas Klayas. “Kami selalu berkomitmen untuk mendukung namun juga memberikan peluang untuk masyarakat mandiri, itu yang paling penting. Bila masih belum mandiri, akan dididik. Karena RU VII Kasim tidak memberikan modal melainkan hanya memberikan edukasi dan keterampilan karena dengan keterampilan masyarakat kampung Klayas bisa hidup mandiri,” pungkasnya. (**)