Minta Pemerintah Bangun Pasar Khusus Papua
SORONG – Pasca penutupan Pasar Boswesen oleh Pemerintah Kota Sorong, Rabu (28/9), pedagang di pasar lama (Boswesen) enggan untuk pindah (direlokasikan). Alasan mereka enggan direlokasikan dikarenakan pedagang mau menjadikan pasar tersebut sebagai ikon pasar lokal Papua yang hanya menjual hasil kebun, hasil mancing dan hasil berburu.
Koordinator Pedagang Pasar Boswesen, Mama Lepina mengatakan, Pasar Boswesen merupakan pasar yang ada sejak tahun 70-an, artinya pasar tersebut bersejarah dan harus dipertahankan. Oleh sebab itu, Mama Lepina meminta Pemerintah Kota Sorong untuk hanya membenahi Pasar Boswesen, bukan membongkar dan merelokasikan para pedagang dari Pasar Boswesen ke Pasar Modern Rufei.
“Apapun alasannya, Pasar Boswesen adalah pasar yang sudah diberkati dan berkat ada disini. Pasar ini dibangun swadaya masyarakat dari tahun 70-an, pemerintah kota baru liat pasar tahun 90-an. Otsus yang ada sejak tahun 2000an sampai sekarang, kenapa tidak bangun pasar khusus untuk mama-mama Papua. Jadi kami minta pemerintah kalo tanah di pasar ini bukan milik orang China maka pemerintah wajib bangun pasar khusus Papua,” tegas Mama Lepina melalui rilisnya kepada Radar Sorong, kemarin.
Dikatakan Mama Lepina, untuk Pasar Modern Rufei khusus para pedagang yang menjual pakaian, sepatu, dan lain sebagainya, sementara untuk Pasar Boswesen hanya menjual hasil kebun, buruan, dan lainnya. Alasan lainnya yaitu Pasar Modern Rufei berada di lokasi yang tidak strategis, jauh dari akses transportasi bagi mama-mama yang datang dari Tambrauw, Maybrat, Sorong Selatan, Raja Ampat, dan pulau-pulau kecil lainnya di sekitar Sorong.
Sementara itu, Mama Siska Bless yang telah berjualan sejak tahun 2001, sangat menyayangkan aksi penutupan yang dilakukan Pemerintah Kota Sorong. “Tempat ini katanya mau dibikin taman terbuka hijau ini percuma saja karena besok-besok orang mabuk yang akan tempati dan disitu pasti akan ada bisnis narkoba, minuman dan lain sebagainya,” kata Mama Siska Bless.
Dikatakannya, pedagang berjualan karena atas kemauan pembeli. Sebab jika pedagang pindah ke Pasar Modern Rufei maka para pembeli akan berbelanja di Pasar Sentral maupun Jembatan Puri. “Kalau kamu kesana, kami tidak akan kesana selama ada Jembatan Puri, ada Pasar Sentral, mereka tidak ada kesana. Jadi keputusan kami mama-mama di Pasar Boswesen, kami tetap akan berjualan disini Pasar Boswesen harga mati,” tegasnya.
Sampai kapanpun, tambah Mama Siska, lapak bisa diruntuhkan, tiang-tiang dapat dibongkar dan tenda-tenda bisa dirobohkan, akan tetapi tanah yang diduduki di pasar tidak akan pernah rusak. “Pemerintah mau datang berulang-ulang kali kami tetap akan berjualan di tempat ini, jangan perlakukan kami seperti binatang,” tegasnya. Kuasa hukum pedagang Pasar Boswesen, Yohanes Mambrasar,SH menambahkan akan mengawal aspirasi atau tuntutan para pedagang kepada pemerintah. (juh)