MANOKWARI – Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite, Solar dan Pertamax pada Sabtu (3/9) memberikan dampak langsung kepada beberapa sector kehidupan, salah satunya yakni nelayan. Nelayan di Manokwari dengan tegas menolak kenaikan harga bahan bakar minyak tersebut.
Ketua Kelompok Nelayan Nusantara Tuna Jaya, Lahada mengatakan pendapatan nelayan di Manokwari sudah tidak bisa mengimbangi kenaikan harga bahan bakar minyak. “Pendapatan kita sudah tidak bisa menutupi modal yang kita keluarkan untuk membeli BBM,” kata Lahada di Manokwari, Kamis (8/9).
Ia menyebutkan akibat kenaikan harga bahan bakar minyak membuat keadaan menjadi dilematis. “Di satu sisi pemerintah menaikkan harga BBM, di sisi lain nelayan mempunyai pendapatan tidak mampu mengimbangi kenaikan harga BBM tersebut,” sebutnya.
Salah satu nelayan asli Papua mengatakan dalam satu hari membutuhkan hingga 200 liter bahan bakar untuk jarak tempuh 100 mil. Jika BBM naik tidak ada penghasilan yang didapat. “Kalau pendapatan nelayan sama dengan ongkos Rp5 juta, terus kita mau dapat apa. Bagaimana dengan menggaji para nelayan,” katanya.
Sementara itu, Bupati Manokwari Hermus Indou akan tetap melaksanakan kebijakan dari pemerintah pusat terkait harga bahan bakar minyak. “Kita tidak bisa menolak kenaikan harga BBM, kita konsisten melaksanakan kebijakan pemerintah,” ujarnya.
Ia berharap semua pemangku kepentingan bisa berkoordinasi dengan baik di daerah. Pertamina juga kami harapkan bisa proaktif berkoordinasi dengan kami untuk memastikan kebijakan ini tidak menghasilkan pro kontra. “Selain itu, pertamina memastikan jangan sampai masyarakat di daerah menjadi susah. Tetapi kita harus bisa mengantisipasi di lapangan dengan baik dan masyarakat ini bisa menerima kebijakan tersebut untuk diterapkan tanpa ada aksi-aksi dan hal-hal yang merugikan,” pungkasnya. (bw)