Oleh: Tutus Riyanti
(The Voice of Muslimah Papua Barat)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2021 untuk Provinsi Papua 60,62 dan Papua Barat 65,26. Meski capaian kedua provinsi naik secara gradual, kedua skor tersebut masih merupakan yang terburuk di seluruh Indonesia.
Indek Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu komponen untuk mengukur derajat kualitas hidup manusia, baik secara fisik maupun non fisik. Salah satu parameter peningkatan IPM di suatu daerah adalah dilihat dari sektor pendidikan. (https://www.bps.go.id)
Dari sektor pendidikan, Papua memiliki permasalahan yang sangat kompleks. Wajah pendidikan di Papua masih sangat suram. Meskipun kini banyak orang Papua sudah bersekolah tinggi, bahkan hingga menjadi doktor dan profesor, namun realitas itu belum menggambarkan kondisi nyata wajah pendidikan di Papua.
Masalah Pendidikan di Papua
Pendidikan bagi masyarakat Papua sangat tertinggal dari daerah-daerah lain di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua pada 2021, persentase buta aksara di sana mencapai 21,9 persen. Situasi ini menempatkan Papua pada urutan teratas provinsi dengan persentase buta aksara tertinggi pada tahun lalu, untuk penduduk usia 15 tahun ke atas.
Permasalahan pendidikan di Papua sangat kompleks. Dimulai dari kendala kesejahteraan dan jaminan kehidupan bagi para guru. Belum lagi konflik yang ditimbulkan OPM, memberikan dampak besar terhadap keamanan dan jalannya pendidikan. Sehingga akhirnya banyak guru yang tidak mau ditempatkan di daerah pedalaman.
Kegiatan belajar mengajar di daerah kampung atau distrik masih mengalami kekurangan guru. Padahal keberadaan Orang Asli Papua (OAP) kebanyakan terkonsentrasi pada kampung atau distrik di daerah pegunungan, yang sebagian besar daerah ini diklasifikasikan sebagai daerah perdesaan dan sangat tertinggal.
Bagi guru yang hadir pun, proporsinya lebih banyak guru honorer, ketimbang guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang biasanya kualitasnya lebih baik. Ironinya, proporsi guru PNS sebenarnya lebih besar daripada guru honorer di segala jenjang pendidikan.
Studi dari Kementerian Pendidikan (Kemendikbudristek) menunjukkan beragam alasan yang diberikan para guru PNS atas ketidakhadiran mereka. Mulai dari menghadiri rapat atau seminar, hingga menjalankan aktivitas yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan akademik.
Selama beberapa tahun terakhir, Pemerintah Daerah (Pemda) di Papua gencar membuat program beasiswa pendidikan bagi OAP di segala jenjang. Namun, ada kesalahan manajemen dalam implementasi kebijakan pemberian beasiswa di Papua.
Berbagai program beasiswa ini pelaksanaannya tidak termonitor dengan baik. Pemda hanya terlibat dalam proses penganggaran dan pencairan dana beasiswa, namun abai dalam tahapan monitoring dan evaluasi para pemegang beasiswa.
Akibatnya, para penerima beasiswa tidak mendapat arahan, atau dapat bertindak sesuka hati dalam menjalani beasiswa. Hasilnya mudah ditebak. Banyak yang ketika lulus sekolah dan kuliah berujung tidak memiliki keahlian, atau bahkan harus putus di tengah jalan.
Minimnya sarana dan prasarana sekolah juga berdampak pada proses belajar mengajar, terutama di daerah pelosok dan pedesaan. Dari mulai bangunan sekolah yang sudah tua, minimnya ruang kelas, peralatan sekolah yang tidak memadai, hingga tidak tersedianya fasilitas MCK.
Negara Abai?
Negara sejatinya adalah institusi yang mempunyai peran penting dalam masalah pendidikan. Tapi dalam masalah pendidikan di Papua, negara belum mampu menghadirkan rasa aman, abai dalam mengawal proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, abai dalam mengevaluasi kinerja guru, dan abai dalam memberikan sarana serta prasarana yang memadai.
Masalah pendidikan yang terjadi di Papua akan mengancam potensi anak-anak Papua untuk tumbuh menjadi generasi-generasi yang cerdas, unggul, dan berakhlak mulia. Hak mereka untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas tidak terpenuhi.
Jika hal ini dibiarkan tanpa penanganan khusus dari negara, maka bisa dipastikan anak-anak Papua tetap terbelenggu dengan kebodohannya. Dan berakhir menjadi generasi yang tidak bisa membuat tanah Papua menjadi maju, berdaulat, dan terbebas dari penjajahan Asing dan Aseng.
Pendidikan dalam Islam
Keberhasilan sistem pendidikan Islam bukanlah sekadar dongeng di negeri antah berantah. Akan tetapi, kegemilangannya telah tercatat dalam lembaran sejarah manusia selama berabad-abad. Siapa pun tidak dapat membantah sejarah ini. Bahkan Barat pun mengakuinya.
Di dalam Islam, negara berkewajiban memenuhi segala kebutuhan yang dibutuhkan warganya. Kesejahteraan, keadilan, kesehatan, termasuk dalam hal pendidikan. Semua wajib mendapatkan, baik muslim maupun non muslim.
Negara dalam Islam benar-benar menyadari bahwa pendidikan adalah sebuah investasi masa depan. Negara juga akan memberikan jaminan pendidikan secara gratis dan kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh warga negara untuk melanjutkan pendidikan ke tahapan yang lebih tinggi dengan fasilitas (sarana dan prasarana) yang disediakan negara.
Negara juga berkewajiban mendorong manusia untuk menuntut ilmu, melakukan tadabbur, ijtihad, dan berbagai perkara yang bisa mengembangkan potensi akal manusia. Kebijakan negara secara sistemis akan mendesain sistem pendidikan yang unggul.
Negara wajib menyediakan fasilitas dan infrastruktur pendidikan yang cukup dan memadai seperti gedung-gedung sekolah, laboratorium, balai-balai penelitian, buku-buku pelajaran, dan lain sebagainya. Negara juga berkewajiban menyediakan tenaga-tenaga pengajar yang ahli di bidangnya, sekaligus memberikan gaji yang cukup bagi guru dan pegawai yang bekerja di kantor pendidikan.
Dengan politik ekonomi Islam, pendidikan yang berkualitas dan bebas biaya bisa terealisasikan secara menyeluruh. Negara akan menjamin pendidikan tidak dijadikan sebagai lahan bisnis atau komoditas ekonomi, sebagaimana realita dalam sistem kapitalisme saat ini.
Sistem Islam memiliki metode yang khas dalam pembelajaran yang tidak ada dalam sistem mana pun selain Islam. Dengan menerapkan metode Islam dalam pendidikan, maka akan melahirkan generasi emas berkepribadian Islam, sekaligus menguasai berbagai bidang kehidupan.(***)