SORONG-Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Papua Barat (PB) Wempi Nauw ST, MT menyoroti Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Klawasi, Sungai Remu, Sungai Kalagison, dan Sungai Klasaman yang bermasalah sehingga menjadi salah satu penyebab terjadi banjir di Kota Sorong, Kamis, (8/9).
Kemudian, dalam penanggulangan banjir di Kota Sorong Balai Wilayah Sungai Papua Barat juga menyerahkan bantuan 1.000 Geobag yakni Salah satu material yang banyak dimanfaatkan untuk melindungi pesisir pantai dari ancaman abrasi adalah geobag. Geobag merupakan wadah berbentuk bantalan yang terbuat dari jahitan kain geotekstik.
Wempi Nauw ST, MT ketika ditemui usai mengikuti rapat evaluasi bersama tim Percepatan Penanggulangan Banjir di Kota Sorong mengatakan, Balai Wilayah Sungai Papua Barat usai melakukan penelusuran di lapangan terkait penyebab terjadinya banjir salah satunya karena Daerah Aliran Sungai (DAS) bermasalah diantaranya Sungai Klawasi, Sungai Remu, Sungai Kalagison, dan Sungai Klasaman. Sehingga membutuhkan anggaran yang besar.
“Namun belum menjadi penetapan atau keputusan Pemerintah Pusat atau dalam hal ini Direktorat Operasi dan Pemeliharaan Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR. Rp 72 miliar itu untuk dana pasca bencana untuk konstruksi bronjong, pemasangan batu dan pengerukan sedimen. Itu cuma rencana yang kami hitung berdasarkan fakta riil di lapangan. Kemudian kita sudah bahas di Pembina dan jenis konstruksinya kita sudah mendapat rekomendasi Direktorat Bina Teknik. Dan hasil itu belum final. Angka Rp 75 miliar itu usulan,” tegasnya.
Dikatakannya, yang memiliki kewenangan untuk menetapkan jumlah anggaran yang diusulkan adalah Pembina. Dan jika Pembina punya alokasi berdasarkan kebutuhan di seluruh Indonesia nanti didistribusikan ke per wilayah banjir itu berapa-berapa nilainya adalah kewenangan Pemerintah Pusat.
“Kami Balai Wilayah Sungai Papua Barat sifatnya pengusulan berdasarkan hasil pengukuran perhitungan kebutuhan di lapangan di 4 sungai. Yaitu Sungai Klawasi, Sungai Remu, Sungai Kalagison, dan Sungai Klasaman. Utamanya 4 Sungai yang besar yang melalui Kota Sorong,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan, banjir yang paling rawan di Sungai Klasaman dan Sungai Kalagison, itu kita belum ada tanggul yang siginifikan dari hulu sungai sampai hilir. Hal tersebut karena kepadatan penduduk dan pemukiman yang sudah terlanjur dibangun di area DAS tersebut atau bantaran sungai. Sehingga menjadi masalah sosial yang berdiri sendiri, tetapi mempunyai kontribusi besar untuk memberikan andil di dalam dampak banjir kedepannya.
Menurutnya, banjir ini karena perubahan cuaca, hujannya deras dan continue, serta lama. Artinya bahwa intensitas curah hujannya sekarang ini, karena kondisi lalina itu besar dan interval terjadinya hujan itu panjang. “Kemudian tingkat kerapatan hujan itu dekat, artinya hujan bisa terjadi di siang, sore dan malam hari,” ujarnya.
“Kami berharap pemerintah bantu, untuk jumlahnya entah Rp72 miliar atau di bawah itu. Itu berdasarkan alokasi pembagian ke seluruh Indonesia, karena banjir yang sama yang terjadi di Kota Sorong, ini juga terjadi di Indonesia lain. Sehingga kami tidak bisa mengharapkan 100%. Kami tetap hanya pada sifatnya merencanakan berdasarkan kebutuhan,” pungkasnya.(zia)