SORONG – Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Sorong, Esau Isir,ST ketika ditemui Radar Sorong, Selasa (2/8) di Ruang Kerjanya yang berada di Kantor Wali Kota Sorong mengatakan bahwa Kota Sorong belum memiliki master plan, sehingga menjadi penyebab terjadinya banjir. Sehingga pada tahun 2023, pihaknya akan membuat master plan.
“Terkait dengan penanganan banjir di Kota Sorong, ini bukan persoalan yang baru bagi kita yang ada di Kota Sorong. Ini terjadi sudah sejak lama dari tahun ke tahun, ketika turun hujan,” katanya.
Ia mengungkapkan bahwa sekarang Dinas Pekerjaan Umum Kota Sorong telah dipecah menjadi 2 Dinas yakni Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Sorong, dan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Sorong. Sehingga Dinas PU tidak ada lagi.
“Terkait dengan tugas pokok kami, salah satunya penanganan saluran di Kota Sorong untuk mengantisipasi banjir. Kita rencana tahun 2023 menyiapkan master plan untuk menangani saluran sebagai upaya mengatasi banjir. Karena selama ini kita pemerintah Kota Sorong belum mempunyai master plan,” ungkapnya.
Menurutnya, Memang selama ini pihaknya telah membangun saluran yang cukup banyak, tetapi kembali pada masyarakat Kota Sorong pada umumnya dan seluruh stakeholder yang ada. Karena permasalahan banjir ini merupakan tanggung jawab kita semua, bukan hanya pemerintah daerah saja tapi semua elemen. Baik itu, masyarakat, dan pihak swasta.
“Kita mempunyai tanggung jawab sepenuhnya untuk menangani banjir ini. Kita telah menyiapkan infrastruktur yakni drainase. Hanya saja, masyarakat belum sadar untuk menempatkan sampah, bahkan untuk membersihkan saluran. Sehingga kadang-kadang kita membuang sampah bukan pada tempatnya dan membuang di saluran. Kemudian di lingkungan-lingkungan setempat kita terlihat acuh terhadap sampah yang berserakan di saluran tapi kita hanya membiarkan. Harusnya itu merupakan tanggung jawab kita semua di lingkungan setempat untuk setiap saat membersihkan saluran. Sehingga apabila datang hujan, maka tidak berdampak sebagaimana yang kita saksikan sama-sama yakni banjir,” jelasnya.
Esau Isir juga mengatakan bahwa Untuk mengatasi Kota Sorong secara umum, pihaknya tidak mungkin mengatasi secara 100% tuntas, karena Kota Sorong memiliki kondisi elevasi tanahnya berada di dataran rendah atau Permukaan air laut lebih tinggi yakni 50-70 cm. Dan Kota Sorong diapit oleh dataran tinggi, yang mana sedimentasi dari galian C.
” Sehingga ketika datang hujan maka sedimentasi mengalir ke pemukiman masyarakat yang berada di dataran rendah. Ketika terjadi air pasang, ditambah lagi dengan kesadaran kita masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungan maka akan berdampak besar yakni banjir yang sering terjadi,” tegasnya.
Ia menambahkan ke depan pihaknya rencanakan di tahun 2023 akan ada pengadaan sarana pendukung berupa alat berat excavator yang kecil dan besar, bahkan juga truk. Hal tersebut untuk mengerok sampah di dalam drainase. Untuk mengantisipasi banjir, sehingga perlu dilakukan normalisasi dan pemeliharaan.
“Kedepannya kami akan berkolaborasi dengan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Sorong. Kami juga akan tingkatkan koordinasi dengan Balai Wilayah Sungai Kementerian PUPR, dan Dinas PUPR Provinsi Papua Barat untuk tindaklanjuti hal-hal yang berkaitan dengan banjir,” ungkapnya.
Ia mengimbau Kepada seluruh masyarakat Kota Sorong agar bersama-sama bekerjasama, saling koordinasi, kolaborasi dalam hal penanganan banjir. Khususnya fasilitas-fasilitas sarana pendukung yang telah pihaknya persiapkan berupa saluran agar masyarakat bersama-sama menjaga. “Apabila ada sampah, kalau boleh dibersihkan. Kemudian masyarakat bisa tertib membuang sampah pada tempatnya,” pungkasnya.(zia)