Oleh:Yacob Nauly *)
PEMIMPIN yang baik dan amanah adalah yang memberikan pengayoman kepada semua yang sedang dipimpinnya. Semua orang mendambakan rasa aman, harga dirinya diakui, dan masa depannya terjamin.
Para pakar ilmu organisasi berpendapat kiranya tidak ada seorang pun yang mau menjalani hidup dengan penuh ancaman. Kekhawatiran, atau hal apa saja yang menjadikan pikiran dan hatinya tidak tenang.
Upah atau pendapatan yang cukup, bagi siapa saja, adalah hal yang dirasakan amat penting. Oleh karena itu, dengan berbagai cara, orang berusaha mencarinya.
Sekalipun harus lewat cara yang berat atau sulit. Akan tetapi, hal yang perlu diingat bahwa, besarnya gaji saja tidak cukup. Lagi-lagi, selain upah atau gaji itu, orang pada setiap saat juga menginginkan agar mendapatkan rasa aman.
Orang mengetahui, bahwa gaji pegawai negeri atau PNS adalah tidak seberapa besarnya. Akan tetapi, status itu diminati oleh banyak orang, dengan alasan, kehidupan menjadi PNS., dirasa lebih terjamin.
Pada setiap bulan, mereka pasti akan memperoleh gaji.
Berbeda halnya, tatkala menjadi pedagang, petani, atau lainnya, sekalipun suatu saat jumlah mendapatkannya berlipat, tetapi selalu tidak pasti.
Demikian juga orang-orang yang melakukan korupsi, bisa saja perbuatannya itu didorong oleh perasaan tidak aman. Mereka sadar bahwa masa jabatannya adalah terbatas.
Suatu saat, mereka harus meletakkan jabatannya itu.
Sementara itu, mereka belum merasa jelas apa yang akan dilakukan dan diperoleh setelah jabatannya itu harus dilepaskan.
Kesadaran adanya ancaman itu mendorong seseorang melakukan apa saja yang kiranya bisa menyelamatkan dirinya di masa depan.
Para pemimpin harus mampu menjawab berbagai kekhawatiran atau ketakutan dari mereka yang sedang dipimpinnya itu.
Manakala mereka mendapatkan jaminan bahwa kehidupannya kelak tidak akan terancam atau setidaknya bisa bertahan. Dan bahkan meningkat, maka mereka akan merasa aman. Perasaan bahwa tidak akan ada ancaman atau resiko yang akan dihadapi itulah sebenarnya yang didambakan oleh setiap orang.
Kebutuhan terhadap rasa aman menjadikan para bawahan sangat tidak menyukai tatkala harus menghadapi pemimpin yang seringkali mengancam.
Walaupun ancamannya itu tidak selalu terbukti. Para bawahan selalu menghendaki agar dipimpin oleh orang yang mau menjadi pengayom.
Membesarkan hati, memberi harapan di masa depan. Mengakui akunya, dan menjadikan suasana kerja menyenangkan dan meneduhkan. Kerja keras dalam bentuk apapun akan dilakukan, asalkan suasana yang diinginkan itu terpenuhi.
Namun tidak sedikit pemimpin, yang oleh karena merasa telah menaikkan upah atau kesejahteraan, kemudian menuntut agar para bawahannya mau bekerja keras.
Tuntutan dimaksud sebenarnya adalah wajar, asalkan tidak diikuti dengan berbagai ancaman, apapun bentuknya.
Hal yang perlu diingat bahwa, manusia tidak sekadar membutuhkan upah atau gaji. Melainkan juga memerlukan rasa aman dan harga dirinya terpelihara dengan baik.
Seseorang tidak akan mungkin selalu mau berada dalam suasana yang penuh dengan ancaman. Apalagi, dalam suasana demokrasi seperti sekarang ini. Semua orang membutuhkan rasa aman, akunya diakui. Dan tidak mau dengan tekanan hingga di luar batas kewajaran.
Oleh karena itu, siapapun pemimpin yang ingin dicintai hingga kepemimpinannya sukses. Maka yang bersangkutan harus mampu membagi-bagi kasih sayangnya kepada semua orang yang dipimpin.
Baik kepada mereka yang disukai, dan bahkan kepada orang yang sebenarnya sedang dibencinya. Pengayoman seperti itu merupakan kekuatan yang sebenarnya melebihi dari sekedar kenaikan upah atau gaji yang diberikan. Wallahu a’lam.
Pemimpin Perempuan
Berbagai penelitian menunjukkan kepempinan perempuan di Indonesia umumnya dan di BUMN serta perusahaan swasta serta kementerian khususnya.
Perlu lebih ditingkatkan lagi karena setelah krisis Covid, diperlukan banyak ide-ide baru dan Solusi Program Menteri BUMN untuk meningkatkan komposisi perempuan hingga 15% di BUMN perlu didukung dan direalisasikan.
Saat ini Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki empati, kasih sayang, peduli dan perhatian, yang merupakan karakter yang lebih dimiliki oleh perempuan.
Banyak pemimpin negara kini bahkan menetapkan target pemimpin perempuan di Kementrian dan perusahaan BUMN. Karena pada akhirnya, keberagaman sangatlah diperlukan negara dan perusahaan.
Terlebih lagi keberadaan perempuan di tempat kerja juga menguntungkan perusahaan.
Karena keberagaman tersebut menambah keragaman solusi ketika perusahaan perlu mengambil keputusan.
Kita memerlukan lebih banyak lagi pemimpin perempuan sehingga kita bisa memiliki hasil yang lebih baik lagi.
Seperti halnya kesuksesan pemimpin perempuan mengatasi Corona. Sementara pemimpin perempuan terbukti sangat efektif selama krisis.
BUMN tidak harus menunggu sampai gagal, untuk mengundang dan memberi perempuan kesempatan untuk memimpin. Memiliki lebih banyak wanita di posisi kepemimpinan cenderung mencegah kegagalan terjadi sejak awal.
Covid-19, kejatuhan ekonomi dan pergeseran teknologi ke dunia kerja adalah tantangan besar yang kita semua hadapi saat ini. Laki-laki dan perempuan sama-sama bisa menjadi pemimpin yang hebat. Tapi perempuan terkadang bisa melihat hal-hal dengan pandangan dan solusi yang berbeda.
Sebuah solusi yang saat ini menyelamatkan nyawa masyarakat. Jadi kalau ingin mencari bukti bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin yang hebat, maka tidak perlu mencari jauh-jauh.
Karena apa yang dilakukan perempuan-peremuan katakanlah Menteri Keuangan Sri Mulyani. Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam hal mengatasi Covid 19 adalah bukti nyata dari kepemimpinan perempuan.
Kita tidak perlu terus mengandalkan satu gaya kepemimpinan. Untuk melihat kemampuan kita melalui krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya atau tantangan sehari-hari.
Jika kita ingin bertahan hidup dan akhirnya berkembang dalam keadaan normal yang baru, kita harus memastikan bahwa para pemimpin perempuan mendapat kesempatan lebih besar. (**)
*) Penulis : Wartawan suarakarya.id.
Referensi : Berbagai Pendapat Ahli dan Aktifis Perempuan.