MANOKWARI – Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai (KPPBC) Manokwari, Johan Pandores mengatakan pelayanan ekspor langsung hasil laut UMKM di Papua Barat terhenti sejak tahun 2021. Penyebab terhentinya ekspor hasil laut tersebut karena terkendala logistik transportasi udara.
“Sebelumnya kita ekspor hasil laut ke luar negeri, namun semenjak tidak ada penerbangan langsung dari Papua Barat ke luar negeri dari tahun 2021, kita melakukan pengiriman ke daerah lain terlebih dahulu,” ujarnya di Manokwari saat dihubungi melalui sambungan telepon, Sabtu (6/8).
Johan menjelaskan sebelumnya ada maskapai Garuda yang membawa hasil laut UMKM di Papua Barat ke Siangpura, China dan Taiwan. Namun semenjak tidak ada lagi Garuda, aktivitas ekspor langsung hasil laut jadi terhenti.
“Dulunya ada maskapai Garuda, sekarang sudah tidak ada lagi,” jelasnya.
Ia menuturkan ekport hasil laut ke luar negeri membutuhkan waktu pengiriman yang cepat karena banyak risikonya sehingga ketika hasil laut sampai tujuan dalam keadaan segar.
“Dulu dalam waktu satu hari, dari Manowkari hasil ekspor sudah bisa sampai ke luar negeri,” tuturnya.
Johan mengungkapkan saat ini pengiriman hasil laut dari UMKM di Papua Barat harus menempuh jarak yang panjang. Musti melalui Jakarta, Surabaya atau Makassar. Hal tersebut berimbas pada pemberitahuan ekspor barang yang tidak tercatat barang ekspor dari Manokwari.
“Ini kerugian untuk kita, karena barang ekspor tidak tercatat dari Manokwari. Padahal para petaninya berasal dari Manokwari. Sebenarnya kita mampu dalam hal ekspor,” ungkapnya.
Ia berharap ada dukungan dari pelbagai pihak mulai dari pemerintah daerah ataupun pemangku kepentingan yang lain, sehingga bisa mengaktifkan kembali ekspor langsung hasil laut UMKM di Papua Barat.
“Dengan adanya pembangunan Bandara Rendani Manokwari, kita percaya akan bisa melakukan ekspor langsung lagi ke luar negeri,” pungkasnya.
“Meskipun demikian, kita tetap terus melakukan pendampingan kepada para UMKM,” imbuhnya. (bw)