AIMAS – Sejak pemerintah mengeluarkan aturan pembelian BBM jenis Pertalite dengan menggunakan QR Code atau barcode, warga antusias untuk mendapatkan layanan pendaftaran di SPBU.
Pantauan Radar Sorong, sejak Senin (18/7), PT Pertamina Patra Niaga mendirikan booth di area SPBU guna memberikan layanan pendaftaran offline bagi pelanggan pertalite untuk mendapatkan barcode atau QR code.
Sejak didirikan pada Senin, (18/7) booth tersebut tak pernah sepi kunjungan. “Booth sudah dibuka jam 8 pagi sampai jam 6 sore. Masyarakat lumayan banyak yang datang, tapi paling ramai saat sore hari sekitar jam 4. Mungkin karena rata-rata orang kerja, jadi kalau waktunya sore, mereka lebih santai, tidak buru-buru masuk kantor,” terang Farah Nadhifah, salah seorang staf PT Pertamina Patra Niaga saat ditemui di booth.
Diterangkan Farah, selama ini masih banyak masyarakat yang belum paham terkait dengan aturan tersebut. Masih banyak yang berasumsi bahwa pembelian BBM Pertalite menggunakan Aplikasi My Pertamina adalah wajib hukumnya. Sehingga banyak masyarakat yang komplain karena tidak memiliki perangkat yang memadai untuk mendukung terealisasinya aturan tersebut. Padahal, lanjut Farah, tidak demikian adanya.
Menurut Farah, bagi masyarakat yang bahkan tidak memiliki smartphone pun bisa mendapatkan BBM Pertalite, asalkan sudah terdaftar pada website subsiditepat.mypertamina.id dan sudah terverifikasi dengan mendapatkan barcode.
Untuk pendaftarannya sendiri, dapat dilakukan langsung oleh masing-masing orang. Tata cara pendaftarannya pun dapat dilihat pada website tersebut. Namun jika ada masyarakat yang belum paham, dapat langaung mendatangi booth pendaftaran offline yang ada di SPBU. Di sana akan ada petugas yang membantu dan mengarahkan untuk proses pendaftarannya.
“Yang tidak punya smartphone tetap bisa, silahkan datang ke booth, nanti kami bantu pendaftarannya. Adapun persyaratan yang dibutuhkan untuk pendaftaran, yaitu KTP, STNK, Foto pendaftar, foto kendaraan yang akan didaftarkan, serta dibutuhkan email aktif bagi pendaftar,” jelas Farah.
Setelah melewati proses tersebut, selanjutnya data akan diverifikasi kembali oleh Pertamina pusat. Hasil verifikasi akan dikirimkan langsung ke alamat email pendaftar, maksimal dalam 7 hari kerja. Jika sudah berhasil diverifikasi, barcode yang didapatkan dapat diunduh atau bisa di cetak langsung untuk keperluan transaksi di SPBU Pertamina. Bagi pemilik android, juga dapat dengan mudah mengaksesnya via aplikasi My Pertamina.
Ditegaskan Farah, bahwa aturan tersebut tidak bersifat mengikat pelanggan untuk harus melakukan pembayaran secara non tunai via Aplikasi My Pertamina.
“Pembayaran dari pembelian Pertalite ini bisa dilakukan beberapa cara mulai dari Aplikasi MyPertamina, debit, dan juga bayar tunai pun tetap bisa. Karena barcode yang didapatkan bukan untuk kebutuhan pembayaran, melainkan ini adalah cara yang kita gunakan untuk men-tracking pendistribusian pertalite. Apakah sudah tepat sasaran atau belum, tipe kendaraan seperti apa yang boleh menggunakan BBM jenis ini. Untuk metode pembayaran, bisa dilakukan semua,” bebernya.
“Jadi harus dipahami, kalau memang tidak punya android, barcode tersebut bisa di print out. Tidak sulit, hanya memang masih perlu terus diedukasi kepada masyarakat,” imbuh Farah.
Sementara itu, ditambahkan petugas SPBU bahwa sepanjang Bulan Juli ini, pembelian BBM Pertalite menggunakan barcode masih belum diterapkan.
“Ini belum penerapan, baru sosialisasi dan tahap pendaftaran di beberapa SPBU. Harapannya masyarakat bisa lebih cepat tahu, lebih cepat mendaftar. Karena proses pendaftaran ini tidak sehari jadi. Ada proses verifikasi yang bisa memakan waktu sampai 7 hari kerja. Jadi memang alangkah baiknya mendaftar dari sekarang, supaya ketika resmi diberlakukan per Agustus, masyarakat sudah dengan mudah membeli Pertalite karena sudah mendapat barcode,”urainya.
Diungkapkan, bahwa BBM Pertalite subsidi ini juga hanya diperuntukkan bagi kendaraan tertentu. Sesuai aturan dan diperuntukan kepada masyrakat yang pantas mendapatkan.
Untuk diketahui, penerapan aturan ini hanya berlaku di SPBU reguler pertamina. Sementara di SPBU mini, pembelian pertalite dengan menggunakan barcode masih belum diterapkan.
Pimpinan SPBU Tuturuga SP 1, Faizal Jumain mengakui, pihaknya memang belum menerapkan aturan tersebut pada SPBU Tuturuga, karena statusnya masih SPBU mini. Namun jika ke depan aturan tersebut akan diterapkan di SPBU mini, pihaknya tetap siap mendukung apa yang menjadi kebijakan.
“Di sini belum ada sosialisasi maupun perintah untuk menerapkan itu, karena statusnya masih SPBU mini. Jadi kami jual pertalite sesuai dengan Kuota BPH migas. untuk kami masih ada. Tapi ya bisa dilihat sendiri, antrean pertalite memang panjang sejak harga pertamax melambung. Nanti juga, kalau seandainya memang kami diinstruksikan untuk menerapkan aturan tersebut, mau tidak mau ya kami harus siap,” pungkasnya.(ayu)